Nasional

Banjir Penyebab Terputusnya Jalan Penghubung, Mahasiswa Pelalawan dan Warga Desa Sotol-Tambak Minta Pemda Serius Menangani

Babinsa Desa Tambak Serka Yondri bersama Rendi Wiranata Wakil Ketum IPM-PB dan warga ketika meninjau lokasi jalan penghubung yang putus karena banjir. (F:ist-ANews)

PELALAWAN (ANews) - Banjir yang berasal dari luapan Sungai Kampar Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau merendam jalan penghubung wilayah Desa Sotol-Desa Tambak dan memutuskan akses utama transportasi darat di wilayah tersebut sejak jum’at (1/12/2023) sore.

"Cuaca pada saat ini di wilayah Kecamatan Langgam sedang mengalami hujan sedang, namun adanya pembukaan pintu bendungan PLTA Koto Panjang sebanyak 3 pintu pada beberapa hari lalu mengakibatkan debit air sungai kampar mengalami kenaikan dan membuat air sungai kampar meluap ke jalan lintas daerah penghubung Desa Sotol-Tambak sehingga tidak bisa dilalui kendaraan," demikian ungkap Mahasiswa ITP-Pelalawan Indonesia Rendi Wiranata keada media.

“Jalan daerah penghubung Desa Sotol-Tambak ini sudah menjadi langganan banjir setiap tahun. Oleh karenanya saya meminta pemerintah daerah Kab. Pelalawan lebih serius menanganinya. Karena ini sangat berdampak pada aktivitas Pendidikan dan Perekonomian masyarakat, khususnya anak-anak Desa Sotol yang bersekolah, kuliah dan bekerja melewati jalan ini setiap harinya’’, lanjut Rendi.

Selain itu Rendi Wiranata yang juga merupakan Wakil Ketua Umum IPM-PB bersama Babinsa Desa Tambak, Serka Yondri menghimbau warga pengendara motor dan mobil agar tidak melintasi jalan lintas daerah tersebut, tepatnya di jembatan Desa Tambak karena tidak bisa dilewati akibat luapan sungai kampar dengan ketinggian air 50 cm pada badan jalan sepanjang lebih kurang 150 meter itu, juga memghimbau warga agar tidak mandi atau bermain di badan jalan karena arus banjir cukup deras.

Kemudian, salah satu warga Desa Sotol, Ardi mengatakan warga sangat berharap pemerintah cepat mengatasi perihal banjir ini, salah satu cara agar bisa melewati jalan tersebut menggunakan jasa penyebrangan pompong yang disediakan oleh masyarakat Desa Tambak.

“Ongkosnya Rp. 10.000 permotor sekali lewat jadi kalau masyarat Desa Sotol mau ke kelurahan harus membayar Rp. 20.000 untuk pulang pergi itupun hanya ada di siang hari saja’’ ucap Ardi.

Sementara itu, ada jalan alternatif lain tapi melewati jalan dalam perkebunan kelapa sawit milik masyarakat dan perusahaan setempat. Namun jalannya banyak berlobang dan jarak tempuh yang sangat jauh, demikian tutup Ardi.(*/RNM)



Tulis Komentar