Mengenal Lebih Dekat Sosok H Tarmizi Muhammad Umar, Direktur Mihara Mosque Japan

Selasa, 25 Januari 2022

Direktur Mihara Mosque Japan H Tarmizi Muhammad Umar bersama jemaah masjid. (F:ist-ANews)

Oleh: Suzanna Hadi Maarifat dan Tri Kustono Adi

Monumen Bom Atom ada di kota Hiroshima
Sebuah kota terkenal di negeri Jepang
Inilah sekelumit kisah seorang anak bangsa
Yang terlahir dari daerah Palembang

Berjalan-jalan ke negeri Jepang
Jangan tak singgah di Masjid Mihara
Inilah cerita si putra Palembang 
Menjadi pembuat kapal di negeri Sakura


Sore Ahad awal pekan bulan Januari 2022 kami mengobrol santai di ruang makan Masjid Mihara. Lingkungan masjid di sudut manapun telah menjelma menjadi ruang publik yang dapat diakses oleh seluruh jemaah. Masjid Mihara menjadi tempat favorit bagi jemaah yang ingin bersilaturrahim dengan sesama WNI di akhir pekan, setelah melalui hari-hari yang sibuk menjemput rizki di awal pekan.

H.Tarmizi Muhammad Umar.

Lokasi masjid berada di perbukitan, namun sangat mudah untuk mencapainya disebabkan fasilitas jalan menuju ke masjid beraspal dan mulus. Posisi masjid cukup tinggi dari permukaan jalan raya utama. Suasana di sekitar sunyi walaupun banyak rumah penduduk di tambah udara yang bersih, menjadi nilai plus bagi jemaah untuk khusuk beribadah.

Di bawah temperatur antara 2 hingga 6 derajat celcius di musim dingin saat ini, berbincang santai di dalam ruangan yang hangat menjadi pilihan kami. Ditemani secangkir teh hangat beraroma kayu manis dan beberapa jenis cemilan kecil. Sambil menunggu azab magrib berkumandan, kami mulai obrolan ringan dengan Direktur Mihara Mosque Japan.

Pertama bertemu dengan Tarmizi, begitu “Nahkoda” MMJ ini biasa disapa, orang akan mengira dia berasal dari Sulawesi, tepatnya Sulawesi Selatan. Terutama menilik dari gaya bahasa bila sedang berbincang-bincang.  Intonasi suaranya terdengar persis orang Makassar, daerah asal Jusuf Kalla, mantan wakil presiden Republik Indonesia dua periode itu.

Tentu perkiraan orang akan salah, karena aslinya Tarmizi berasal dari kota Kayu Agung, ibu kota Kabupaten Ogan Komering Ilir lebih kurang 96 km dari Palembang, ibu kota Sumatera Selatan. Dilahirkan pada tanggal 5 Juli 1972, anak laki-laki nomor 2 dari 5 bersaudara ini sejak kecil suka bermain sepak bola.

“Ayah saya adalah seorang petani, pagi-pagi sebelum pergi ke sawah maupun setelah pulang dari bertani pada sore harinya, ayah akan datang ke Masjid As Sa-adah,  masjid satu-satunya yang ada di desa kami, untuk membersihkan rumput di halaman masjid” kenang Tarmizi memulai pembicaraan.

Sekolah Dasar dilaluinya di Desa Sukarami, Kecamatan Tanjung Lubuk,  Kabupaten Ogan Komering Ilir. Mulai dari SMP Tarmizi kecil sudah merantau ke kota Kayu Agung dan pulang ke kampung 2 pekan sekali. Tamat dari SMP, dia melanjutkan pendidikan ke Sekolah Pendidikan Guru (SPG) di kota yang sama. 

Sejak duduk di bangku  SPG mulai dari kelas 1 hingga kelas 3, jabatan sebagai ketua kelas selalu diserahkan oleh teman-teman sekelas kepada dirinya. Pada saat yang sama Tarmizi juga menjadi ketua Pramuka dan ketua Organisasi Intra Sekolah (OSIS).

Boleh dibilang, masa-masa menjadi siswa di SPG adalah saat jiwa kepemimpinannya mulai terlihat dan terasah dengan baik.

Tamat dari SPG, Tarmizi mencoba peruntungan dengan mengikuti test Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) untuk masuk ke IKIP Bandung (sekarang UPI) dan IKIP Yogyakarta (sekarang UNY), namun nasib baik belum berpihak kepadanya.

Gagal mengikuti UMPTN, tahun 1991, Tarmizi melanjutkan petualangannya dengan merantau ke Purwakarta, Jawa Barat, “Saat keinginan merantau saya sampaikan kepada kedua orang tua, beliau sangat terharu dan cemas, mengingat belum ada dari keluarga kami termasuk kedua orang tua saya yang pernah menginjakkan kaki di tanah Jawa, walau dengan berat hati, beliau berdua tetap memberi izin”, Tarmizi melanjutkan. 

Di Purwakarta Tarmizi bekerja pada sebuah perusahaan Jepang yang bergerak di bidang chemical. Tidak mudah untuk melamar menjadi karyawan disana, namun alhamdulillah test berkali-kali dapat dilalui dengan baik hingga akhirnya diterima.

Perusahaan ini adalah anak usaha dari Asahi Chemical Industri, sebuah usaha yang bergerak di bidang tekstil. 

Saat sedang istirahat di kantin perusahaan, tiba-tiba matanya melihat sebuah artikel pada sebuah koran yang sangat menarik perhatian. Isi dari artikel tersebut adalah “Pemuda Indonesia yang berotak encer dan memiliki orang tua yang kaya, akan memilih melanjutkan pendidikannya ke Luar Negeri untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik agar kelak bila kembali ke Indonesia bisa dengan mudah memperoleh pekerjaan yang baik pula dengan penghasilan di atas rata-rata”.

Selesai membaca artikel tersebut, Tarmizi menjadi terpacu untuk mencari cara agar dapat berangkat ke luar negeri meskipun merasa tidak cukup pintar dan tidak cukup berharta. Ada dorongan dari dalam hatinya untuk mengubah nasib ke arah yang lebih baik, bagaimanapun caranya.

Dengan tekad yang bulat, Tarmizi akhirnya memutuskan untuk ke luar dari pekerjaan yang telah dilakoninya selama 3 tahun di Purwakarta. Tujuan pertama adalah Korea Selatan. Tarmizi yakin di negara itu cita-citanya untuk mengubah nasib insyaa Allah akan terbuka dengan lebar.

Namun takdir membawanya singgah di kota Jakarta. Atas budi baik seorang teman,  Tarmizi dapat ikut serta bergabung di perusahaan yang sama di tempat teman tersebut bekerja. Perusahaan yang mempunyai link dengan perusahaan besar di Jepang ini seolah-olah semakin mendekatkan harapannya untuk bisa mengubah nasib di negeri impian.

Di perusahaan kayu di Jakarta, Tarmizi bertindak sebagai tenaga ahli setelah melalui pelatihan selama 6 bulan di salah satu kota di Papua untuk kemudian di kirim bertugas ke Jepang selama 3 bulan. Demikian dilakukan selama lebih kurang 3 tahun, bolak balik antara Papua dan Jepang.

Di penghujung tahun ke 3 bekerja bekerja di perusahaan kayu, Tarmizi kembali di tugaskan untuk ke Jepang.

Saat berada di Jepang, untuk suatu keperluan, Tarmizi bermaksud mencari sesuatu di toko baju Shimamura yang terletak tidak jauh dari mess perusahaan tempat dia tinggal. 

“Ternyata, Allah Yang Maha Mengatur hajat hidup seluruh umatNya, telah menyiapkan sebuah skenario yang kelak akan merubah jalan hidup saya untuk selamanya”, kenang Tarmizi. 

Saat sedang mencari-cari sesuatu, terjadi pertemuan yang tidak direncanakan dengan seorang gadis keturunan Jepang bernama Aida Narita.

Tidak butuh waktu lama bagi kedua insan yang telah ditakdirkan Allah untuk berjodoh ini. Dua bulan setelah pertemuan tersebut, Tarmizi meminta Aida untuk menjadi istrinya di depan ayahanda Aida Narita. Gayung bersambut, lamaran Tarmizi diterima dengan tangan terbuka oleh sang ayah, calon mertua.

Setahun setelah pernikahan yang dilaksanakan di kota Lhokseumawe, Aceh, Tarmizi dan Aida berkumpul sebagai suami istri dan menetap di kota Hiyogo, Prefectur Hyogo.

Tiga tahun kemudian pasangan suami istri ini memutuskan pindah ke Fukuyama di Prefectur Hiroshima dan tahun 2004 mereka berdua pindah ke Mihara.

Saat itu, di Mihara kegiatan keagamaan seperti pengajian, berbuka bersama, taraweh dan lain-lain sudah berjalan dengan baik, diinisiasi oleh senior-senior  seperti Abidin Samosir, Sugiono Sugihara, Syahmin Effendi, Muhammad Dian Narita, Rusmali dan banyak lagi.  Acara dilakukan dari rumah ke rumah. Adapun Sholat Idhul Fitri maupun Idhul Adha di lakukan di Masjid As-Salam di Higashi Hiroshima.

“Tahun 2006 untuk pertama kalinya saya pergi haji bersama istri. Tahun 2011 saya kembali pergi ke tanah suci bersama ibu dan istri, namun kali ini kepergian saya berhaji selain untuk menemani ibu saya sekaligus untuk menghajikan ayah saya yang telah meninggal dunia pada bulan Agustus 2010 (haji badal)”, jelasnya.

Segera setelah kepindahannya ke Mihara, melihat semangat yang tinggi dalam mengurus tidak hanya kegiatan keagamaan, tetapi juga olah raga dan kegiatan-kegiatan lainnya, pada pemilihan pengurus yang di lakukan untuk pertama kalinya di Mihara, Tarmizi di tunjuk menjadi ketua Persaudaraan Masyarakat Indonesia di Jepang (PMIJ) Hiroshima di Mihara. 

Dengan kefasihannya berbahasa Jepang, komunikasi dengan Pemda setempat terjalin dengan baik, sehingga keinginan agar komunitas dapat mempergunakan fasilitas yang ada di kota ini seperti gedung untuk kegiatan olah raga dan lain-lain dapat disampaikan dengan baik.

Perlahan tapi pasti, mengingat jumlah muslim Indonesia semakin bertambah jumlahnya, atas kesepakatan bersama, PMIJ Mihara menyelenggarakan sholat Idhul Fitri dan Idhul Adha di kota Mihara dengan menyewa sebuah ruangan.

Dengan statusnya sebagai pemimpin, Tarmizi tidak hanya menjalin hubungan dengan Pemda Mihara, namun juga dengan pihak KBRI di Tokyo maupun pihak Konsul Jendral RI di Osaka.

Hubungan yang sangat baik dengan KJRI sebagai perpanjangan tangan pemerintah pusat RI untuk daerah Jepang Bagian Barat sudah mulai di lakukan secara intens pada tahun 2010 sejak Konjen di kepalai oleh Bapak Ibnu Hadi (sekarang dubes RI untuk Vietnam), dilanjutkan oleh Bapak Wisnu Edi Prayitno, kemudian Bapak Mirza Hidayat hingga Konsul Jenderal RI saat ini Ibu Diana Emilla Sari Sutikno.

Adakah peristiwa yang sangat berkesan yang dialaminya sejauh ini di Jepang? 

“Dalam perjalanan hidup setelah lebih kurang 17 tahun menetap di Mihara, ada satu peristiwa yang boleh jadi sangat membekas di hati saya, yaitu ketika Wakil Presiden Bapak Jusuf Kalla menerima gelar Doktor Honoris Causa Bidang Pembangunan dan Perdamaian dari Universitas Hiroshima,  pada hari Rabu tanggal 21 Februari 2018”.

Beberapa hari sebelum kedatangan beliau ke Hiroshima, saya mendapat panggilan tilpun dari teman WNI dan pengusaha di Tokyo. Teman tersebut meminta saya untuk dapat menghandle perjalanan wakil presiden dan rombongan keluarga beserta paspampres dari Station Shinkansen di Hiroshima city ke Hiroshima University di Higashi Hiroshima hingga kembali ke Hiroshima city.

“Tentu saja saya menyanggupi, karena tidak semua WNI di Jepang bisa mendapatkan pengalaman berharga menjadi supir wakil presiden walaupun hanya sehari” jawab Tarmizi mengakhiri bincang santai sore kami.

Menjadi bagian dari kebaikan
Adalah semboyan Masjid Mihara yang luhur
Jika ada yang ingin di tanyakan
Silahkan hubungi pak Direktur

Masjid Mihara Masjid Indonesia
Lokasi berada di Hiroshima
Demikian sekilas kisah dan cerita
Semoga bermanfaat bagi pembaca Amanah semua

 

Alamat Masjid Mihara Japan : Kode pos 729-2251 Hiroshima-Ken, Mihara-Shi, 13-24 Saizakikuwaki.. HP/WA : +8190-8600-9308. Rekening Japan Post Bank Nomor :  15140-51154331 (JPY) an Mihara Mosque Kyokai atau BNI Nomor (009) 905566218 an Tarmizi Muhammad Umar. MMJ menerima zakat, infak, sedekah dan wakaf silahkan kirimkan donasi anda ke nomor di atas.