Putera Riau Masuk Caltex

Kamis, 24 Desember 2020

Ahmiyul Rauf

(Gagal Masuk Caltex, Jadi Mahasiswa UGM, Akhirnya Jadi Pegawai Caltex Juga)

Oleh: Ir.H. Ahmiyul Rauf, MM

Begitulah ringkasan ceritanya. Lembar pertama foto kopi ijazah SMA saya  adalah untuk melamar di Caltex pada akhir tahun 1974.  Saya dapat kabar dari beberapa orang alumni SMAN 1 Pekanbaru yang telah lebih dulu diterima di Caltex, bahwa mereka mendapatkan program training khusus, bahkan sebagian bisa training ke luar negeri.  Siapa yang tidak tertarik.

Tetapi nasib sedang tidak berpihak. Caltex tidak menjanjikan saya akan mendapatkan panggilan dalam waktu dekat. Jadi saya disarankan menunggu saja.

Putus harapan masuk Caltex memperkuat keinginan saya mendaftarkan kuliah ke UGM, seperti yang sudah lama dibincangkan ditengah keluarga. Setelah semua dipersiapkan sayapun dilepas berangkat sendirian dengan iringan doa ayah-bunda. Alhamdulillaah saya diterima di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Geologi pada awal Januari 1975. 

Kesibukan di Kampus membuat saya fokus dengan agenda perkuliahan. Demikian fokusnya saya, sehingga boleh dikatakan saya tidak tertarik untuk kegiatan lain-lain, termasuk berwisata di berbagai objek wisata, yang memang Yogyalah tempatnya. Hasil kerja keras tersebut, alhamdulillaah, saya mendapatkan Beasiswa Supersemar  mulai pada semester ke-lima. 

Memasuki beberapa semester akhir barulah kita mulai berfikir lagi tentang Caltex, bukan untuk menjadi karyawan, akan tetapi menentukan pilihan  perusahaan untuk tempat kerja praktek lapangan.  Kita berbincang sesama mahasiswa, terutama beberapa mahasiswa senior yang baru pulang dari program praktek lapangan di berbagai perusahaan minyak.  

Diantara mereka ada juga beberapa mahasiswa senior  yang sudah bekerja sebagai karyawan kontrak paruh waktu,  sambil menyelesaikan tugas akhir penyusunan skripsi. Bersumber dari pengalaman merekalah kemudian timbul minat untuk menjajaki peluang bekerja nanti setelah tamat, yaitu pada berbagai perusahaan minyak, seperti Shell, Exxon, Mobil, dan lain-lain, termasuk Caltex.  

Obrolan tentang hebatnya bekerja di dunia perminyakan diperkaya pula oleh beberapa orang yang sudah lulus menjelang wisuda, yang berkisah tentang pengalaman mereka melamar pekerjaan.  Intinya mahasiswa Jurusan Teknik Geologi pada waktu itu seolah bebas memilih perusahaan yang dia suka, dan bisa melamar disana-sini walaupun belum resmi menamatkan pelajaran.  Termasuk pengalaman salah seorang teman yang barusan pulang dari Rumbai untuk menjalani serial testing interview pada pertengahan tahun 1980.  Dia secara khusus bercerita kepada saya. Ceritanya tentu sangat menarik hati, dan saya menunggu giliran tim rekrutmen dari Caltex yang akan datang lagi sesuai dengan penuturannya. Menariknya lagi pengalaman dia pulang-pergi ke Riau dengan menumpang pesawat Caltex. Tentunya saya sangat pengin, bisa pulang kampung gratis. Apalagi belum pernah selama ini saya merasakan seperti apa enaknya naik pesawat.
Tim rekrutmen Caltex memang datang lagi ke Yogya, dengan tujuan mencari calon karyawan dari kalangan mahasiswa semester akhir.  Pengumunannya tertempel di buletin dinding kampus.  Para peminat dipersilahkan mendaftar di kantor tata usaha. Sekitar 30 orang yang mendaftar sebagai calon karyawan dipanggil untuk testing tahap pertama di Hotel Ambarukmo Yogya.  Yang dinyatakan lulus akan di test interview di Rumbai. Saya termasuk salah seorang yang lulus. Alhamdulillaah.

Datanglah waktunya kita diundang berkunjung ke Kantor Operasi Caltex di Rumbai.  Bertiga kami dari Yogya berangkat ke Jakarta menginap dulu di Hotel Indonesia, karena mesti menunggu penerbangan pagi besoknya.  Rupanya di Jakarta sudah menunggu pula empat orang calon karyawan lulusan ITB, yang akan berangkat bersama-sama besok pagi.  Itulah pertama kali saya naik pesawat. Alhamdulillaah.  Gembiranya bukan main. Bisa pulang kampung gratis naik pesawat.

Selama lima hari di Rumbai kami bertujuh orang dipergilirkan dari satu staf profesional Exploraion Caltex, ke staf berikutnya.  Benar-benar proses seleksi yang ketat. Banyak pertanyaan yang diajukan, baik yang bersifat teknikal, maupun yang nonteknikal.  Salah satu yang saya ingat adalah pertanyaan tentang motivasi masuk Caltex.  Saya agak menyesal menjawabnya, karena jawaban saya mungkin dianggap sombong. Waktu itu saya jawab bahwa saya masuk Caltex bukan karena gajinya tinggi, karena gaji yang lebih besar mungkin bisa saya dapat di perusahaan lain. Akan tetapi saya suka dengan pekerjaan di Caltex karena saya bisa dekat dangan karib kerabat saya, terutama orang tua saya. 

Lepas dari kegiatan interview kami di jadwal pulang lagi naik pesawat Caltex. Yang enam orang lainnya dijadwal pulang hari yang sama, sementara saya minta dijadwal belakangngan saja, karena saya mau pulang kampung dulu ke Taluk Kuantan. Benar-benar dapat kesempatan pulang kampung gratis. Hasil proses interview yang barusan berlalu, insya Allaah sudah tercatat di luh-mahfuz....

Saya datang lagi ke Kampus telah ditunggu oleh staf tatausaha, yang menyimpan surat dari Caltex,  telah sampai beberapa hari sebelumnya, tertuju kepada saya.  Dengan tenang saya buka setelah membaca bismillaah.  Alhamdulillaah, saya termasuk salah seorang yang diterima, dengan syarat harus melapor segera ke Caltex nanti setelah lulus dan diwisuda. 

Serasa ingin cepat selesai dan segera memulai bekerja di Caltex.  Beberapa kali dosen pembimbing skripsi saya mengatakan bahwa pihak Caltex bertanya-tanya kapan saya dijadwal selesai dan lulus.  Sudah tentu jawabannya tidak bisa saya tetapkan.  Belakangan saya berfikir tentang beratnya beban yang terpikul pada pundak dosen pembimbing saya, karena cepat atau lambatnya tergantung beliau yang sedang memeriksa skiripsi saya.

Akhirnya saya di wisuda pada akhir April 1981.  Dokumen tanda lulus saya segera kirimkan ke Rumbai pada kesempatan pertama.  Beberapa hari ditunggu tidak ada balasan, sementara saya mesti pulang ke Riau bersama orangtua saya yang hadir pada waktu wisuda saya.  Saya putuskan pulang dengan pesawat umum, tidak mesti menunggu jadwal pesawat Caltex.  Sampai di Pekanbaru saya segera melapor ke kantor Caltex.  Mereka kaget juga, ini pertama sekali terjadi, ada calon karyawan belum dipanggil sudah melapor.  Ketika mereka bersiap hendak memproses keperluan adminstrasi saya, termasuk urusan agar supaya saya segera memulai bekerja, saya minta waktu untuk pulang kampung dulu, istirahat dan kumpul-kumpul dengan kerabat dekat di Taluk Kuantan. Bukannya ingin segera bekerja dan menerima gaji besar dari Caltex.

Akhirnya saya mendapatkan nomor badge 16207, dan mulai bekerja di Caltex sejak hari Senin,  tanggal 11 Mai 1981.  Alhamdulillah.*

Penulis adalah Wakil Ketua Bidang SDA, Lingkungan Hidup dan Energi Terbarukan IKKS Pekanbaru.