Terus Bekerja, Terus Belajar

Jumat, 25 Desember 2020

ilustrasi

 

(Tulisan ke-2)

Oleh: Ir. H. Ahmiyul Rauf, MM

Ibarat sebuah program belajar, perjalanan hidup saya adalah serangkaian kurikulum yang sambung menyambung tidak terputus, termasuk pada bidang karir profesional saya sebagai seorang ahli geologi.  Setelah tamat dari UGM pada tahun 1981, secara berkesinambungan saya meniti karir pertama sekali di Caltex, Riau. Kemudian berpindah ke BSP setelah bertugas di Caltex selama duapuluh empat tahun. Sebelum diangkat oleh Pak Gubernur Riau menjadi pimpinan BUMD pada tahun 2015, saya berkesempatan mengenyam pengalaman karir internasional di Petronas Kuala Lumpur selama delapan tahun. Sejak tahun 2018 sampai sekarang saya masih terus aktif bekerja menjadi konsultan lepas. Jadi saya terus bekerja dan belajar. 

Cabang ilmu geologi mungkin masih terlalu asing untuk masyarakat awam. Saya dulu masuk UGM sebenarnya tidak berminat masuk jurusan geologi, bahkan belum kenal. Saya lebih mengenal dan berminat dengan jurusan pertambangan, yang ternyata di UGM tidak ada. Yang dekat-dekat dengan itu adalah jurusan geologi, menurut penjelasan yang saya dapat dari seorang kerabat yang mengantar saya mendaftar ke UGM, Bulaksumur, Yogyakarta waktu itu

Beruntung saya setelah lulus UGM bisa masuk Caltex pada tahun 1981, karena saya berkesempatan terus mendalami berbagai teori-teori akademis yang saya dapat di UGM, dengan memakai teori-teori itu untuk menganalisa data lapangan yang sangat lengkap,  sehingga dapat menganalisa  potensi perminyakan Riau. Dan datanya  yang dimiliki Caltex mencakup hampir keseluruhan wilayah Cekungan Sumatra Tengah, cukup lengkap untuk mengungkap segala aspek geologi tentang kekayaan perminyakan Riau. 

Ibarat kita belajar biologi tentang seekor "gajah", satu kawasan yang kaya minyak hanya bisa difahami melalui analisa geologi kalau keseluruhan elemen dalam proses terbentuknya minyak terdapat dalam kawasan itu.  Elemen-elemen yang dimaksud bisa dianalogikan sebagai kelengkapan tubuh seekor "gajah", ada belalai, kaki, ekor, dan seterusnya. 

Analogi seorang buta meraba seekor "gajah" mungkin cocok dipakai terkait dengan analisa potensi minyak. Karena memang dalam mencari minyak para ahli geologi tidak bisa lain kecuali dengan "meraba-raba" seperti layaknya orang buta meraba seekor gajah. Agar seorang buta tahu bahwa yang dirabanya itu seekor gajah maka dia harus meraba tidak hanya kakinya, tapi semuanya, sehingga dia bisa memastikan bahwa itu memang seekor gajah.  Maka seorang ahli geologi meraba potensi minyak di bawah permukaan bumi dengan menganalisa data geologi, dari berbagai sumber dan metode. Hasil dari rabaan ini adalah kesimpulan berupa perkiraan, tidak berupa kepastian.  Karena tidah ada satupun metode sampai saat ini yang bisa  memastikan keberadaan minyak di suatu lokasi. Hasil rabaan itu selalu berupa  perkiraan probabilitas, sama seperti si-buta tidak dapat melihat pasti gajah yang dia raba.  Bahkan kalau hasil perkiraan itu bisa mencapai "fifty-fifty",  adalah hasil perkiraan yang terbaik, tidak bisa lebih tinggi lagi dari itu.

Demikianlah saya mendalami tentang ilmu geologi perminyakan selama bekerja di Caltex. Dan kawasan operasi Caltex yang luas memang sangat ideal untuk studi tentang geologi perminyakan yang dimaksud. Hal ini disebabkan karena semua elemen yang diperlukan dalam usaha menemukan ladang minyak terdapat dalam satu kawasan operasi Caltex. Hasil analisa bisa lebih pasti,  terutama sekali karena ketersediaan data geologi yang lengkap.  Oleh sebab itu banyak ilmu tentang geologi perminyakan di Indonesia yang bisa dipublikasikan berupa jurnal dan paper, berasal dari analisa potensi perminyakan di kawasan operasi Caltex, terutama di daerah yang disebut Blok Rokan.  Jadi saya mendapat ilmu geologi yang sangat kaya dengan bekerja di Caltex.

Lebih beruntung lagi  saya banyak dapat kesempatan kunjungan kerja ke berbagai daerah di seluruh wilayah Indonesia, dalam rangka mencari sumber minyak baru, termasuk kunjungan kerja ke luar negeri. Bahkan bukan hanya sekedar kunjungan kerja, saya juga beberapa kali bertugas di kantor perusahaan induk Caltex di luar negeri. Terkhusus untuk tugas luar negeri, bila  jangka waktu bertugas tersebut melebihi enam bulan, maka seluruh anggota keluarga boleh ikut serta, sehingga anak-anak bisa mengenyam pendidikan di Amerika Serikat.  Alhamdulillaah, selama duapuluh empat tahun bekerja di Caltex kami sekeluarga pernah bermukim di San Fransisco, Houston, dan Los Angeles, dalam rangka bertugas di perusahaan induk Caltex di Amerika Serikat.

Selama bertugas di Amerika pada kurun waktu tahun 2002-2004, saya bekerja dengan Tim Eksloprasi Kawasan Afrika, yang sedang mencari sumber migas baru di kawasan lepas pantai.  Dengan makai analogi meraba "gajah" seperti diatas,  tentu yang dimaksud disini adalah "gajah"  yang terdapat di lepas pantai.  Arti ilmu geologi perminyakan yang saya diperkaya dengan pengalaman bekerja selama bertugas di Amerika Serikat, yaitu pengalaman menganalisa potensi migas di lepas pantai.
 
Setelah kembali dari tugas bekerja di luar-negeri, dan kembali ke kantor lama di Rumbai pada tahun 2004, saya mulai tergoda oleh kawan-kawan,  yang sudah berhenti dari Caltex dan pindah ke BSP. Saya sendiri merasa tidak ada alasan untuk menolak, apalagi kalau dilihat latar belakang saya sebagai putera daerah. Tapi tidak enak saja kalau langsung keluar dan pindah ke BSP.  Akhirnya keputusan pindah ke BSP saya ambil dengan berat hati setelah setahun saya kembali dari tugas di Amerika Serikat.  Ketika saya di interview oleh bagian kepegawaian mengapa saya pindah, padahal baru saja pulang dari tugas luar negeri, terpaksa saya jawab dengan alasan yang masuk akal; bahwa selama ini saya bekerja untuk NKRI juga, walaupun ada sebagian kecil untuk Caltex, sementara kalau saya bekerja di BSP nanti saya bekerja untuk NKRI seratus persen...

Alasan itu datang melintas begitu saja dari bawah sadar saya. Karena memang Caltex sesungguhnya adalah perusahaan kontraktor,  yang bekerja untuk pemerintah NKRI, yang dihitung berkontribusi untuk kepentingan bangsa Indonesia delapan puluh persen, hanya duapuluh persennya untuk keuntungan pemegang saham Caltex.  Sementara kalau nanti saya bekerja di BSP kontribusinya seratus persen, karena kawasan operasi CPP yang dikelola perusahaan daerah BSP bersama dengan perusahaan negara Pertamina..

Intinya saya akan selalu mengenang pengalaman bekerja di Caltex yang telah membekali saya "kekayaan", bukan saja kekayaan berupa ilmu terkait dengan geologi yang menjadi spesialisasi saya, namun lebih dari itu kekayaan budaya dan disiplin kerja yang bisa dikategorikan sebagai "soft skill" yang saya dapat selama duapuluh empat tahun bekerja.  Dengan bekal itu semua sampai hari ini hari bisa terus bekerja dan belajar...*

Penulis adalah Wakil Ketua Bidang SDA, Lingkungan Hidup dan Energi Terbarukan IKKS Pekanbaru.