Musda Demokrat Riau Berbuntut, Kader Mundur dan Bakar Atribut Partai

Rabu, 01 Desember 2021

Sejumlah kader Partai Demokrat Riau membakar atribut sebagai bentuk kekecewaan karena Musda tetap digelar di Kota Pekanbaru, Riau, Selasa (30/11/2021). (Ft.Kompascom)

PEKANBARU (ANEWS) - Musyawarah Daerah (Musda) yang digelar Partai Demokrat Provinsi Riau kini berbuntut dengan munculnya kekecewaan sejumlah kader partai berlambang mercy itu. Sejumlah kader yang merasa kecewa akhirnya meluapkan kekecewaan dengan aksi mundur ramai-ramai dan membakar atribut partai tersebut.

Musda V Partai Demokrat (PD) Provinsi Riau itu digelar di SKA Co-Ex di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, Selasa (30/11/2021). Hasil Musda ini, Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Kota Pekanbaru Agung Nugroho akhirnya terpilih secara aklamasi sebagai calon Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PD Riau. 

Usai Musda PD Riau tersebut, terjadi pembakaran atribut yang dilakukan sejumlah kader PD itu sendiri. Mereka kecewa Musda tetap digelar. Aksi pembakaran atribut dilakukan di depan Kantor DPD Demokrat Riau di kawasan Jalan Arifin Achmad, Pekanbaru. 

Hal itu usai sejumlah kader melakukan aksi penolakan di lokasi Musda. Sejumlah kader membakar baju, bendera, jaket dan atribut berwarna biru itu. 

Kekecewaan turut dirasakan Asri Auzar, selaku Ketua DPD Demokrat Riau periode 2017-2022. Asri berpandangan, Musda ini tidak sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) PD. 

"Hari ini Musda dilakukan DPP terhadap Partai Demokrat Riau. Dalam pandangan saya, Musda ini tidak sesuai dengan AD/ART partai. Tidak dihadiri orang DPD, temasuk saya sendiri sebagai ketua. Dan mereka tetap lanjut Musda ini," ujar Asri saat diwawancarai wartawan usai pembakaran atribut PD, Selasa. 

Menurut dia, pelaksanaan Musda tersebut sama dengan mengambil alih paksa terhadap jabatan ketua DPD Demokrat Riau oleh DPP PD. "Dulu saya bangga menjadi kader Partai Demokrat. Saya terdepan memperjuangkan partai ini. Tapi, hari ini saya juga bangga keluar dari Partai Demokrat," ungkap Asri. 

Ia mengatakan, PD tidak lagi berpegang pada AD/AR. Walaupun AD/ART tidak pernah dibahasnya. 

"Namun, Ketum kami AHY (Agus Harimurti Yudhoyono) yang pertama saya kagumi kemarin, hari ini pudar di mata saya. Bahwa beliau tidak ubahnya seperti apa yang sahabat-sahabat saya yang kemarin. Bapak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) sering menyampaikan kepada kami bahwa kami harus selalu sopan santun dan beretika, menjalankan aturan-aturan partai dan tidak boleh melanggar AD/ART," ujar Asri. 

Asri merasa dizalimi dengan digelarnya Musda PD Riau itu. Ia menyebut musda itu hanya ecek-ecek. Meski demikian, Asri mengaku ikhlas. 

"Mestinya Musda ini dilakukan melalui tahapan-tahapan. Saya dulu dilantik tahun 2017 dan menjabat sampai 2021. Tapi, hari ini dilakukan Musda. Musda apa namanya? Saya pun tidak tahu. Musda-kah atau Musdalub?" kata Asri. 

Sementara itu, Juru Bicara DPC Demokrat se-Riau Muzammil mengatakan, dalam Musda ini tidak ada pihak yang dizalimi. Proses pelaksanaan Musda adalah konstitusional. "Pelaksanaan Musda sudah sesuai dengan amanat parta, AD/ART dan PO (Peraturan Organisasi) partai ini," tegas Muzammil dalam konferensi pers di Pekanbaru, Selasa malam. 

Ia menyatakan, percepatan digelarnya Musda itu merupakan kehendak seluruh pemilik suara. Bahkan, Musda sempat tiga kali diundur. Karena itu, pihaknya meminta DPP Demokrat untuk segera menggelar Musda di Pekanbaru. 

"Jadi, bahwa tidak terpilihnya Bapak Asri Auzar bukan karena dizalimi," tegas Muzammil. 

Saat ditanya terkait adanya kader yang membakar atribut karena kecewa dengan Musda, Muzammil menyebut hal itu merupakan dinamika. Menurutnya, hal tersebut juga manusiawi apabila ada yang terpilih dan tidak terpilih. 

"Itu dinamika biasa, lumrah dalam kita berpartai," ujar Muzammil.

Ia menyebut, Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sangat menghargai pengurus PD Riau sebelumnya. Buktinya, AHY sempat mempertahankan Asri Auzar sebagai Wakil Ketua DPRD Riau hingga mengundurkan diri dan maju sebagai calon Bupati Rokan Hilir pada pilkada serentak beberapa waktu lalu. 

"Jadi, percepatan Musda ini untuk menghadapi Pemilu 2024 mendatang. Karena itu, kita perlu segera melaksanakan konsolidasi di tingkat daerah," kata Muzammil. 
Sementara, Agung Nugroho, Ketua DPD Demokrat Riau terpilih menilai proses Musda sudah berjalan sesuai dengan AD/ART partai. 

"Percepatan Musda ini bukan kehendak DPP Demokrat, tapi ini adalah kehendak dari seluruh pemilik suara, yaitu semua DPC Demokrat se Riau," kata Agung. 

Agung yang juga Wakil Ketua DPRD Riau ini mengatakan, DPP Demokrat sudah tiga kali mengirimkan surat agar melaksanakan Musda. Namun, beberapa kali ditunda dan membuat semua DPC gelisah. 

Namun, Musda ini berujung pada kekecewaan sejumlah kader dan bahkan Ketua DPD Demokrat Riau, Asri Auzar menyatakan keluar dari partai karena merasa dizalimi. 
"Bapak Asri Auzar justru mendapat perhatian khusus dari Mas AHY. Jadi tidak ada yang dizalimi dalam hal ini," kata Agung. 

Ia mengungkapkan bahwa dalam Musda ini, yang mengusulkan calon Ketua DPD Demokrat Riau adalah murni dari seluruh DPC se Riau, bukan dari DPP. 

"Tapi kan ini belum selesai di Musda. Musda baru ini baru hanya memberikan dukungan dan menetapkan calon. Masih ada satu tahapan lagi, yaitu fit dan proper test di hadapan Ketua Umum dan juga Sekretaris Jenderal dan Kepala BPOK (Badan Pembina Organisasi, Kaderisasi, dan Keanggotaan) Partai Demokrat. Pak AHY juga menyampaikan pesan pada Musda bahwa seluruh kader Demokrat Riau dan di Indonesia agar tetap solid dan jangan mau dipecah belah," ujar Agung. (*/ZET)