Daerah

Pemprov Riau Kembangkan Batik Spesifik Masing-masing Kabupaten Kota

Menteri Pariwisata Ekonomi Kreatif, Wishnutama Kusubandio (kiri) bersama Gubernur Riau, H Syamsuar (kanan) ketika hadir pada acara Indonesian Creative Cities Festival (ICCF), Kamis (26/11/2020). (Ft.mcr/ANews)

Denpasar (ANews) - Pemerintah Provinsi Riau saat ini sedang mempromosikan dan mengembangkan batik yang sesuai dengan spesifik daerah masing-masing kabupaten kota yang ada di Provinsi Riau salah satunya yaitu Batik Bono.

Hal itu disampaikan Gubernur Riau (Gubri) Syamsuar saat menjadi keynote speaker pada acara Indonesia Creative Cities Festival (ICCF) tahun 2020 di Rumah Sanur Creative Hub, kota Denpasar, Kamis (26/11/2020) malam.

Saat menjadi keynote speaker pada acara tersebut ia juga sedang mengenakan baju batik khas Riau yang menjadi kebanggaannya saat melakukan kunjungan keluar daerah dengan tujuan agar batik Riau lebih dikenal masyarakat luar daerah Riau.

"Ini yang saya pakai adalah batik Riau dan bukan batik pulau Jawa atau daerah lain," kata Syamsuar.

Batik Bono merupakan Batik Khas Kabupaten Pelalawan dibuat dengan kain batik cap dan tulis. Batik Bono merupakan salah satu oleh-oleh khas dari Riau yang begitu populer dan cantik untuk dikenakan selain itu juga ada beberapa motif Batik Bono sudah memiliki Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI).

"Mungkin Bono ini merupakan satu satunya yang ada di indonesia yang dimanfaatkan dan wisatawan untuk berselancar atau surving, dan ini ada batiknya juga," jelasnya. 

Batik bono hanya sebagian dari motif batik yang ada di provinsi Riau, masih banyak lagi yang lain diantaranya batik Siak dan lain sebagainya. 

Tuan rumah ICCF 2021

Kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Gubri Syamsuar menyampaikan, bahwa sektor ekraf di Riau, pada sub sektor kuliner ada 35 persen, seni pertunjukan 20 persen, kriya 17 persen, fesyen 13 persen, musik 8 persen dan film 4 persen. 

Dijelaskannya, Riau juga memiliki kerajinan rotan yang sudah menembus pasar internasional. Yakni, Amerika, Qatar, Dubai, dan Malaysia. Pada sub sektor kuliner Riau mempunyai ketan talam durian, yang pernah meraih Anugerah Pesona Indonesia pada tahun 2019 lalu. 

"Riau telah mengembangkan arah kebijakan, sasaran, program, dan pemegang kepentingan terkait pengembangan ekonomi kreatif dan memiliki komitmen melalui Perda nomor 12 tahun 2015 tentang perlindungan dan pengembangan ekonomi kreatif," Syamsuar mengungkapkan. 

Selain itu, ia menyebutkan bahwa Riau telah juga mendatangi MoU dengan ICCN yang merupakan bentuk komitmen kalau Riau akan menjadi tuan rumah ICCF pada tahun 2021. Kemudian, provinsi yang dijuluki Bumi Lancang Kuning itu, telah memiliki program pengembangan ekonomi kreatif terpadu dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2019-2024. 

Lalu, juga telah menyusun peta jalan perkembangan Ekraf di Riau, membentuk Badan Riau Creative Network di kabupaten/kota di Riau, pembentukan Komisi Film Daerah provinsi Riau, membentuk kepengurusan baru Dewan Kesenian Riau, dan pada tahun 2021 akan membangun Riau Kreatif Hub. 

"Visi dan Misi ekraf Riau yakni, terwujudnya ekonomi kreatif di Riau, yang berdaya saing dan unggul sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi masyarakat," sebut, Gubri Syamsuar. 

Sementara, Menparekraf Wishnutama mengatakan, kekuatan bangsa Indonesia adalah kreatifitas dan keramahan. Ia mencontohkan, Bali begitu populer di dunia, karena mengkombinasikan kreatifitas dan keramahan. 

"Nah, saya sendiri adalah orang yang merangkak dari bagian kreatifitas. Pernah memimpin berbagai media hanya dengan modal kreatifitas. Tapi kreatifitas saja tidak cukup, kita harus belajar soal keuangan, manajemen, HAKI, akses permodalan, dan badan hukum. Sehingga upaya kita dalam berkreatifitas saling bersambut, saling menopang dan mempunyai nilai yang lebih besar," kata Wishnutama. 

Menurut Wishnutama, para pelaku Ekraf harus punya nilai jual dan harus tau pemasaran. Bagaimana memanfaatkan era digital untuk pemasaran dan publikasi. Ekosistem inilah yang harus dibangun untuk menuju ke kualitas kreatifitas dan mensejahterakan ekonomi kedepan. 

"Jangan sampai Indonesia menjadi pangsa pasarnya kreatifitas bangsa lain. Bangsa Indonesia harus menjadi tuan di era kemajuan sekarang ini. Ini adalah hal yang penting. Nah, ini adalah salah satu upaya Kemenparekraf untuk mengembangkannya kedepan," ujarnya. 

"Kenapa kita harus fokus ke ekonomi kreatif, karena ekonomi kreatif tidak ada habisnya. Sementara, sumber daya alam akan bisa habis. Kalau ekonomi kreatif akan semakin bertambah dan banyak. Tapi harus mempelajari ekosistemnya. Sehingga bisa menjadi kreatif-kreatif yang unggul untuk Indonesia ke depan," tandasnya. (mcr/ZET)



Tulis Komentar