Dinamika Perkembangan Bahasa Jepang di Riau

Senin, 21 Maret 2022

F.Nana Rahayu

Oleh : Nana Rahayu

Jepang dan Indonesia mempunyai sejarah hubungan kerjasama bilateral sejak lama Kedua negara merupakan mitra strategis dalam kerjasama ekonomi, politik, pendidikan dan keamanan.  

Selama 60 tahun Jepang menjalin kerjasama di bidang pendidikan dengan indonesia. Adanya kerjasama ini membuka kesempatan bagi anak-anak muda Indonesia belajar dan memiliki pengetahuan mengenai bahasa dan budaya Jepang. 

Bukti adanya kerjasama yang baik antara Jepang dan Indonesia adalah masuknya mata pelajaran bahasa Jepang dalam kurikulum pendidikan di sekolah dan universitas di Indonesia. Selain itu pemerintah Jepang juga memberikan bantuan beasiswa untuk putra putri Indonesia dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan secara  langsung ke Jepang. Kerjasama ini tentunya dapat meningkatkan penyebaran budaya dan bahasa Jepang dengan tersistimatis.

Berdasarkan hasil survey The Japan Foundation tahun 2018 yang mengkaji tentang tingkat pemelajar bahasa Jepang di dunia menunjukan bahwa Indonesia menduduki urutan kedua setelah Republik Rakyat Tiongkok dalam pemelajar bahasa Jepang terbanyak. Angka dari survey tersebut menunjukkan bahwa ada 2879 institusi penyelenggara bahasa Jepang formal dan non formal, 5793 guru/dosen, dan 709.479 siswa/mahasiswa di Indonesia yang belajar bahasa Jepang saat ini. Dilihat empat faktor pengukur yaitu, urutan jenjang pendidikan, jumlah lembaga penyelenggara bahasa Jepang, jumlah guru/dosen dan jumlah siswa, menunjukkan peningkatan pemelajar pada pendidikan dasar, pendidikan tinggi dan non sekolah. Namun justru di pendidikan menengah yang nota bene menawarkan skala terbesar pendidikan bahasa Jepang di Indonesia mengalami penurunan pada jumlah peserta didiknya. Hampir 90% pemelajar bahasa Jepang di Indonesia adalah siswa pendidikan menengah atau SMA/MA/SMK.

Penurunan jumlah peserta didik pada pendidikan menengah ini adalah salah satu dampak dari perubahan kurikulum. Mata pelajaran bahasa Jepang di SMA sederajat masuk ke dalam peminatan atau lintas minat dalam revisi kurikulum 2013. Sehingga yang awalnya pada kurikulum KTSP menjadi mata pelajaran wajib bahasa asing kedua selain bahasa Inggris untuk jurusan Bahasa, menjadi mata pelajaran pilihan/peminatan pada kurikulum 2013. Sejak adanya perubahan kurikulum ini menjadikan berkurangnya jam belajar bahasa Jepang. Sehingga guru-guru yang mengajar bahasa Jepang harus mencari akal agar jam mengajar mereka mencukupi. Dari wawancara yang dilakukan beberapa sumber guru bahasa Jepang yang tergabung di dalam MGMP Bahasa Jepang Riau mengatakan bahwa sebagian besar jam mengajar mereka dialihkan ke pelajaran muatan lokal. 

Lain perkembangan di tingkat SMA, lain pula di Perguruan Tinggi. FKIP Universitas Riau adalah satu-satunya perguruan tinggi di Riau yang menyelenggarakan pendidikan bahasa Jepang di program S1. Kurikulum yang dijalankan adalah kurikulum pendidikan dengan profil lulusan utama adalah mencetak guru bahasa Jepang. Sebelum menjadi guru bahasa Jepang, mahasiswa diwajibkan untuk melaksanakan pengenalan dengan lingkungan sekolah dan praktik mengajar yang dikenal dengan Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP). 
Penyebaran mahasiswa untuk melaksanakan PLP tersebut menjadi salah satu poin penting yang harus diperhatikan oleh Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang FKIP Universitas Riau setiap tahunnya.

SMA/MA/SMK di Riau sebagai penyelenggara bahasa Jepang yang terdata saat ini terdiri dari 35 sekolah yang tersebar di kabupaten/kota. Sehingga beberapa sekolah yang pelajaran bahasa Jepangnya sebagi peminatan merasa tidak membutuhkan mahasiswa untuk praktik mengajar bahasa Jepang. Lantas, kemana mahasiswa ini melakukan praktik mengajarnya? Solusinya, mau tidak mau ‘dipulangkampungkan’ ke sekolah asal mereka yang ada pelajaran bahasa Jepangnya. Malah sebagian mahasiswa ikut pulang kampung temannya karena PLP wajib di Riau sementara mereka ada yang berasal dari provinsi tetangga. Tentu, dengan harapan mahasiswa PLP dan guru-guru bahasa Jepang yang di daerah dapat saling belajar bertukar ilmu pengajaran dan pendidikan bahasa Jepang.

Lagi-lagi menurut survey, lembaga yang mengadakan pelatihan bahasa Jepang untuk lulusan SMA sederajat mulai menjamur di Indonesia, tentunya di Riau khususnya Pekanbaru juga mulai bermunculan satu persatu. Lembaga-lembaga swasta tersebut memberikan pilihan belajar bahasa Jepang dengan singkat, pelatihan-pelatihan teknis hingga magang ke Jepang. Hal yang mengejutkan adalah siswa yang belajar di lembaga-lembaga swasta non pemerintah tersebut meningkat tiga kali lipat dari survey sebelumnya. Terlebih sejak tahun fiskal 2019, Jepang membuka kesempatan baru untuk tenaga-tenaga yang memiliki keahlian tertentu (Specified Skilled Worker) untuk bekerja di Jepang, sehingga dengan kesempatan itu menuntut calon pekerja belajar bahasa Jepang dari lembaga-lembaga swasta tersebut.

Pemerintah Jepang berharap dengan semakin bertambahnya tenaga-tenaga bidang keahlian yang tujuannya untuk bekerja di Jepang, maka akan meningkat juga jumlah pemelajar bahasa Jepang. Bagaimana dengan pemelajar bahasa Jepang di Unversitas, FKIP Universitas Riau khususnya. Apakah bahasa Jepang di Riau dapat terus berkembang? bagaimana FKIP menindaklanjuti dampak baru dari Kurikulum Merdeka yang akan menghapus peminatan bahasa Jepang? Mudah-mudahan kita semua siap bisa mengatasinya. 
Mudah-mudahan.
Minna, Ganbarou!

* Penulis adalah Dosen Pendidikan Bahasa Jepang FKIP Universitas Riau