Opini

Almasri Di Mata Kami

Alm Almasri.(F.ist/Anews)

Oleh : Elda Nazriati

MASIH teringat pagi itu, 9 Agustus 2021, kami semua tersentak menerima kabar duka. Ketua umum Forum Ikatan Keluarga Cerenti Indonesia (F-IKCI) sekaligus Ketua II ikatan Keluarga Kuantan Singingi (IKKS) Pekanbaru,  Drs Almasri, M.si telah berpulang menghadap Sang Khaliq.   Almasri adalah  abang, moman, kemenakan, dan sahabat kami semua, banyak kenangan yang terekam selama beliau bersama kami, Kehilangan pemimpin secara tiba-tiba bagi organisasi yang baru terbentuk seperti F-IKCI bagaikan kehilangan sayap bagi seekor anak burung yang baru belajar terbang. Pemimpin adalah tokoh sentral dalam sebuah organisasi, sehingga kehilangan pemimpin secara tiba-tiba tentu membuat duka yang mendalam. Selama satu minggu setelah beliau pergi, WAG F-IKCI yang tadinya berisi senda gurau, melepas kerinduan sahabat, menjalin kembali kekerabatan, dan tempat dilontarkannya ide-ide segar untuk kemajuan kampung berubah menjadi WAG yang mengharu biru, berisi kenangan tentang Almasri, yang kemudian berujung pada keinginan untuk membuat tulisan tentang beliau. Saya ditunjuk untuk mewakili kerabat, sahabat, dan anggota F-IKCI lainnya untuk menghimpun kenangan itu menjadi tulisan.  Hampir  3 minggu beliau pergi, barulah tulisan ini  selesai karena banyak informan yang masih berduka dan belum siap untuk memberikan informasi. 

Almasri lahir di Indragiri Hulu, 1 Agustus 1967, putra ke 3 dari 7 bersaudara. Beliau lahir dari keluarga yang tergolong kaya di Cerenti, yang melayani angkutan penumpang di Cerenti dan sekitarnya. Masa kecilnya dihabiskan di Cerenti, melanjutkan studi ke SMUN Teluk Kuantan, S1 dan S2 di Padang, dan saat ini sedang menunggu ujian akhir jenjang S3 di Universitas ….. Malaysia.  Beliau adalah Dosen Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN SUSKA) dan pernah menjadi Wakil Dekan bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga pada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN SUSKA, meninggalkan Istri bernama Haryetti, dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Riau (FEB Unri) dan anak semata wayang bernama Mehdi Bazargan, mahasiswa tehnik arsitektur Unri. Pada  waktu kami berkunjung ke rumahnya, istri beliau menuturkan bahwa beliau orang yang sangat menyayangi keluarga, disiplin, dan tidak pernah mengeluh  ketika sakit. Di mata kerabatnya Almasri adalah sosok yang sangat bertanggungjawab, tidak pilih kasih, menolong tanpa pamrih,  senang bersenda gurau, bijaksana dalam menyelesaikan persoalan, sopan dan lembut dalam berbicara,  tegas dan lugas dalam bersikap , tidak pernah merendahkan orang lain, sangat peduli pada orang lain tanpa melihat status sosial, di dalam  menyampaikan arahan selalu dengan bahasa dan kalimat yang sejuk di hati. Almasri dianggap sebagai abang pelindung bagi kerabatnya yang menempuh pendidikan di Padang, begitu pula yang menempuh Pendidikan di Pekanbaru. 

Kenangan yang berhasil dihimpun dari  sahabat dan teman sekolahnya menyebutkan  Almasri adalah sosok yang pintar karena selalu mendapatkan rengking kelas, sebagai anak kampung biasanya sehabis sekolah  selalu pergi mengembala kambing dan kerbau, bermain layang layang, berenang,bermain  jenggong  dan lain-lain.  Kegiatan ekstra kurikuler yang sering dilakukan antara lain  Gerak jalan, Pramuka, biasanya Ia selalu menjadi komandan regu, dan pernah menjadi ketua OSIS di SMPN Cerenti. Ia juga aktif menjadi pemain band Kantor Camat Cerenti (Band Pemda dengan penyanyi diantara nya mantan camat Cerenti Latifa , Dewi dll ). Setelah selesai Pendidikan dan bekerja Almasri masih sering berkumpul dengan teman-teman di Cerenti melakukan kegiatan seperti mengadakan Festival takbiran keliling, pertandingan bola,   Festival Band Pelajar se Kuansing-Inhu di SMAN 1 cerenti, dan lain lainya.  Beliau juga aktif pada pertemuan yang membahas tentang kemajuan kampung halaman Cerenti yang pada saat itu dihadiri oleh pemuda dan tokoh-tokoh Cerenti yang difasilitasi oleh Bapak Rustam Efendi. Tahun 2003 berkat bantuan Pak Rustam didirikanlah organisasi sosial Sompec ( sosialisasi masyarakat peduli Cerenti ). Saat di Sompec  itulah beliau bersama teman teman membuat Radio swasta pertama di Kuansing setelah RPD. Saat itu sangat luar biasa respon positif dari masyarakat, nama Radio itu adalah Sompec  105 FM, jangkauan  radio itu  sampai ke Peranap dan Basrah, pada masanya radio ini menyatukan pelajar dan pemuda Cerenti yang hobi membawakan siaran radio,  sayang setelah 2 tahun Radio itu bubar disebabkan  tidak dapat menutupi biaya operasionalnya. Beliau sering pulang kampung sehingga  tahu keadaan kampung, apa yang dibutuhkan warga kampung,  dan selalu bertanya tentang kampung, dan tentang pendidikan di  kampung. Saat pulang kampung beliau sering berkumpul dengan tokoh-tokoh masyarakat di Cerenti untuk berdiskusi tentang pembangunan di Cerenti, sehingga meninggalnya Almasri cukup membawa kesedihan bagi masyarakat di kampung, terutama bagi yang merasakan pertolongan-pertolongannya. 

Kehilangan Almasri tidak hanya dirasakan oleh warga Cerenti, tetapi juga pihak lain. Salah seorang anggota F-IKCI menuturkan bahwa seorang Guru Besar dari salah satu universitas di Indonesia menelpon setelah Almasri wafat, Beliau menanyakan apa benar "Uda Almasri" meninggal. Sang Professor menyambung kalimatnya “Siapa adik-adiknya yang akan menggantikan beliau ? “  Lalu sang Proffesor berkata lirih "Sungguh ambo sedih, Almarhum manusia berdedikasi untuk pendidikan. Mudah-mudahan ada yang meneruskan perjuangan almarhum. Semasa hidup ia selalu bercerita tentang kampung halamannya yang dianggap tertinggal di dunia pendidikan.” Lalu di video call itu terlihat sang dosen meneteskan air mata, menceritakan bagaimana seorang Almasri sangat cinta akan kemajuan kampung halaman dan kehidupan sosial pedesaan.  Beliau menyudahi Video Call tersebut dengan tersedu hanya berucap."Manusia peduli itu sudah pergi mendahului kami.” 

Di mata rekan-rekan organisasi  Almasri  adalah sosok yang sangat mengayomi dan mempunyai jiwa sosial yang tinggi. Beliau adalah seorang konseptor yang sangat paham tentang tata Kelola organisasi. Beliau lebih banyak bekerja daripada berbicara, selalu rendah hati tanpa pernah pamer apapun yang dilakukannya. Di F-IKCI sendiri walaupun sebagian kami baru mengenal beliau dan berada di provinsi yang berbeda, kepemimpinan beliau sangat kami rasakan. Moto “Badhogun Maobasi Caghonti”, yang berarti bersama-sama mengurusi Cerenti menjadi nafas organisasi kami. Dinamika yang terjadi selama F-IKCI berdiri dapat disikapi dengan bijak  melalui semangat “Basaghojun” yang bermakna seiya sekata sehingga walaupun baru  terbentuk F-IKCI telah dapat menyelenggarakan acara-acara besar seperti Webinar “Menuju Cerenti berdaya saing”, F-IKCI berqurban, Rapat kerja F-IKCI, serta rencana-rencana besar yang sudah disiapkan. 

Akhir kata saya mohon maaf apabila tulisan ini belum mewakili apa yang dirasakan oleh berbagai pihak yang mengenal beliau, terima kasih kepada seluruh informan yang berkontribusi untuk penyelesaian tulisan ini. Harapannya tulisan ini dapat memberi gambaran tentang ketua F-IKCI pertama sekaligus Ketua II IKKS Pekanbaru tersebut dan menjadi teladan bagi orang -orang yang masih diberi nikmat hidup, seperti lagu melayu yang dilantunkan sepupu beliau Yohandi yang juga lagu favorit almarhum  “ Harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama, budi baik terkenang jua.” Semoga rumah Tahfidz yang beliau siapkan sebelum wafatnya serta kerja-kerja semasa hidupnya menjadi amal jariah  yang pahalanya terus mengalir menerangi alam kuburnya. Selamat jalan Almasri …, kami akan lanjutkan perjuanganmu. 

Pekanbaru, 30 Agustus 2021 


Dr.dr. Elda Nazriati, M.Kes. Sp.KKLP (Waktum V F-IKCI) 
 



Tulis Komentar