PDRI Menyelamatkan NKRI
Oleh ; Masud HMN*)
Terbentuknya Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) Tanggal 22 Desember 73 tahun yang lalu merupakan hari yang bersejarah, tidak saja penting karena sebagai momen sejarah. Tetapi lebih dari itu memang mengandung makna yang menyimpan hal yang harus dikaji.
Bukankah Negara Kesatuan Republik Indonesia telah dirontokkan Belanda lewat aksi clash II.
Dengan menguasai ibu kota pemerintahan Yogykarta dan Presidennya telah ditangkap.? Bagaimana nasib atau eksistensi kelanjutan NKRI.
Maksudnya karena itu diambil kesimpulan generasi muda harus memaham persoalan berdirinya PDRI. Sebagai bagian dari capital history, modal sejarah meniti masa depan. Adanya NKRI yang dilahirkan para pejuang Republik ini menjadi esensi atau jiwa bangsa.
PDRI merupakan Negara dengan Presidennya Syafrudin Prawiranegara dibentuk di Sumatera Barat atau kongritnya Sumpur Kudus Kabupaten Sawah Lunto Sijunjung, Dilengkapi beberapa kementerian. Sebagaimana layaknya sebuah pemerintahan. Yang Antara lain Sumatera Selatan, Sumatera Tengah, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Timur.
Awal sebab jatuhnya ibu kota Yagyakarta, dan ditawannya Soekarno, Hatta dan Sutan Syahrir diasingkan keluar Jawa maka Syafrudin Prawiranegara membentuk PDRI. Tugasnya untuk melanjutkan perjuangan.
Sebelum ditangkap Belanda 19 Desember 1948 Soekarno sempat menyiapkan surat kawat pada Syafrudin Prawiranegara di Sumatera, dan A. Maramis di New Delhi, India. Isinya jika pemerintah di Yogyakarta tidak dapat menjalankan pemerintahan maka Syafrudin Prawiranegara atau A Maramis diberikan mandat untuk meneruskan pemerintahan. Tetapi kawat itu berbulan bulan kemudian baru diterima.
Untungnya tanpa surat kawat mandat itu PDRI sudah terbentuk menjalankan fungsinya berdasarkan rapat 19 Desember 1948. Resmi pengumuman terbentuknya PDRI lewat siaran Radio tanggal 22 Desember 1948.
Tersebutlah 12 kementerian, Antara lain Menteri Dalam Negeri Moh Hasan, Menteri Pertahanan, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Luar Negeri,Menteri Kehakiman, menteri kemakmuran, Menteri Keuangan dan Menteri Perhubungan. Ibu kota sementara ditetapkan Bukittinggi dan secara berpindah pindah karena keadaan perang.
Lama pemerintahan PDRI singkat saja yaitu lebih kurang 207 hari. Terhitung 22 Desember 1948 sampai dengan 13 Juli 1949. Diserahkan kembali pada pemerintahan RI di Yogyakarta, PDRI menyerahkan mandatnya berdasarkan hasil perjanjian Roem Roiyen. Dari catatan diatas, ternyata kita temukan pemimpin kita yang disimbolkan Syafrudin Prawiranegara figure ikhlas dan sekaligus idealis.
Bagaimana jika tanpa ikhlas dan idelais. Entahlah. Kita tah tahu.
Sangat jelas ! Dia bentuk PDRI ikhlas, tanpa mandat sesiapa. Meski belakang hari ditemukan mandat dari Presiden Soekarno. Tanpa menyebut dan menonjolkan dirinya. Bagaimana kira kira akan terjadi jika saja Syafrudin Prawiranegara tidak menyerahkan atau mengembalikan kepada Soekarno.? Bukan kah PDRI sejatinya inisiatif Syafrudin Prawiranegar dan kawan kawannya belaka ?
Pemimipin idealis, tercermin dari mereka rela menerima kenyataan untuk Indoesia yang kuat. Figur PDRI orang yang dibelakang hari jatuh bangun dari dengan rezim kekuasaan. Banyak yang masuk penjara.dan dimarginalkan.
Ya itulah ,sejarah PDRI 270 hari itu, bukan peristiwa kecil. Mengingat sebutlah puncak bersatunya rakyat dan pemimpin pada saat kritikal berbahaya. Tidak sedikit darah yang tertumpah, dan tercurahnya air mata. Yang tak kering karena panas. Itulah samudera persada kuasa.
Yang lahir karena kandungan luhur ibu periwi melawan Kolonial musuh, penjajah tirani, menghancurkan belenggu. Itulah menjadi hunjaman kokoh pilar NKRI kini dan seterusnya. Sebagai modal sajarah, berupa Capital history yang mahal harganya.
Penulis ingin mengakhiri catatan ini, dengan peristiwa perjumpaan (tahun 1980) lansung penulis dengan pak Sayfrudin Prawiranegara Ketua PDRI menanyakan tentang mandat presiden Soekarno.
”Betul sebelumya saya tidak tahu adanya mandat tersebut ”kata beliau.
Yang jelas PDRI menjadi tiang pancang penting sejarah Republik Indonesia. Kontribusi pemimpin bangsa. Menghubungkan PDRI dan NKRI.
Jakarta 22 Desember 2021
*) Dr Mas ud HMN adalah putra desa Serosa, Kaunsing. Kini Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta.
Tulis Komentar