Opini

"Diskusi Pane” di Kodai Sarinam Mungkinkah LAM jadi ALIF.....?

Oleh: Sahabat Jang Itam

RIAU ini memang hebat.....Ketika  pengurus LAM baca Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau sowan dengan bakal calon presiden Ganjar Pranowo heboh komentar di media sosial, termasuk di WAG ini.  Bermacam-macam tanggapan. 

Ekstremnya, LAM yang sangat dihormati itu sekarang menjadi bahan candaan dan bulan-bulanan. Orang-orang yang selama ini meng-agungkan LAM tak segan-segan memberikan komentar, “Pengurus LAM Riau menjual nama Melayu kepada seorang bakal calon presiden.”

Inilah yang menjadi topik  “diskusi pane” Tuk Panyol dan Mak Lenggang di kedai kopi “Serba Alam” milik Sarinam, mantan pacar Jang Itam di Pekanbaru.

“La Abi Mati” dan “La Abi Main”  LAM Riau kini sejak sowan dengan Pak Ganjar,” ujar Mak Lenggang memplesetkan kepanjangan LAM  itu dengan mimik  serius. 

Spontan Tuk Panyol menjawab: segala bentuk candaan, guyonan,  kemarahan, dan ceme'eh  yang terbaca dalam group ini sama halnya ketika mengomentari salah seorang menteri Jokowi yang terbaring sakit. Orang sakit  biasanya didoakan cepat sembuh tapi malah sebaliknya. 

“Sakitnya tu di sini, Mak Lenggang,” ujar Tuk Panyol sembari memegang dadanya yang bidang. Maklum anak karate.

Mak Lenggang dengan santai mengatakan,“La bi putui urek malu, kalau tepak disorong ka rumah berarti awak ado hajat  ka urang tu. Tapi kalau urang datang ka rumah awak, mako kito sorong tepak sambil mananyoan apo hajat tamu nen datang.”

Ketika tensi Mak Lenggang sedang panas,  Tuk Panyol  membuka handphone. “Mak, ambo nak menghubungi Mak Wier, kawan dokek Pak De Solo di  Jakarta. Ambo nak batanyo bagaimana duduk persoalan nan sabonarnya,” ujar Tuk Panyol.

“Lanjutkan, Tuk Panyol. Nak kito dongar pulo bagaimana carito nan sebonarnya dari urang yang mengaku dokek Pak De Solo itu,” ujar Mak Lenggang.

Belum sempat menelepon Mak Wier, tiba-tiba cucu Tuk Leman datang sembari  memperlihatkan isi pesan Mak Wier.  “MELAYU ITU TIDAK DIBATASI WILAYAH. TAPI WILAYAH ADA MEMBATASI MELAYU.”

“Iko baru kaji nan harus dikaji Mak Lenggang dan Tuk Panyol. Isi  pesan Mak Wier iko penuh makna,” ujar  cucu Tuk Leman. 

Tak puas dengan  membaca isi pesan Mak Wier, Mak Lenggang langsung nelepon  kawan akrab Pak De Solo itu.  “Antena kalian rondah, biar  mamak telepon langsung Mak Wier itu,” ujar  Mak Lenggang sedikit emosi.

Mak Lenggang pun menelepon Mak Wier yang lagi dalam perjalanan ke Solo menghadiri undangan anak Pak De Solo.

Dalam percakapan via handphne itu, Mak Wier memberikan penjelasan bahwa  LAM Riau dan Gubernur di Jakarta menghadiri pernikahan anak Tokoh NU. Acara  itu dihadiri Ganjar Bacapres PDIP. 

“Saya tidak paham juga kenapa diundang Gubernur Riau dan Tokoh-tokoh  adat LAM Riau pada acara itu. Sebenarnya acara ini saya juga diundang tapi bukan ikut kelompok Gubernur dan LAM Riau,” ujar  Mak Wier serius. 

“Apa yang terjadi sebenarnya Mak Wier,” tanya Mak lenggang semakin penasaran. 

“Saya dapat info yang hadir Gubri  dan LAM Riau. Saya tidak jadi hadir, karena saya merasa ini ada nuansa politik. Mungkin juga ini terkait karena Ketua PMRJ kita (Riau), masuk sebaga tim inti pemenangan Capres Ganjar/PDIP.”

“Iya tak masak air carito Mak  Wier iko,” kata Mak Lenggang setelah Mak Wier memberi penjelasan. Dia tampak sedikit emosi.

Tiba-tiba saja cucu  Tuk Leman menyela melihat debat yang tidak berkesudahan itu.“Itu cerita LAM Riau. Kita tunggu nanti  bagaimana reaksi LAM Kuantan Singingi. Apakah mereka  berani bereaksi atau tampil beda,”  ujar cucu Tuk Leman  menyelah.

“LAM nan mano?” tanya  Tuk Panyol.

“Iya LAM kita Kuantan Singingi,” jawab Cucu Tuk Leman serius.

“Di Kampung kito kini ada duo kepengurusan LAM. Pertama LAM yang dipimpin Datuk Pebri Mahmud. Satunya lagi, dipimpin oleh Datuk Aherson,” jelas Tuk Panyol. Terakhir ado pulo LAN...

Cucu Tuk Leman yang baru ulang dari Amerika terheran-heran.  “Alamak, iyo pulo eh… Wajar LAM tu punyo model bermacam. Ado masonyo luruih, ado pulo masonyo bengkok. Kok luruih toruih, berartilah berubah LAM jadi ALIF.”

"Mungkinkah?"

“Bernas dan tajam kali tu maknanya,” ujar Paman Upiak yang baru datang belakangan mengikuti  diskusi  “terpanas” hari ini.

“Kalau begitu ceritanya mulai kini dan seterusnya sebaiknya huruf A dihilangkan saja sehingga  cukup LMR = Lembaga Melayu Riau.  Karena huruf A = ADAT, mengisyaratkan kito harus punyo MARWAH dan RASA MALU.”

“Tendensius kali, tu?” jawab  Mak Lenggang.

“Terserah, Mak” jawab  Paman Upiak tersenyum seraya memperlihatkan berita berjudul, “Ketua LKAAM Sumbar ……..”

Diskusi pun berakhir.  Terlepas apapun pilihan LAM Riau, sekarang terpulang ke hati nurani kita masing-masing.  Di bilik TPS nanti kita mencoblos siapa calon yang kita pilih.

***



Tulis Komentar