Focus Group Discussion (FGD) terkait Naskah kurikulum Budaya Melayu Riau (BMR) Merdeka yang disusun LAMR Provinsi Riau Kamis (13/7/2023) menghadirkan sejumlah pihak terkait. (F: ist-ANews)
PEKANBARU (ANews) - Naskah kurikulum Budaya Melayu Riau (BMR) Merdeka yang disusun Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Provinsi Riau, hampir rampung. Hal ini menyusul diskusi terpumpun (Focus Group Discussion--FGD) yang dilaksanakan lembaga tersebut, Kamis (13/7/2023).
Rapat tersebut menghadirkan 50-an peserta dari kalangan tenaga pendidik. Selain itu juga hadir utusan dari Kemenang Riau, Kadis Pendidikan Provinsi Riau dan Pekanbaru serta unsur MKKS maupun MGMP Mulok BMR Pekanbaru.
Sementara untuk narasumber terdiri dari Staf Fungsional Pengembang Kurikulum Ahli Madya, Kemendikbud Ristek, Dr. Erisda Eka Putra. Selain itu Ketum DPH LAMR Datuk Seri H. Taufik Ikram Jamil. Rektor Unilak, Prof Dr Junaidi, S. S., M. Hum, memoderatori diskusi.
Peserta FGD. (F: ist-ANews)
Diperoleh keterangan, naskah kurikulum BMR Merdeka telah disusun LAMR dalam beberapa bulan terakhir melalui sejumlah rapat, malah dua kali rapat terpumpun.
"Berdasarkan rapat tadi, ada beberapa koreksi yang segera kita lakukan, yang seterusnya kita serahkan kepada Pemprov Riau untuk ditetapkan melalui Peraturan Gubernur, " kata Penyelaras Bidang Pendidikan DPH LAMR, Datuk Syaiful Anuar, M. Pd.
Menurutnya, kurikulum ini cukup lengkap yakni meliputi semua jenjang pendidikan mulai dari PAUD sampai SMA. "Semoga kurikulum ini cepat dapat dimanfaatkan, ' kata Syaiful.
Di antara perbaikan naskah yang diperlukan adalah aspek-aspek seperti elemen, sampai dengan evaluasi (penilaian) perlu mendapat penambahan dalam capaian pembelajaran. Di samping itu, dipertimbangkan penggantian nama mata pelajaran dari Muatan Lokal Budaya Melayu Riau menjadi Muatan Lokal Bahasa Melayu Riau agar sesuai dengan Nomenklatur kementrian.
FGD juga menghadirkan tenaga pendidik. (F: ist-ANews)
Staf Fungsional Pengembang Kurikulum Ahli Madya, Kemendikbud Ristek, Dr. Erisda Eka Putra, mengapresiasi kegiatan rapat terpumpun.
"Ini memang sangat strategis karena memang bertujuan untuk menyiapkan karakter anak-anak Indonesia, " kata dia.
Menurutnya, kita memang perlu menyiapkan anak-anak bagaimana dia bisa memfilter perkembangan yang terjadi. Salah satu alat yang paling ampuh itu selain agama adalah materi muatan lokal.
"Kemudian bagaimana anak-anak bisa berpikir kritis sehingga nanti bisa memberikan solusi, bagaimana solusinya akan berkeadilan. Yang paling penting itu adalah solusinya, karena biasanya kalau orang yang beradat pasti dia berbudaya, pasti akhlaknya bagus, " pungkas Erisda Eka Putra.
Sementara Datuk Seri H. Taufik Ikram Jamil menyampaikan bahwa pewarisan budaya Melayu itu sifatnya wajib. Hal ini dilakukan bagi para generasi penerus, dan secara garis lurusnya telah tertulis di Peraturan Daerah (Perda) No. 5 Tahun 2018, tentang pendidikan daerah.
"LAMR membantu pemerintah menyusun kurikulum, selain membantu menyeleksi buku-buku yang diajarkan di sekolah sekolah," jelas Taufik.
"Sebelumnya, LAMR telah berhasil melahirkan Kurikulum K-13. Tahun ini diharapkan kita bisa melahirkan Kurikulum BMR Merdeka, " tambahnya. (*/rls)