Mihara Mosque Japan, Masjid "Kampung Indonesia" Pusat Aktivitas Masyarakat Muslim di Negara 'Matahari Terbit'

Sabtu, 11 Desember 2021

Dari kiri Sabiruddin, Tarmizi Muhammad Umar, Tri Kustono Adi, tiga di antara ratusan Masyarakat Muslim Indonesia yang aktif menyemarakkan syiar Islam di Mihara Mosque Japan. (Ft.Ist-ANews) 

Oleh: Suzanna Hadi Ma’rifat dan Tri Kustono Adi
(Penulis adalah Masyarakat Muslim Indonesia, kini bermukim di Jepang)

HARI Ahad pekan pertama bulan Desember, menjadi pengajian terakhir yang diadakan oleh ibu-ibu jemaah Masjid Mihara menutup tahun 2021. Seperti biasa sepekan sebelum hari H, Dian Indah Sari dari divisi Ummahat/Perempuan dan Anan-anak mengumunkan pelaksanaan pengajian di grup aplikasi line khusus anggota. 

Aida Narita, dari divisi yang sama kemudian mengusulkan nasi liwet untuk menu makan siang kali ini dan para ibu dipersilahkan memilih satu atau dua jenis makanan tambahan untuk dibawa.

Jam 10.00 pagi, hari Ahad tanggal 5 Desember, meja makan di Masjid Mihara sudah dipenuhi oleh berbagai macam jenis makanan sesuai dengan yang telah disetujui bersama. Nasi liwet dengan ‘teman-temannya’ seperti ayam goreng, tahu dan tempe bacem, lalapan daun selada dan mentimun sambal tomat dan telur lengkap dengan makanan kecil seperti kue bolu, aneka gorengan dan lain-lain. Semuanya menggugah selera.

Seperti tradisi masyarakat di Indonesia, di Masjid Mihara, nasi liwet juga di hidangkan di atas daun pisang dan di makan bersama-sama sambil lesehan di lantai. 

Lalu dari mana diperoleh daun pisang? Dari halaman belakang Masjid. Ada berbagai macam jenis tumbuhan khas negeri kita seperti pohon pisang, ubi kayu, cabai, serai, kangkung, tomat dan lain-lain ditanam disana.

Semua aktifitas disini dilakukan sama seperti keadaan di tanah air. Baik bahasa yang dipergunakan, makanan, minuman, pakaian yang dikenakan dan lain-lain. Tidak heran kalau kemudian Masjid Mihara mendapat julukan sebagai Kampung Indonesia.

Saat ini Masjid Mihara menjadi pusat dari seluruh aktifitas masyarakat muslim Indonesia yang bertempat tinggal di Prefecture (Provinsi) Hiroshima dan Prefecture tetangga seperti Okayama, Yamaguchi dan lain-lain. 

Baik aktifitas yang bersifat keagamaan seperti pengajian ibu-ibu dan pengajian anak-anak, sholat jumat, taraweh, berbuka bersama pada bulam Ramadhan dan lain-lain maupun aktifias yang bersifat umum seperti peringatan hari-hari besar Republik Indonesia. Harapan dan mimpi yang sekian lama ada di dalam hati dan fikiran umat Islam Mihara, dengan izin Allah sudah terwujud dengan sempurna.

Didirikan tahun 2016

Beberapa tahun yang lalu, masyarakat muslim Indonesia di Mihara dan kota-kota lain yang berada di sekitarnya, harus menempuh jarak sekitar 50 km menuju ke Masjid As-Salam di Higashi Hiroshima-Shi (Saijo) untuk dapat berkumpul bersama, melaksanakan sholat Idhul Fitri dan Idhul Adha, maupun sholat Jumat.

Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah masyarakat muslim Indonesia di Mihara (pada tahun 2016 berjumlah sekitar 113 orang dengan komposisi 75 orang dewasa, 28 balita), dirasa perlu untuk mempunyai tempat ibadah sendiri yang bisa dijadikan sebagai balai pertemuan sekaligus taman pendidikan.

Maka pada awal Februari 2016, dibentuk panitia kecil yang beranggotakan Tarmizi Muhammad Umar, Muhammad Rifa’i, Siswo Setyo Baroto, Niki dan Bobi Chandra untuk mewujudkan keinginan tersebut.

Pada tanggal 29 Mei 2016, sebuah rumah tradisional hunian warga setempat dengan luas bangunan 256,39 m2 memiliki luas tanah 687,30 m2 berhasil dimiliki dengan harga beli senilai 3,3 juta yen (Rp419.100.000,-) nilai tukar Rp 127/yen. Sejak saat itu didirikan BKM (Badan Kemakmuran Masjid) sebagai organisasi pengurus Masjid Mihara.

Masjid Mihara kemudian berfungsi khususnya sebagai tempat peribadatan umat Islam yang meliputi penyelenggaraan sholat Jumat (sejak 2017), sholat hari raya Idul Fitri dan Idul Adha dan lain-lain. 

Kegiatan pendukung lain seperti pendidikan baca tulis Alquran untuk anak-anak juga dilakukan secara berkala dengan fasilitator mahasiswa Hiroshima University. Majelis pengajian Sabtu malam dan Ahad pagi juga digelar secara berkala. Termasuk pengajian khusus untuk ibu-ibu muslimat.

Dalam perkembangannya, kegiatan tersebut tidak saja dihadiri oleh masyarakat muslim yang tinggal di kota Mihara namun juga kota-kota lainnya, seperti kota Highashi Hiroshima (Saijo), Onomichi, Inoshima, Mukaishima, Fukuyama, Hiro, Kawajiri, Nigata, Miyoshi, Okayama dan lain-lain. Mayoritas adalah muslim Indonesia.

Masjid Mihara, sebagai salah satu dari tiga buah masjid yang ada di Prefecture Hiroshima, cukup popular di lingkungan masyarakat Indonesia di Jepang, menjadi ‘meeting point’ komunitas Indonesia di wilayah Hiroshima bahkan area Chugoku, Jepang Barat. 

Komunitas Indonesia dengan beragam latar belakang status visa (Pelajar, Pemagang, Permanen resident), profesi (Pelajar, Pekerja Migran Indonesia) hingga budaya (Sumatera, Jawa, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara). Diperkirakan saat ini terdapat sekitar 2000-an WNI yang tinggal di Prefektur Hiroshima (data 2020).

Melihat fenomena yang demikian, maka tidak aneh bila muncul ungkapan bahwa Wisatawan Indonesia belum dianggap sudah berkunjung ke Hiroshima apabila tidak singgah di Masjid Mihara.

Kemudahan untuk mencapai Masjid, menjadi salah satu penyebab banyak masyarakat Indonesia di Jepang berkeinginan untuk mengunjunginya. Di kota ini semua moda trasnportasi umum tersedia. Mulai dari bus, kereta api, kapal feri, taksi, Shinkanshen (Kereta Api super cepat) hingga bandara internasional Hongo siap untuk mengantar para pengunjung mendatangi Masjid Mihara. 

Masjid Mihara membina hubungan baik dengan berbagai komunitas muslim di Jepang seperti Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Hiroshima, Komunitas Muslim Indonesia (KMI) Hiroshima, Pengurus Cabang Istimewa Nahdatul Ulama (PCINU) Jepang, Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Jepang dan komunitas Indonesia lainnya seperti Persaudaraan Masyarakat Indonesia di Jepang (PMIJ), Fuku-inkai (Perkumpulan Orang Indonesia di Fukuyama dan sekitarnya), Gerakan Sedekah Kebumen (GSK), Bharaya Viking Japan, dan lain-lain.

Sementara ini, kantor Majelis Wakil Cabang Istimewa Nahdatul Ulama (MWCI-NU) Hiroshima dan Pimpinan Ranting Istimewa (PRI) Muhammadiyah (Persiapan) Hiroshima bertempat di Masjid Mihara. Masjid Mihara juga menjalin hubungan baik dengan pemerintah setempat (Kota Mihara dan Perfektur Hiroshima). 

Hubungan baik juga dijalin dengan pemerintah Indonesia (KBRI Tokyo maupun KJRI Osaka). Bahkan pada tahun 2019, kegiatan Warung konsuler KJRI Osaka pernah diselenggarakan di Masjid Mihara. 

Warung konsuler merupakan inovasi pelayanan publik yang dikembangkan pemerintah Indonesia dalam hal ini KBRI Tokyo maupun KJRI Osaka yang bertujuan membangun komunikasi dengan masyarakat Indonesia di wilayah kerja masing-masing, dalam rangka membantu pengawasan dokumen kependudukan, serta mengurangi pelanggaran izin tinggal. Pelayanan konsuler yang paling banyak dilakukan adalah pembuatan paspor baru. Layanan ini dapat dilaksanakan minimal ada 10 orang.

Pada tanggal 19 Oktober 2020, Masjid Mihara memperoleh sertifikasi sebagai Yayasan berbadan hukum dari Pemerintah Jepang (Ippan Shadan Hoojin) dengan nomor lembaga 62400-05-015105.

Dalam ringkasan sertifikasi disebutkan tujuan Lembaga di antaranya adalah, menyelenggarakan aktivitas keislaman; sholat, puasa, zakat dan pernikahan, tempat konsultasi dan meminta bantuan saat keluarga ada yang meninggal bagi umat Islam; tempat konsultasi dan meminta bantuan saat keluarga ada yang melahirkan bagi umat Islam; ikut aktif untuk mendirikan tempat Ibadah bagi Muslim; aktif menyelenggarakan pertukaran Budaya, Bahasa, Seni, Pakaian, dan Masakan bagi masyarakat Indonesia dan Jepang.

Di samping itu, juga bertujuan untuk menyediakan informasi tentang Islam dan memfasilitasi sertifikat keislaman bagi muallaf; menyelenggarakan Forum Internasional tentang Alquran, Islam, Bidang Ilmu Pengetahuan dan Bidang Sosial serta menyelenggarakan Pendidikan dan Pelatihan bagi Komunitas Muslim, Memfasilitasi pengumpulan dana dan zakat serta menyelenggarakan program kemanusiaan; melakukan kegiatan kemanusian dengan menyediakan tempat pengungsian dan meringankan penderitaan korban saat terjadi bencana alam, gempa, angin topan, hujan deras dan semua kegiatan yang boleh dilakukan Ippan Shadan Houjin adalah yang tertera diatas. (diterjemahkan dari Ippan Shadan Hoojin/Sertifikat Yayasan Berbadan Hukum dari Pemerintah Jepang).

Setelah menerima Ippan Shadan Hoojin, pengurus MMJ berkewajiban untuk melaksanakan rapat umum tentang evaluasi dan laporan kegiatan serta mengadakan pemilihan pengurus baru setiap dua tahun. 

Hingga hari ini Masjid Mihara telah menerima kunjungan dari berbagai pihak baik WNI maupun WNA. Mereka antara lain adalah Penasehat Raja Salman dari Arab Saudi; Nagai Arifin, sensei dari Tokyo; Arif Hidayat dan Bassem Abdullah dari Hiroshima Islamic Center (HIC); M. Zaki dan Yunus dari Komunitas Muslim Indonesia Hiroshima (KMIH); Bambang, Gunawan dan Peggy Melati Sukma dari Jakarta; Persatuan Masyarakat Islam Hiroshima (PMIJ); ibu-ibu Al Hidayah dari Fukuyama; Kenshusei dari Hongo, Innoshima, Mukaishima dan dari Kure.

Juga datang berkunjung Wisnu Edi Pratignyo (Saat menjabat sebagai Konjen RI di Osaka), Prof. Jaja (Rektor Univ. Muhadi Setiabudi, Brebes, Jateng), Indartato (saat menjadi Bupati Pacitan), Ustadz Addin Noer (Al Mutazam, Kuningan), Jamaah Tablig dari Lampung. Yang terbaru adalah Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang Heri Akhmadi datang berkunjung ke MMJ pada pekan pertama bulan Agustus 2021.

Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Mihara Mosque Japan adalah sebagai berikut. Penasehat: Duta Besar RI untuk Jepang merangkap Federasi Mikronesia di Tokyo, Konsul Jenderal Republik Indonesia di Osaka, H. Syahmin Effendi, Muhammad Dian Narita dan Pandapotan Batubara. Direktur: H. Tarmizi Muhammad Umar. Asisten Direktur Administrasi & Keuangan: Muhammad Imam Mudlofar.

Organisasi ini juga dilengkapi divisi-divisi: 1. Divisi Serikat Tolong Menolong (STM-Mihara): Anggoro Adi Mulyawan dan Yusrianto Sugihara, 2. Divisi Ummahat/Perempuan dan Anak-anak: Dian Indah Sari dan Aida Narita. 3. Divisi Pemuda Masjid: Mohan Pribadi dan Aqneesa. 3. Divisi Rumah Tangga Masjid: Rochmat Sholeh dan Dedi Rosadi Yamamoto. Divisi Komunikasi dan Informasi: Perry Tahari, Sabiruddin dan Suzanna Hadi Ma’rifat.

Kedepan baik pengurus maupun masyarakat muslim Mihara khususnya, dan Hiroshima umumnya memiliki rencana untuk merenovasi Masjid Mihara menjadi sebuah gedung yang representative. Usia bangunan yang sekarang sudah cukup tua. Peruntukan aslinya adalah rumah hunian, bukan dirancang sebagai masjid.

Sebuah bangunan baru yang bentuknya sesuai dengan fungsinya menjadi sebuah kebutuhan. Juga karena mengingat akan semakin berkembangnya komunitas ini akibat dari pernikahan, kelahiran dan lain-lain.

Cetak biru gedung baru Masjid Mihara telah disiapkan dengan bantuan konsultan mahasiswa pascasarjana jurusan Arsitektur Hiroshima University asal Indonesia, Yang menarik dari cetak biru tersebut adalah adanya paduan artitektur Indonesia dan Jepang. 

Kekhasan tersebut ada dalam rancangan interior maupun eksterior bangunan. Dukungan umat Islam di belahan dunia manapun berada, menjadi harapan bagi terwujudnya mimpi indah ini. ***

Alamat Masjid Mihara Japan:  729-2251 Hiroshima-Ken, Mihara-Shi, 13-24 Saizaki Kuwaki. Nomor kontak +8190-8600-9308. https://masjidmihara.wordpress.com/. email: [email protected], IG: @MasjidMihara, Twitter: @MasjidMihara, FB: MiharaMasjid. Nomor rekening Japan post bank: Mihara Mosque Kyokai 15140-51154331 Mihara.