PEKANBARU (ANEWS) - Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Indonesia terus terjadi hampir setiap tahun, terutama di daerah Sumatera, Riau dan Kalimantan. Menurut Kapolri Jenderal Tito Karnavian, dalam siaran pers BNPB pada Minggu (15/9/2019) menduga kuat Karhutla terjadi sebab ulah manusia, dan korporasi yang melakukan praktik 'land clearing untuk membuka lahan dengan cara membakar.
Pada tahun 2020, perkembangan dari kasus karhutla di Indonesia mengalami penurunan hingga 81 persen, yakni hanya mendekati 300 ribu hektar hutan yang terbakar dibanding tahun 2019 sebanyak 1,6 juta hektar hutan/lahan yang terbakar. Hal ini disampaikan Jenderal TNI Doni Monardo dalam webinar Kaleidoskop Kebencanaan 2020 yang disiarkan di youtube BNPB pada Selasa, (29/12/20).
Untuk Provinsi Riau, terhitung sejak 15 Februari hingga 31 Oktober 2021 pemerintah telah menetapkan status siaga Karhutla di Riau. Dalam hal ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) telah menyiapkan 11 helikopter untuk mengantisipasi dini terhadap adanya sumber api.
Dilansir dari liputan6, Kepala BPBD Riau Edwar Sanger menyebutkan bahwa diawal tahun 2021 telah terjadi kebakaran hutan di Riau, tentu hal ini hal yang penting untuk diperhatikan.
"Apalagi sejak Januari hingga Februari ini sudah terjadi kebakaran di Kabupaten Rokan Hilir, Bengkalis, Siak dan Kota Dumai, meskipun sudah teratasi," jelas Edwar.
Kebakaran hutan harus dicegah sedini mungkin agar tidak semaikin meluas. Untuk itu diperlukan upaya pencegahan. Hal yang dapat dilakukan adalah dengan menghindari membakar di area hutan, memantau titik api, melakukan patroli dan pengawasan lebih ketat, dan mendeteksi kebakaran hutan dan lahan sedini mungkin dengan kerjasama antara masyarakat dan pemerintah.