Karyawan EMP mengunjungi kantor BMT Beringharjo di Pasar Beringharjo, Yogyakarta, akhir pekan lalu untuk bersilaturrahmi dan berdiskusi untuk membangun koperasi. Dari modal Rp 1 juta, BMT Beringharjo kini memiliki aset sebesar Rp 217 miliar. (F:HNS-ANews)
YOGYAKARTA (ANews) - Kunci melepas uang adalah pendampingan. Karena jika tanpa pendampingan yang benar, maka uang yang digulirkan kepada penerima akan sia-sia, bisa berubah fungsi dari produksi menjadi konsumsi.
Penegasan itu disampaikan Ketua Umum Perhimpunan Baitul mal wattamwil (BMT), Mursida Rambe, dalam sebuah diskusi bersama Tim CSR Energi Mega Persada di sebuah café di Yogyakarta, akhir pekan lalu.
Diskusi tersebut merupakan rangkaian dari kegiatan Forum Tanggung Jawab Sosial (TJS) yang dilaksanakan oleh SKK Migas bersama Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) pada 15-17 November 2023 di Yogyakarta.
Mursida yang terpilih sebagai salah satu penerima SDG'S Award tahun 2023 dari Bappenas menceritakan awal mula berdirinya BMT Beringharjo di Yogyakarta pada 1994 lalu dan berkembang hingga saat ini.
Lebih lanjut alumnus Fakultas Dakwah Universitas Muhammadiyah Yogyakarta tahun 1993 itu memaparkan, pergerakan metode itu lahir dari kegelisahan pengaruh rentenir yang mencekik para pedagang kecil. Ia merasa tergerak dengan keadaan saat itu. Bersama rekannya, ia nekat mendirikan lembaga keuangan berbasis syariah yang bermodalkan Rp1 juta dari Dompet Dhuafa.
“Saya salah satu dari tiga pendiri BMT Beringharjo, yang semuanya adalah perempuan. Kami melakukan pemberdayaan kepada pedagang kecil yang dimulai dari serambi Masjid Al-Muttaqin Pasar Beringharjo,” katanya.
Diceritakan, sistem yang dipakai di BMT menggunakan konsep nonriba. Jalur itu ditempuh lantaran ia paham betul riba adalah perbuatan yang sangat tidak disukai Allah SWT dan mendatangkan banyak kerugian.
“BMT Beringharjo menyasar pedagang pasar dengan tujuan menyelamatkan mereka dari jeratan riba yang memiskinkan mereka,” ujar perempuan kelahiran Pangkalan Brandan, Sumatra Utara, yang akrab di sapa Ibu Rambe itu.
Dimulai dengan memberikan pinjaman dari Rp 25 ribu, kini setelah 29 tahun BMT Beringharjo telah memiliki 35 ribu anggota, 217 pengelola dan 20 kantor cabang di lima provinsi yakni Provinsi Banten, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat.
“Saat ini aset yang dimiliki oleh BMT Beringharjo saat ini mencapai 217 miliar rupiah,” tambahnya.
Land Matter and CSR Manager EMP, Amru Mahalli mengucapkan terima kasih kepada BMT Beringharjo yang telah berbagi ilmu dan pengalaman. Ia berharap spirit pantang menyerah untuk membangun kemandirian umat yang telah dilakukan Ibu Rambe bisa diterapkan di areal operasi EMP.
“Kita juga sudah mempunyai lembaga keuangan yakni Koperasi Jasa Usaha (KJU) Mandiri Syariah di lapangan PT Imbang Tata Alam. Lembaga ini berdiri tahun 2007 dengan modal usaha sebesar Rp 24 juta dengan anggota pendiri sebanyak 24 orang. Saat ini jumlah anggota sudah lebih dari 200 orang dengan total asset di atas Rp 3 miliar,” katanya.
Sementara di areal operasi EMP Bentu Limited, tambah Amru, perusahaan bersama masyarakat juga sedang menggodok pembentukan koperasi syariah. Para pendiri koperasi ini sudah melakukan diskusi kelompok dan studi tiru ke KJU Mandiri Syariah yang terletak di Kecamatan Merbau, Kabupaten Kepulauan Meranti.
Ia menambahkan, BMT Beringharjo merupakan salah satu role model bagi koperasi syariah di Indonesia, sehingga diharapkan dapat ditiru oleh seluruh masyarakat Indonesia. "Saya pikir BMT Beringharjo ini menjadi sebuah model yang diharapkan untuk ditranformasikan ke seluruh masayarakat Indonesia, termasuk Energi Mega Persada," katanya.(HNS/ANews)