Dokumenter Amanah News

Prof. Dr. Muchtar Lutfi (1936-1993): Putra Kuantan Singingi, Rektor Pertama di Unri

Prof. Dr. Muchtar Lutfi. (F: dok-ANews)

Oleh : Team Sahabat Jang Itam

BANYAK orang yang memplesetkan Universitas Riau (Unri)  dengan “Universitas Kuantan”.  Itu didasari karena sedari dulu banyak orang asal Kuantan yang menjadi tenaga pendidik (dosen), non  pendidik (tenaga adminitrasi), dan mahasiswa di Unri.

Itu dulu.... sekarang…?

Terlepas benar atau tidak kalimat itu rasanya  tak perlulah kita diperdebatkan saat ini. Selain menguras energi tak elok pula dibesar-besarkan. Biarlah ....

Namun sejarah  mencatat, ada seorang tokoh pendidik asal  Kuantan Singingi yang  namanya sangat “melegenda” di Unri.  Yakni: Prof.  Dr. Muchtar Lutfi.
    
Muchtar Lutfi adalah rektor pertama di perguruan tinggi negeri yang berdiri sejak 1962 itu. Iya juga putra Kuantan Singingi pertama  yang menjabat sebagai rektor di  Unri. Berikutnya baru Dr. Mohamad Diah, M.Ed  (1993-1997) asal  Teluk Pauh,  Pangian dan Prof. Dr. Aras Mulyadi, D.E.A (2014-2018 dan 2018-2022) asal Simandolak, Benai.
-----------------

SEBAGAI pendidik karir Muchtar Lutfi  memang lebih  dikenal ketika ia mulai mengajar di Unri tahun 1964.  Namun jauh sebelum mengabdi di Unri, ia sudah mengajar di SGB Telukkuantan.

Di SGB, ia sama-sama mengajar dengan  Samad Thaha asal Benai, Intan Djuddin asal Simandolak,  Moehamad Noer Raoef asal  Baserah, M. Yusuf, dan lainnya.  

Kelak kawan seperjuangannya itu  ikut mewarnai perjalanan Provinsi Riau dari waktu ke waktu. Samad Thaha misalnya  pernah menjadi anggota DPR/MPR-RI dari  Golkar. Begitu juga  Intan Djuddin pernah jadi anggota DPRD Riau dari Golkar.  

Sementara Moehamad Noer Raoef pernah menjadi Assiten Wedana di Kuantan Hilir, Karimun, dan  Daik-Lingga serta jadi Wedana di Kuantan dan Selatpanjang. Ia juga pernah jadi Kepala Biro Umum di Kantor Gubernur Riau, Pelaksana Tugas Bupati Indragiri Hilir, dan Residen (Pembantu Gubernur) di kantor Gubernur Riau.

Di SGB ini pulak kelak anak-anak muridnya mengikuti jejaknya sebagai dosen di Unri. Sebut saja Prof. Drs. H. Suwardi MS asal Sentajo dan Drs. H. Anwar Syair asal  Simandolak.  Sementara muridnya yang lain Soemardhi Thaher asal Pulau Busuk, Inuman memilih jenjang  birokrasi dan jadi politisi.

Soemardhi Thaher  pernah menjabat Kepala Dinas P dan K Kotamadya Tk. II Pekanbaru, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Riau. Terakhir anggota DPD-RI Daerah Pemilihan Riau (1999-2004).

Ketika mulai mengajar di IKIP Jakarta Cabang  Pekanbaru yang kini menjadi FKIP Unri tahun 1964,  Muchtar Lutfi pernah menjabat    Ketua Jurusan (1967 – 1969), Dekan Muda (1967 – 1969).  Kemudian ia pernah jadi Pembantu Rektor III (1967 – 1969), Pembantu II Presidium (1969 – 1973), Wakil Rektor (1973 – 1974), Wakil Ketua Presidium  (1974 – 1976), Pembantu I Presidium  (1974 – 1976), dan Rektor (1980 – 1984 dan 1985 – 1989).

Sementara gelar Guru Besar atau Profesor diraih Muchtar Lutfi di Unri pada 1986. Dia adalah Guru Besar pertama di Unri dan Guru Besar pertama asal  Kuantan Singingi  yang namanya kini tercatat dalam sejarah perjalanan  Unri dan masyarakat hingga kini.
-----------------

PENDIRIAN  Unri bermula dari keinginan masyarakat dan Pemerintah Daerah Riau untuk memiliki perguruan tinggi negeri. Keinginan ini diwujudkan dengan membentuk Panitia Persiapan Perguruan Tinggi Riau (P3TR) di Tanjungpinang.

Namun pada 20 Januari 1959 melalui Surat Keputusan dengan No. Des 52/1/44-25 akhirnya ditetapkan Pekanbaru  sebagai ibu kota Provinsi Riau sekaligus memperoleh status baru sebagai Kotamadya Daerah Tingkat II,  maka panitia P3TR  dipindahkan ke Pekanbaru.

Di antara pelopor pendirian Unri itu adalah dua  Gubernur Tk. I Riau: Mr.  SM Amin (1958-1960) dan Kaharuddin Nasution (1960-1966), Walikotamadya Tk. II Pekanbaru Datuk Wan Abdurrahman  (1946-1950 dan 1959-1962),  Soeman HS, dan Drs. Sutan Balia.

Dari usaha keras kepanitiaan P3TR itu dibentuklah Yayasan Universitas Riau, maka lahirlah perguruan tinggi yang diberi nama Universitas Riau disingkat UNRI pada 25 September 1962. Pendirian ini diperkuat dengan Surat Keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan Indonesia No.123 tanggal 20 September 1963 berlaku sejak 1 Oktober 1962.

Surat keputusan itu ditandatangani  Thojib Hadidwidjaja  selaku Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan Indonesia pada  Kabinet Kerja III pada masa Pemerintahan Presiden Soekarno.

Pada saat berdiri 1962, Unri punya dua fakultas, yaitu: Fakultas Ketataniagaan dan Ketatanegaraan (FKK) dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Pada 1963 dibuka pula Fakultas Ekonomi (FE) dan Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam (FIPIA). Kemudian pada 1964 didirikan: Fakultas Perikanan, sehingga lengkaplah Unri sebagai sebuah universitas dengan dua fakultas eksakta dan tiga non-eksakta.

Pada 1964 juga FKIP UNRI  memisahkan diri dan menjadi IKIP Jakarta Cabang Pekanbaru. Namun pada 1968 IKIP kembali bergabung dengan Unri dan dilebur menjadi dua fakultas: masing-masing Fakultas Keguruan (FK) dan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), sehingga saat itu Unri memiliki enam fakultas.

Pada 1981 dibuka pula Fakultas Non Gelar Teknologi (FNGT) dengan jurusan Penyuluhan Pertanian dan Teknik sipil. FNGT menjadi cikal bakal Fakultas Pertanian dan Fakultas Teknik.

Pada 1983 FK dan FIP disatukan menjadi FKIP. Pada 1991 FNGT ditutup dan dibuka Fakultas Pertanian dan akhimya pada 1994 berdirilah fakultas yang ketujuh, yaitu Fakultas Teknik.

Dari catatan berbagai sumber, lembaran sejarah perguruan tinggi negeri pertama di Riau ini terus  mengalami perubahan-perubahan. Baik struktur dan bentuk maupun personalnya. Sejak berdiri (1962) hingga 1978 Unri memakai sistem presidium.  

Tercatat tokoh-tokoh yang pernah duduk sebagai ketua presidium dua orang yang pernah menjabat sebagai Gubernur Riau: Kaharuddin Nasution (1962-1967) dan Arifin Achmad  (1967-1978).

Sejak 1978 hingga 1980 Unri dapat dikatakan sebagai masa peralihan dari sistem presidium kepada sistem rektor. Syahdan, ditunjuklah Drs. M. Farid Kasmy sebagai Pejabat Sementara Rektor Unri. Baru pada 1980 Unri mempunyai rektor definitif yakni Prof. Dr. Muchtar Lutfi (1980-1984 dan 1985-1989)

Kemudian berturut-turut Rektor Unri adalah: Prof. Drs. M. Bosman Saleh, M.B.A (1989-1993), Dr. Mohammad Diah, M.Ed  (1993-1997), Prof. Dr. Muchtar Ahmad, M.Sc  (1997-2012 dan 2012-2006 ), Prof. Dr.  Ashaluddin Jalil, M.S (2006-2010 dan 2010-2014), dan Prof. Dr.  Aras Mulyadi, D.E.A (2014-2018 dan 2018-2022), dan Prof. Dr. Sri Indarti, S.E., M.Si  (2022-2027)

Hingga 2023 atau 61 tahun perjalanan Unri, lingkar akademik dan pencapaian Unri  telah berkembang secara signifikan. Dari hanya memiliki dua fakultas saja pada 1962 kini Unri  telah memiliki 10 fakultas.

Yakni: keguruan dan ilmu pendidikan, matematika dan ilmu pengetahuan alam, ilmu sosial dan politik, perikanan dan kelautan, ekonomi, pertanian, teknik, hukum, kedokteran dan keperawatan.

Unri kini memiliki 25 jurusan untuk jenjang Program Magister (S-2) dan 4 Jurusan di Program Doktoral (S-3).

Pada 2015 Unri menempati peringkat ke-15  dari seluruh perguruan tinggi yang ada di Indonesia, pemeringkatan  berdasarkan kombinasi QS World University Rankings dan webometrics. Lembaga ini, menempatkan Unri peringkat ke-2 Perguruan Tinggi yang ada di Sumatra. 

Pada 2018  jelang milad ke-56, Unri berhasil meraih akreditasi A dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Negeri (BAN-PT). Unri juga kampus pertama di Provinsi Riau memiliki pojok statistik yang diresmikan oleh Kepala Badan Pusat Statistik RI MARGO YUWONO  pada 19 Mei 2022.

Unri senantiasa memainkan peranan menggalakkan pembangunan, memberikan sumbangan perkembangan sosial, ekonomi, dan intelektual, untuk kemajuan bangsa. Unri juga melibatkan diri dalam proyek-proyek kemasyarakatan, baik dilakukan sendiri maupun menggalang kerja sama dengan pemerintah dan swasta. 
-----------------

MUCHTAR  LUTFI juga salah seorang  perintis pendirian  Universitas  Lancang Kuning (Unilak) Pekanbaru pada 1982. Unilak yang berada  dibawah naungan Yayasan Pendidikan Raja Ali Haji melengkapi  perguruan tinggi swasta yang berdiri sebelumnya yakni  Universitas Islam Riau (UIR) pada 4 September 1962 bertepatan dengan 23 Zulkaidah 1382 H  dibawah Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) Riau.

Di Unilak,  Muchtar  Lutfi pernah  menjadi  Pjs. Rektor (1988 – 1989) dan Rektor (1989 – 1993). Kemudian sejumlah  Rektor yang melanjutkan estafet kepemimpinannya di Unilak di antaranya adalah: Dr. Ir. Irwan Effendi, M.Sc (1997-2011 dan 2011-2015),  Dr. Hasnati, S.H., M.H (2015-2019), dan  Dr.  Junaidi, S.S., M.Hum (2019-2023).

Unilak dengan motto “Unggul dengan SDM  Berdasarkan Budaya Melayu di Dunia”  memiliki ribuan mahasiswa. Mereka tersebar di sembilan fakultas  yaitu: Ilmu Administrasi, Ekonomi, Teknik, Pertanian,  Hukum,  Ilmu Budaya,  Kehutanan, Ilmu Komputer dan Keguran Ilmu Pendidikan serta dua program Pascsarsarjana yaitu: Magister Manajemen dan Magister Hukum.

Dua pimpinan Kuantan Singingi: Andi Putra dan  Suhardiman Amby merupakan alumni  pascasarjana  di Unilak. Andi Putra di Magister Hukum, Suhardiman di Megister Manajemen.

Unilak merupakan salah satu kampus swasta  di Riau yang sudah berakreditasi B untuk seluruh Program Studi dan terakreditasi A untuk Fakultas Hukum. Berbagai fasilitas tersedia di kampus ini di antaranya lapangan bola, basket, voli, jogging track, asrama mahasiswa, perpustakaan, labor, dan lain lain.
-----------------

MUCHTAR LUTFI  lahir di Baserah, 16 Juli 1936 dari pasangan M. Nur dan Hj. Lingai. Terlahir sebagai anak kedua  dari tiga saudara. Kakaknya Zakat dan adiknya Nursiah.

Menjalani pendidikan Sekolah Rakyat di  Baserah tamat 1950, SGB Bengkalis (1953), SGA Padang Panjang (1956), S-1 di FKIP Universitas Indonesia (1964),  S-3  Administrasi Pendidikan IKIP Bandung (1979), dan  meraih  Guru Besar di Unri tahun 1986.

Dari pernikahannya dengan Hj. Atunsiah asal Pulau Busuk Inuman,  Muchtar  Lutfi punya enam orang anak. Yakni Andy Mulyadi, S.E., M.Si,  Ir. Virgo Trisep Haris, M.T,  Rahmita Budiarti Ningsih, S.E., M.Hum, dr. Eka Yuliartiningsih, M.A.R.S, Fatri Marti Ningsih, S.H, dan Dipl. Ing. Barlian Sapta Putra.

Muchtar Lutfi meninggal dunia di RSCM Jakarta  pada 19 Maret 1993 dan diikebumikan di Pekanbaru. Sebagai bukti eksistensinya, namanya kini  dilekatkan di Gedung Pustaka Daerah Kabupaten Kuantan Singngi  pada 31 Mei 2021  oleh Mursini sebelum mengakhiri jabatannya sebagai Bupati Kuantan Singingi.

Pemberian nama  Muchtar Lutfi sebagai nama gedung pustaka tertuang dalam Surat Keputusan Bupati Kuantan Singingi  No. 109/V/2021 tertanggal 11 Mei 2021 yang ditandatangani oleh Bupati Drs.Mursini, M.Si pada 31 Mei 2021. Selain itu namanya diabadikan sebagai nama jalan Muchtar Lutfi Unri di Tampan, Kota Pekanbaru, Riau 28292 dan  Jalan  Muchtar Lutfi di Kuantan Singingi.

Dimata anaknya Rahmita Budiartiningsih, S.E., M.Hum, ayahnya adalah sosok yang disiplin yang selalu mengajarkan kesederhanaan,  cinta kasih, dan kepedulian.

"Banyak orang menyebut kami berhasil. Tidak juga…… Kami tetap menjadi orang yang sesuai dengan kondisi masing-masing.” ujar Rahmita yang juga dosen di FEB Unri.

Rahmita  menyebutkan ayahnya mengajarkan kepada kami anak-anaknya terus menjaga silaturahim terutama dengan teman teman dan keluarga, termasuk orang dari Kuantan Singingi.

"Pesan ayah itu kami jaga dan kami jalankan hingga kini," jelasnya.

Muchtar Lutfi memang telah tiada namun namanya tercatat dalam Tinta Emas perjalanan dunia pendidikan di Riau. ***


Publishedby : Forum IKKS/IWAKUSI INDONESIA



Tulis Komentar