Opini

Duo Datuk Menulis

Oleh : Prof. Dr. Ir. Asdi Agustar, M.Sc

Jumat, (21/7/2023) malam kembali Forum Diskusi Keluarga Kuantan Singingi (FDKKS) melakukan kegiatan rutin mingguan BERDISKUSI melalui flatform daring. Suatu kegiatan yang awalnya terutama dimaksudkan untuk menjalin silaturahmi antar warga yang berasal dari Kabupaten Kuantan Singingi yang berada di perantauan dan maupun yang berdomisili tetap di kampung. Kemajuan teknologi komunikasi membuat perantau yang berjauhan secara georafis namun tetap selalu merasa dekat dengan kampung halaman.

Topik diskusi beragam namun tetap dalam konteks Kabupaten Kuantan Singingi, yang ujungnya para peserta diskusi ingin berkontribusi pemikiran untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Kuantan Singingi khususnya yang ada dikampung halaman.  

Diskusi Jumat 21 Juli 2023 dengan Topik : Pacu Jalur Tradisional Kuantan Singingi Melintasi Masa. Materi diskusi merujuk kepada Buku yang yang akan diterbikan, di tulis oleh DUO DATUK, Suhardiman Datuk Panglimo Dalam asal Kecamatan Inuman dan Emil Harda Datuk Paduko Rajo asal Kecamatan Kuantan Tengah. Kedua penulis saat ini memanggu jabatan Ketua dan Sekretaris pada Lembaga Adat Nagori (LAN) Kuantan Singingi. Selain itu Datuk Panglimo Dalam juga menduduki jabatan formal sebagai Bupati Kuantan Singingi.

Saya tidak bermaksud membahas isi dari buku yang didiskusikan, tetapi ingin melihat kegiatan menulis yang dikerjakan oleh Duo Datuk ini yang secara umum memiliki tradisi lisan dalam melakukan perannya sebagai pimpinan adat dan boleh dikatakan jauh dari tradisi tulisan atau kegiatan tulis menulis. Menulis bukan hanya sekedar menyusun kata dan kalimat. Menulis melibatkan fikiran, keterampilan dan kesadaran etis. Orang yang tidak memiliki fikiran yang cukup, tidak akan mampu menulis dengan baik. Banyak menulis berarti memiliki banyak fikiran. Bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki banyak pemikir didalamnya.

Umat manusia sudah lama berpindah dari tradisi lisan kepada tradisi tulisan. Namun ironisnya tulisan tulisan yang berpengaruh kepada kehidupan saat ini justru lahir ketika sebahagian besar manusia malah belum melek tulisan. Karya Adam Smith, Karl Marx, Immanuel Khan, Imam Al Gazali, Imam Bukhari, Ibnu Khaldun semua ditulis abad ke 19 dan sebelumnya. Kenapa tulisan ahli filsafat dan ilmuan besar itu begitu “langgeng” mempengaruhi kehidupan umat manusia ? Tentu banyak jawaban spekulatif yang mungkin bisa dibuat. Namun, satu hal yang pokok karena mereka menulis didasari keinginan untuk mencari dan menyebarkan kebenaran.

Harus kita akui, saat ini dunia tulis menulis didominasi oleh kaum Yahudi. Beragam jenis tulisan mulai dari kumpulan puisi, novel, buku ilmiah popular dan buku teks dilahirkan oleh kaum Yahudi. Tidak satu bangsapun saat ini yang mampu menandingi bangsa Yahudi. Tapi tujuan mereka menulis bercampur baur dengan tujuan politik yang ingin menguasai fikiran manusia sehingga mereka memiliki kekuatan politik  yang tidak tertandingi. Kekuatan politik berkait kulindan dengan kekuatan ekonomi, sehingga dapat menguasai dunia. Dengan demikian bagi mereka menulis bukan untuk menyebarkan kebenaran yang sejati.

Lahirnya buku "Pacu Jalur Melintasi Masa yang di tulis oleh dua orang pemangku adat di Kuantan Singingi ini semoga dapat memberikan kebenaran pengetauan  tentang budaya pacu jalur yang hanya ada di Kuantan Singingi. Duo Datuk memperlihatkan contoh yang positif khususnya bagi komunitas adat yang dipimpinya. Dengan menulisnya Duo Datuk dapat dipandang sebagai provokasi strategis terhadap anak keponakan dari Duo Datuk, generasi muda Kuantan Singingi untuk mentradisikan menulis dalam kehidupannya. Menulis yang sudah mentradisi berarti terbiasa mengasah fikiran dan mempraktekkan etika yang benar. Semakin banyak yang menulis berarti akan semakin banyak pemikir yang pada gilirannya akan mampu mamacu kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan. 

 

Penulis adalah Guru Besar Pembangunan Wilayah dan Perdesaan Universitas Andalas, Penggiat Forum Diskusi Keluarga Kuantan Singingi.



Tulis Komentar