Opini

Serial Para Pejemput Hidayah

Akashi Hiroyuki seorang mualaf warga negara Jepang, bersama isteri dan ketiga anaknya. (F:ist-ANews)

Oleh : Suzanna Hadi Ma’rifat

Bismillahhirrohmannirrohim, memenuhi permintaan salah seorang pimpinan Harian Amanah News, Insyaa Allah mulai edisi ini akan hadir serial tentang para penjemput hidayah dari negeri Sakura. Bergantian dengan berita seputar Islam beserta dinamikanya serta orang-orang yang berada di belakang pesatnya perkembangan agama Rahmatan Lilalamiin ini di Jepang. Semoga dapat menginspirasi pembaca setia Amanah News dimanapun berada. Aamiin Allahuma Aamiin.
 
Rencana awal, wawancara tatap muka dengan Akashi Hiroyuki seorang mualaf warga negara Jepang, akan di lakukan sore hari Ahad pekan ini di Masjid Mihara, kebetulan pengurus MMJ akan melakukan pertemuan pada hari yang sama. Namun karena satu dan lain hal jadwal wawancara dengan nara sumber pertama dalam serial ini dimajukan. Rencana wawancara tatap muka pun di sepakati menjadi wawancara secara online melalui fasilitas zoom.
 
Akashi San, demikian pria kelahiran Fukuyama 38 tahun yang lalu ini biasa disapa, sudah mendengar mengenai agama Islam dari lisan salah seorang gurunya ketika masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, dalam mata pelajaran agama yang diajarkan di kelasnya bergantian dengan agama-agama yang lain. Namun saat itu Akashi belum tertarik untuk mencari tahu lebih jauh tentang agama yang di dengarnya kala itu.
 
Pun Akashi tidak pernah membayangkan kelak berpuluh tahun kemudian dia akan menjadi bagian dari agama yang di bawa oleh Rasulullah tersebut karena pernikahannya dengan seorang muslimah dari Indonesia.
 
Secara umum, masalah agama di Jepang merupakan area yang sangat privat, karena itu sejauh ibadah atau kegiatan keagamaan di lakukan dengan tertib dan tidak over acting, masyarakat maupun pemerintah Jepang akan menpersilahkan setiap orang untuk beribadah sesuai dengan keyakinan masing-masing.
 
Bagi sebagian besar rakyat Jepang, menjadi atheis masih merupakan pilihan yang utama hingga saat ini. Sebaran penganut agama secara nasional di Jepang adalah Atheis 62%, Buddhism 31%, Shintoism 3%, Christiany 1%, lain-lain 1%. Penganut agama Islam termasuk ke dalam yang 1% ini (Wikipedia.org).
 
Demikian juga dengan Akeshi, sebelum memeluk agama Islam, dia adalah seorang Atheis. Orang-orang di luar Jepang selalu mengait-ngaitkan penduduk Jepang dengan agama Buddha selain Shinto tentunya, namun kenyataannya tidaklah demikian.
 
Saat ini Akeshi tinggal bersama istri dan ketiga anak mereka di kota Fukuyama, masih di Prefecture Hiroshima. Sejak menikah Akeshi memantapkan diri untuk menjadi mualaf mengikuti agama Rani, perempuan Indonesia yang di kenalnya 10 tahun yang lalu dan telah menjadi ibu dari ke tiga orang anaknya dua laki-laki dan seorang perempuan.
 
Bagi masyarakat Jepang, meminum sake dan meminum minuman beralkohol adalah hal yang sangat biasa sama seperti meminum air putih. Minuman beralkohol akan selalu tersedia di setiap rumah tangga di Jepang. Apalagi dalam menyambut hari-hari besar seperti tahun baru dan lain-lain.
 
Demikian juga dengan kebiasaan merokok, sebahagian besar masyarakatnya suka merokok, namun mereka merokok dengan sangat tertib. Merokok tidak boleh di sembarang tempat. Ada tempat khusus bagi mereka yang ingin merokok. Tempat-tempat tersebut disediakan diseluruh fasilitas umum. Baik stasiun, mall, taman-taman dan lain-lain, baik di luar gedung maupun di dalam. Karena itu akan sangat jarang terlihat puntung rokok bertebaran dimana-mana.
 
Namun sejak menjadi mualaf, kebiasaan tersebut praktis tidak lagi di lakukan oleh Akeshi.
 
Keluarga kecil ini taat menjalankan ajaran agama Islam. Sehari-hari saat waktu senggang, Rani mengajarkan sang suami pengetahuan tentang agama Islam. Bagaimana cara sholat yang benar, tata cara berpuasa dan mempelajari huruf-huruf Alquran.
 
Sebagai anak tunggal di dalam keluarganya, kehadiran Rani beserta anak-anak diterima dengan sangat baik oleh kedua orang tua Akeshi. Di waktu-waktu tertentu Akeshi dan Rani membawa ketiga anak mereka untuk menginap di rumah kakek dan neneknya.
 
Kedua orang tua tersebut membebaskan cucu mereka untuk melaksanakan kewajiban mereka sebagai muslim seperti sholat dan lain-lain. Walaupun ada perbedaan agama di antara cucu dengan nenek dan kakeknya.

Untuk menjaga hubungan baik dengan keluarga, sampai detik ini masih belum berani memberitahukan tentang keislamannya kepada keluarga (orang tua). Biarkanlah Allah sendiri yang akan mengatur hal tersebut entah sampai kapan.

Semoga Akeshi, Rani dan anak-anak istiqomah menjalankan agama Islam. Aamiin Yaa Rabbal Aalamii1wn.

Penerjemah : Muhammad Imam Mudlofar
Asisten Direktur Administrasi & Keuangan MMJ

 


 



Tulis Komentar