Melawan Lupa (sambungan): Bakarudin “Pak Banjar” Pengantar UNDANGAN Yang Tak Pernah DIUNDANG
Oleh: Sahabat Jang Itam & Tim
SIAPAKAH pengantar surat paling setia saat perjuangan pembentukan Kabupaten Kuantan Singingi? Pengantar undangan yang tak pernah diundang apalagi menghadiri undangan. Mungkin banyak yang tidak tahu, apalagi oleh pihak legislatif dan eksekutif yang saat ini menikmati hasil perjuangan itu. Namanya tenggelam seiring bertambahnya usia Kabupaten Kuantan Singingi.
Dia adalah BAKARUDIN - Putra Kuantan Singingi kelahiran Desa Tebarau Panjang, Kecamatan Gunung Toar d/h Kuantan Mudik. Kini nama lain pria yang akrab disapa BAKAR itu adalah “PAK BANJAR”. Sapaan itu melekat pada dirinya ketika dirinya dipercaya masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya RT/RW: 02/02 Jl. Sukakarya Kelurahan Tuah Karya, Kecamatan Tuah Madani, Pekanbaru sebagai KETUA RT.
“Sekarang jabatan saya sebagai“Pak Banjar” sudah hampir habis. Masyarakat mengusulkan saya ikut pencalonan sebagai Ketua RW. Jika saya terpilih, berarti saya naik pangkat jadi Ketua RW. Gelar saya otomotis berubah. Tak lagi Pak Banjar, tapi langsung jadi Pak Camat, hahaha,” ujarnya tertawa renyah.
-------
SEWAKTU perjuangan pemekaran Kabupaten Kuantan Singingi, Bakar bekerja sebagai pegawai penghubung Dati II Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) di Pekanbaru yang berkantor di Jl. Sokoharjo Gobah. Dia bertugas mengatur lalu lintas urusan administrasi dan urusan lainnya pegawai pegawai Inhu yang melakukan dinas luar ke Pekanbaru.
Oleh panitia pemekaran Kabupaten Kuantan Singingi, Bakar mendapat “tugas tambahan” membantu mengantar surat dari panitia pemekaran untuk pejabat Inhu di Rengat maupun tokoh masyarakat asal Kuantan Singingi yang tinggal di Pekanbaru.
Tandemnya dalam mengantar surat adalah Dunir dan Syariful Adnan yang akrab disapa Jang Itam. Hampir seluruh alamat rumah pejabat dan tokoh masyarakat asal Inhu, termasuk asal Kuantan Singingi yang tinggal di Pekanbaru dihapalnya dengan baik.
Bakar hapal siapa pejabat dan tokoh masyarakat asal Kuantan Singingi yang mendukung dan menolak pemekaran Kabupaten Kuantan Singingi. Namun dia heran ketika Kuantan Singingi mekar, orang yang dulu menolak kini menjadi pahlawan kesiangan.“Tak eloklah saya sebutkan siapa nama dan orangnya. Cukup saya yang tahu,” katanya merendah.
Bakar mengaku hapal nama dan alamat rumah seluruh pendiri Kabupaten Kuantan Singingi di Pekanbaru.“Awak mau tanya siapa? Mau di lubang semutpun saya tahu,” ujarnya percaya diri.
“Benar nih, Pak Banjar….eehhh Bang Bakar?”
“Iya..,” katanya serius.
Namun salah seorang tokoh pejuang dan saksi sejarah pendiri Kabupaten Kuantan Singingi yang akrab dengan Bakar, Oncol hanya tersenyum. Orang kita itu nama asli dan panggilan sehari-hari beda.
Menurut Oncol sebelum antar surat itu, Bakar sering bertanya kepada dirinya. Dia datang dengan sepeda motor win warna merah kesayangannya menanyakan dimana alamat orang tersebut.
“Win itu ajaib, boleh percaya atau tidak. Jika orang kena langgar win milik Bakar itu pasti kena TETANUS. Tak percaya coba tanya kepada pemiliknya langsung,”ujar Oncol sapaan akrab Rafles yang juga salah seorang saksi sejarah yang ikut mendirikan Kabupaten Kuantan Singingi.
Oncol punya kisah unik dengan Bakar. Suatu waktu, Bakar bergurau kepada dirinya soal tugasnya mengantar surat itu. “Bang, kapan lagi adik abang ini ikut diundang. Tiap ada undangan tugas adik abang ini hanya mengantar surat undangan. Sekali-kali diundang kan tak salah, Bang?"
Oncol hanya tersenyum mengenang cerita itu. Cerita itu memang disampaikan sambil bergurau, tapi maknanya sangat dalam. Oncol hanya bisa menyampaikan pesan, setiap orang ada waktunya. Dan setiap waktu ada orangnya. Kapan? Entahlah.QW
Ketika hal itu ditanya kepada Bakar, dia hanya tersenyum.“Oncol itu sudah saya anggap abang sendiri. Dia tahu perjuangan hidup saya. Kalau Bang Oncol cakap seperti itu, betullah tu,” katanya seraya menyebut Oncol sudah membuka coki dirinya.
Lalu tentang curhatannya kepada Oncol tentang undangan itu, lagi-lagi Bakar tersenyum geli. “Alhamdulillah saya tak pernah diundang dan menghadiri undangan itu. Saya adalah contoh nyata PENGANTAR UNDANGAN YANG TAK PERNAH DIUNDANG oleh Pemerintah Kuantan Singingi. Syukuri saja apa adanya.”
Sekilas peran Bakar memang kecil. Hanya sebagai pengantar surat. Namun, di balik perannya itu, dialah sebenarnya yang “berperan besar” mengumpulkan orang-orang untuk rapat. Kalau dia merajuk, sebenarnya bisa saja surat dari panitia tidak diantarkannya. Tapi, itu jauh dari pikirannya.
“Abang ini hanya pegawai rendahan yang bertugas apa saja, termasuk mengantar surat ini. Kalau ada yang menolak menerima surat, Abang aminkan saja. Yang penting amanah yang dititipkan sama Abang sudah Abang sampaikan,” ujarnya suatu ketika merendah.
Kata Oncol, Bakar ibarat “tukang cananqg” yang menyampaikan pesan dari Kepala Desa untuk masyarakatnya. Namun sebagaimana halnya tukang canang pesannya sampai namun situkang canang sering dilupakan. Dia dipanggil ketika dibutuhkan, setelah itu dilupakan.
----------
KETIKA Kuantan Singingi mekar jadi Kabupaten tahun 1999, Bakar tetap “bertahan” sebagai pegawai Indragiri Hulu. Bupati Inhu kala itu Ruchiyat Saefuddin menyampaikan pesan khusus kepada mantan anak buahnya Asisten Pemerintahan Dati II Inhu, Drs. Moh. Ris Hasan yang diangkat jadi Sekwilda Kuantan Singingi mendampingi Drs. Rusjdi S Abrus sebagai Bupati.
“Pak Ris, orang Kuantan Singingi yang bertugas di Inhu kalau mau balik kampung (pindah) silahkan. Tapi, jangan dengan Bakar. Selagi saya jadi Bupati, Bakar tetap bersama saya,” ujar Ruchiyat kala itu.
Permintaan Ruchiyat ini diamini Ris Hasan. “Tak mungkin Pak Ris Hasan melawan toke,” ujar Bakar tertawa. Barulah pada tahun 2007 ketika Ruchiyat tak lagi jadi bupati, dia diajak Bupati Kuantan Singingi Sukarmis pindah ke Kuantan Singingi.
“Saya ditugaskan sebagai kepala penghubung Kabupaten Kuantan Singingi di Pekanbaru. Kantor saya di Wisma Jalur Punai/Parit Indah No. 4 Tengkerang Selatan, Pekanbaru,” ujarnya.
Selama tugas di Wisma Jalur, Bakar punya banyak cerita unik. Banyak pejabat dan kawan-kawannya termasuk keluarga asal Kuantan Singingi yang menginap di Wisma Jalur. Anehnya mereka semua minta gratis. Hahahaha…. Padahal kalau bayar, uang itu kembali ke daerah sebagai sumber pendapatan asli daerah.
Tugas sebagai pengantar surat masih dilakoni Bakar pada masa Mursini sebagai Bupati Kuantan Singingi berakhir tahun 2020 lalu. Sebab, Mursini percaya, dia tahu seluruh alamat rumah Pendiri Kuantan Singingi.
Sekarang kendati zaman sudah canggih dan undangan bisa disampaikan via whatsapp banyak Pendiri Kuantan Singingi yang tak menerima undangan dari Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi. Misalnya undangan mengikuti HUT Kabupaten, Musrenbang, Pacu Jalur, Pelantikkan Bupati, Anggota DPRD, dan lainnya.
-------
PRIA bertubuh pendek dan gemuk ini menjalani masa pensiunnya di Jl. Sukakarya No. 2 Pekanbaru. Tak banyak yang berubah dari dirinya. Rendah hati dan apa adanya. Sehari-hari selain mengurus warganya sebagai “Pak Banjar” dia tetap menjalani hobinya memancing di Sungai Kampar dengan win warna merah hitam keluaran tahun 1991 selalu setia menemaninya kemanapun berada. Keahliannya sebagai pemancing adalah memancing udang gala dan patin.
Sampena HUT Kuantan Singingi ke-24 yang jatuh pada 12 Oktober mendatang, mungkinkah orang-orang seperti Bakar ini diiperhatikan. Dia memang sudah pensiun, namun jasanya untuk negeri ini (Kuantan Singingi) tak bisa dipandang sebelah mata. Apa salahnya diusia senjanya titipkan undangan itu kepada dirinya. Soal hadir atau tidak, itu urusan yang bersangkutan.
Ingat ungkapan Bung Karno: JAS MERAH – jangan sekali-kali melupakan sejarah!
Forum IKKSIWAKUSI INDONESIA
Tulis Komentar