Shalat Idhul Fitri 1 Syawwal 1443 H di Yokkaichi, Mie Ken, Jepang

Sabtu, 07 Mei 2022

Suasana pelaksanaan shalat Ied 1443 H, 2022 M, di kota Yokkaichi, Mie Ken, Japan. (F:ist-ANews)

Oleh : Suzanna Hadi Ma’rifat

Mie Ken merupakan salah satu Prefecture yang ada di Jepang. Terletak di wilayah Kinki, Pulau Honshu. Prefecture ini berhadapan langsung dengan Samudra Pasifik dan memanjang ke timur. Ibu kota Prefecture adalah kota Tsu.

Salah satu kota yang berada di Prefecture Mie Ken adalah kota Yokkaichi, kota ini bertetangga dengan kota Inabe.

Idhul Fitri tahun 1443 H ini, kami berkesempatan merayakannya bersama-sama dengan keluarga keponakan yang bermukim di kota Inabe dan Komunitas Muslim Indonesia Mie Ken (KMIM). Namun untuk pelaksanaan shalat Ied dilaksanakan di kota Yokkaichi. Jarak dari tempat kami menginap di kota Inabe ke tempat pelaksanaan shalat Ied di kota Yokkaichi lebih kurang 15 hingga 20 menit berkendara.

Untuk dapat mengikuti pelaksanaan shalat Ied tahun ini, panitia menerapkan sistim pendaftaran bagi setiap orang, mengingat 1 Syawwal bertepatan dengan libur golden week, sehingga sesuai dengan perkiraan, jumlah peserta shalat Ied di berbagai masjid dan tempat di Jepang dihadiri oleh ratusan umat muslim, sehingga pelaksaannya harus di lakukan dalam 2 gelombang untuk menghindari terjadinya penumpukan jemaah.

“Golden week" adalah hari libur panjang di Jepang yang terjadi pada akhir bulan April hingga awal bulan Mei setiap tahun. Hari libur golden week terkonsentrasi selama periode dari tanggal 29 April hingga 5 Mei, dan bergantung pada tahunnya, ada kemungkinan hari libur menjadi 10 hari  berturut-turut, karena berbagai event dan festival diadakan di seluruh negeri.  

Banyak orang Jepang maupun pendatang menggunakan kesempatan libur golden week untuk mudik ke kampung halaman atau sekedar berlibur di dalam kota dan libur ke luar Jepang. Pada saat yang sama bandara, stasiun utama, tempat-tempat wisata maupun mal dibanjiri oleh turis baik turis domestik maupun turis asing.

Pendaftaran peserta yang akan mengikuti shalat Ied berjamaah di dalam gedung yang disewa oleh panitia harus di terapkan dengan jumlah terbatas. Setiap gelombang hanya diizinkan 80 hingga 100 orang. 

Shalat Ied gelombang pertama di mulai pada pukul 9.30 pagi dan gelombang kedua pada pukul 10.30 JST (Japan Standard Time)

Shalat dipimpin oleh Imam yang berbeda antara gelombang pertama dan kedua. Salah seorang Imam pada sholat Ied tahun ini adalah Ustaz Chandra Yuliansjah Tobing ST. Imam berusia 45 tahun ini sudah mempunyai pengalaman memimpin shalat lebih kurang 10 tahun. 

Ustaz Chandra bersama jemaah shalat Idhul Fitri 1443 H, 2022 M

Ustad Chandra merupakan keturunan ke 3 dari seorang kakek  bermarga Aizawa. Tujuan utama datang ke Jepang adalah untuk berdakwah dan lokasi yang menjadi pilihannya adalah Prefecture Mie. 

Sebelum bergerilia menyebarkan agama Islam sebagai pendakwah, Ustad Chandra sebelumnya merupakan seorang guru di Jakarta Islamic School, Jakarta Timur. Untuk memenuhi permintaan orang tua agar Ustaz Chandra membantu menyebarkan agama Islam di Jepang, Ustaz Chandra terlebih dahulu mencari tahu kepada senior-senior dan kenalan yang telah terlebih dahulu berada di Mie Ken, apakah keberadaannya sebagai pendakwah memang dibutuhkan.

Jawaban yang diterima Ustaz Chandra semakin meyakinkan dirinya untuk segera terbang ke Mie Ken, dan mulailah kegiatan dakwah dilakukan.

Awal dakwah di jalankan dengan mengadakan pertemuan dari rumah ke rumah, disekitaran Mie. Kemudian berlanjut dengan berdakwah antar kota, hingga saat ini hampir seluruh Prefecture yang ada di Jepang telah di kunjungi memenuhi permintaan jemaah untuk ceramah. Kecuali Pefecture Hokaido dan Prefecture Okinawa.

Pria dengan pendidikan terakhir sarjana teknik ini rela meninggalkan pekerjaan dengan pengahasilan tetap, demi berdakwah dan mengembangkan agama Islam di negeri Sakura.

Sebelumnya Ustaz Chandra pernah belajar ilmu tafsir pada sebuah sekolah tinggi di Bekasi namun tidak selesai dan pernah ikut kursus bahasa Arab cabang Mampang,  Jakarta Selatan. Pernah juga ikut program tahfiz qur’an.

Tahun 2011 Ustaz Chandra bersama istri dan anak-anak tiba di Mie Ken, tahun 2012 Ustad Chandra langsung membentuk sebuah komunitas dengan nama Keluarga Muslim Indonesia Mie Ken (KMIM).

Saat awal di bentuknya KMIM, banyak anggota komunitas yang berat untuk melaksanakan kewajiban sholat. Dan yang lebih menyedihkan lagi, ada anggota yang menolak ketika di ajak ke masjid untuk shalat berjamaah.

Namun perlahan tapi pasti, setelah sekian tahun semakin banyak anggota dari KMIM yang dapat disentuh hatinya agar tidak meninggalkan kewajiban sebagai umat beragama Islam, terutama melaksanakan kewajiban shalat sebagai tiang agama.

Mengingat tempat berkumpul permanen belum tersedia, KMIM melakukan pertemuan dari rumah ke rumah, taman ke taman atau dari gedung ke gedung. 

Sejak pandemi, seperti yang dialami oleh komunitas muslim lain di seantero Jepang, kegiatan keagamaan KMIM prakris vacum.

Menjelang perayaan Idhul Fitri tahun 1443 H, Ustaz Chandra dan beberapa orang anggota KMIM mengadakan pertemuan, membicarakan kemungkinan melaksanakan acara berbuka bersama dan rencana pelaksanaan shalat Ied.

Panitia kecil pun di bentuk untuk merealisasikan rencana di maksud. Alhamdulillah atas kerjasama berbagai pihak, acara berbuka bersama maupun pelaksanaan shalat Idhul Fitri dapat di wujudkan.

Pelaksanaan sholat Ied dilaksanakan di dalam sebuah ruangan yang sengaja disewa alhamdulillah berjalan dengan lancar. Selesai sholat, jemaah diberi bekal makanan dan minuman yang di sediakan oleh ibu-ibu anggota KMIM,  sebelum kembali ke rumah masing-masing.

Rencana ke depan, Ustaz Chandra berharap KMIM dapat dikelola secara lebih profesional,  sehingga organisasi dapat berkembang lebih besar lagi dan merangkul semakin banyak umat Islam di Mie Ken untuk ikut bergabung menjalankan berbagai program secara bersama-sama.

Kegiatan Ibu-ibu Komunitas Muslim Indonesia Mie Ken (KMIM)

Murliana Syarifah Murshally adalah istri dari Ustaz Chandra. Ibu dari 5 orang anak yang seluruhnya putra ini merupakan seorang ibu rumah tangga yang memiliki gagasan untuk mengadakan pengajian bagi ibu-ibu KMIM. Alasan utamanya adalah agar ibu-ibu KMIM kelak dapat mengajarkan huruf-huruf Arab tersebut kepada anak-anak di dalam keluarga masing-masing.

Pengajian ibu-ibu merupakan salah satu kegiatan yang menjadi bagian dari KMIM. Mengingat belum adanya divisi kemuslimahan pada struktur organisasi KMIM, Umi Murliana bermaksud  akan memasukkan divisi yang menaungi kegiatan pengajian ibu-ibu pada rapat keanggotaan KMIM yang akan dilaksanakan setelah Hari Raya Idhul Fitri tahun ini.

Kegiatan kemuslimahan akan diperluas cakupannya dari yang ada saat ini sehingga diperlukan seseorang yang akan menjadi penanggung jawab urusan kemuslimahan. 

Sesungguhnya divisi kemuslimahan telah berjalan sejak bulan Oktober 2021 dengan mengadakan kegiatan seperti pengajian online bagi ibu-ibu.

Pengajian dilaksanakan setiap hari Ahad ba’da subuh. Pada saat yang sama juga di laksanakan tadarusan, belajar tajwid dan pelajaran tentang pendidikan rumah tangga. Penanggung jawab pengajian ini untuk sementara masih di pegang oleh Ummi Murliana.

Saat ini ada 11 orang ibu-ibu yang sudah aktif mengikuti pengajian online. Diharapkan kedepan ibu-ibu yang 11 orang ini akan bisa menjadi guru bagi ibu-ibu yang akan bergabung pada divisi kemuslimahan yang akan segera dibentuk. Seperti mengajar iqro’ pada grup yang Insyaa Allah diharapkan semakin banyak anggotanya di masa yang akan datang.

Sebahagian besar umat islam yang menetap di Mie Ken adalah keturunan kedua atau ketiga dari orang Jepang asli. Mereka memiliki kekhawatiran bahwa anak cucu mereka tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai pendidikan agama Islam termasuk dalam hal mengaji, shalat dan puasa.

Untuk itu Ummi Murliana bersama ibu-ibu yang tergabung dalam grup kemuslimahan berkomitmen untuk memperbaiki fondasi agama dari orang tua anak-anak tersebut terlebih dahulu. Untuk kemudian ilmu yang telah dimiliki dapat diajarkan kepada generasi selanjutnya.

Belajar dari pengalaman sulitnya menemukan orang yang dapat memandikan jenazah di Mie Ken, dalam waktu dekat juga telah di susun program pelatihan mengkafani jenazah. Pelajaran pengurusan jenazah akan mengikuti prosedur yang ada di Jepang di mana pengurusan jenazah dilakukan dengan sederhana namun sah secara syariat Islam.

Semoga dengan izin Allah Subhanahu Wataala, semua rencana yang sudah ada dapat direalisasikan segera. Aamiin yaa Rabbal Aalamiin.


Tim Divisi Kominfo Mihara Mosque Japan (Masjid Mihara Japan – MMJ) Alamat : Kode pos 729-2251, Hiroshima Ken, Mihara Shi, Saizaki Kumaki 13-24, Japan. Nomor tilp.: +8190-8600-9408; email: [email protected]; FB: Mihara Masjid; Rekening: Japan Post Bank: Mihara Mosque Kyokai No. 15140-51154331 (JPY); BNI No. (009) 9055-66218 (IDR) an: Tarmizi Muhammad Umar