Sedih dan Rindu Menyambut Hari yang Fitri 1442 H (bagian 1)

Senin, 10 Mei 2021

Penulis, Apendi Arsyad

 

Oleh: Dr.Ir.H.Apendi Arsyad.MSi 

Subhanallah walhamdulillah wallahuakbar..
Syukron ibu Ir. Hj.Ita Novita.MS/Dosen Senior Agribisnis Faperta UNIDA Bogor, yang telah memposting video penyanyi terpopuler Melayu dari negara jiran Malaysia nan cantik Siti Nurhaliza. Sungguh tersentuh hati dan perasaan ini mendengar dan menyimak bait demi bait lagu Melayunya, terutama di saat ini sebentar lagi memasuki 1 syawal 1442H, hari raya Idul Fitri. Lagu yg didendangkan artis cantik Siti Nurhaliza ini, melantunkan syair-2 lagu yang sangat indah dan merdu tentang suatu kisah kerinduan seorang anak kepada ayah bundanya untuk bisa berkumpul bersama di hari bahagia (idul fitri), tetapi terkendala oleh situasi kondisi (pandemi Covid 19) yg tak memungkin dia untuk pulang (mudiak) ke desanya yang penuh kenangan. Untuk pencegahan pandemi.Covid 19 yang kini.masih kian menyebar, makanya Pemerintah melarang para perantau untuk mudik (baliak) berlebaran di kampung (desa) halamannya.

Lagu Melayu ini mengisahkan bagaimana perasaan bahagia seorang anak ketika bertemu, bersilaturrahmi dengan kedua orangtua (ayah-ibunya) yang tercinta dengan curahan penuh kasih-sayang, terutama dihari bahagia (bugya), hari lebaran Idul Fitri 1442 H nanti. Artis terkenal Siti Nurkhalisah dengan suaranya yang begitu sangat sahdu, merdu dengan vokal dan ritme yang khas membuat perasaaan (qalbu), hati ini menjadi penuh haru dan sedih karena tidak bisa bertemu bercengkrama dan mengobrol bersama sang kekasih ayah dan ibu di teras rumah atau ruang lainnya di rumahnya. 

Walaupun "jauh dimata dekatlah di hati", ...demikian salah satu bait syair lantunan lagu dan musik Melayu yg memdayu-dayu yang menusuk hati itu.  Asik sekali kita mendengarnya untuk menghibur diri di tengah kesunyian yang tengah kita alami.

Judul lagu Melayu ini, saya tak tahu begitu persisnya, tapi yang terbaca di teks video adalah "Sayu ...dan sayub", ada 2 kata, artinya bahasa Melayu sayu itu makna "sedih", sedangkan sayub "terbayang-bayang", ada kerinduan, kira-2 saya hanya bisa menduga-duga bahwa makna syair lagunya mengekspresikan sebuah rasa yang amat rindu disertai kesedihan teramat dalam terhadap ayah dan ibu di kampung (desa) yang tidak bisa ditemui, sebab ada kendala yang tak bisa teratasi akibat situasi musibah dan cobaan ("azab") berupa pendemi Covid 19 yang Allah SWT berikan kepada ummat manusia di belahan bumi ini dipenghujung abad ke 20, di era millenial berbasis industri 4.0.

Terus terang mendengar dan menyimak isi syair lagu, beserta memahami maknanya bait demi bait, jika kita menghayati lebih mendalam dengan hati yang tenang, tanpa sadar air mata pun menetes dan mengalir dipipi, berlinang air mata akibat meluapnya rasa yang amat rindu untuk bisa menatap wajah ayah dan ibu secara langsung (face to face) di rumahnya di desa yang sudah agak lama kita tinggalkan. Sebagai anak yg ditakdir Allah SWT hidup lama di perantauan dan bermukim serta telah menjadi warga atau penduduk "pribumi" di kota-2 besar, karena tuntutan pekerjaan dan profesi serta berumah tangga dengan berlainan suku, budaya dan daerah (out-breeding, nikah-kawin  berjodoh dengan bukan orang sesuku dan sekampung), maka mengakibatkan kita membina hidup berumah tangga di kota, yang menghambat kita jarang dan bahkan tidak dapat bersua setiap hari dan setiap saat dengan ayah dan ibu kandung kita yang amat kita sayangi.

Karena biasanya ayah dan ibukita lebih aman-nyaman, sangat menikmati dan betah tinggal di rumahnya aslinya sendiri di desa untuk mengisi kehidupan di hari tuanya, masa lansia. Walaupun kondisi rumah yang dihuninya.amat sederhana, kurang mempunyai fasilitas. Apalagi, atau terlebih mereka anaknya sudah memiliki keluarga dan jabatan (karier) yang hebat di tempat kerjanya, sehingga mempunyai tanggungjawab yang besar menjalankan amanah tugas kedinasan/kantor dimana dia bekerja, dan atau mencari nafkah dengan berbagai kesibukan dan penuh waktu karena berwirausaha, berbisnis misalnya berprofesi sebagai saudagar, pebisnis/berdagang, konsultan, usaha jasa dll. Hal ini membuat sebagian orang sulit bertemu dengan orangtuanya di desa.

Oleh karenanya pulang ke desa (kampung) kelahiran menemui kedua orangtua yang masih ada untuk bersilaturrahmi, sesungguhnya merupakan suatu kebutuhan hidup secara spiritual (basic human need) bagi mereka sikap.mentalnya sehat dan hidup normal.   

Selama berlebaran di kampung, kita berkesempatan juga bertemu muka dan saling berkunjung dengan para dunsanak (kerabat) yang latar belakangnya beraneka ragam profesi kehidupan ada yang sebagian telah hidup "sukses" (the have) di kampung dan di rantau, tetapi ada pula sebaliknya nasibnya agak kurang beruntung dan "malang" orang tak berpunya (the have not, miskin). Di waktu momentum menjelang 1 syawal idul fitri inilah, atau di penghujung bulan suci Ramadhan ini kita bisa hidup berbagi antar sesama kerabat tentang pengamalan berbuat kebajikan kepada orang-2 terdekat kita, untuk membuktikan kita ini bersaudara atas landasan Dinnulislam (ukhuwah ismalamiyah, brother hood) atas landasan imtaq kepada Allah SWT. Bagi yang berkemampuan dan memperoleh banyak rezeki ("kaya") bisa berbagi kebahagiaan dengan para dunsanaknya yang berkekurangan (fukoro masaqien) secara material dan spritual berupa doa dan tegur sapa yang menghibur dan menyenangkan. Berbagi antar sesama, berupa  berinfaq atau bersedekahnya dan berzakat bisa kita salurkan, dengan memberikan sesuatu berupa sejumlah uang, pakaian dan atau makanan di saat menjelang lebaran tiba.  Di saat kita berkumpul dengan keluarga besar dan para dunsanak inilah dengah suasana akrab dan bersahabat, rasa kerinduan selama ini terpendam yang amat mendalam bisa tercurahkan. 

Naluri ingin berkumpul dengan anggota keluarga besar di rumah orangtua pada tgl 1 syawal adalah momen yang membahagiakan dan juga terkadang mengharukan serta "menyedihkan" ("Sayu" bahasa Malaysia). Hadirnya lagu ini amat berguna menyadarkan kita akan pentingnya bersilaturrahmi dengan orangtua dan sanak keluarga di desa.**(bersambung)

(Penulis adalah Pendiri-Dosen/Assosiate Professor pada Prodi Agribisnis Faperta Universitas Djuanda Bogor, Konsultan K/L, Aktivis Ormas di Bogor, dan Pengamat Sosial.)