Opini

Bisakah Pembangunan 40 Kota Setara Jakarta?

Oleh: Apriyan Dinata

PEMBANGUNAN 40 kota setara Kota Jakarta menjadi perbincangan yang cukup ramai di kalangan masyarakat dan media sosial, setelah gagasan tersebut disampaikan oleh Cawapres Muhaimin Iskandar dalam debat perdana Cawapres pada   tanggal 22  Desmber 2023 di Jakarta Convention Center (JCC). Depat perdana cawapres tersebut mengangkat tema ekonomi kerakyatan, ekonomi digital, keuangan, investasi pajak, perdagangn, pengelolaan APBN-APBD, infrastruktur dan perkotaan.

Ramai orang yang bertanya-tanya apakah bisa untuk mencapainya, walaupun juga tidak sedikit yang mempercayainya untuk bisa diwujudkan. Memang dalam hal ini opini publik terpecah menjadi dua, antara yang menyetujui dan yang pesimis untuk dapat merealisasikannya. Walaupun dari sisi pandang perencanaan kota, gagasan tersebut bisa saja untuk dicapai sesuai teori bahw produk perencanaan akan bisa untuk dilihat setelah 5 hingga 20 tahun setelah keputusan diambil. Ini juga seirama dengan masa minimal seorang untuk menjabat posisi tertinggi dalam pemerintahan, baik di tingkat pusat maupun di daerah, selama 5 hingga 10 tahun. Ini adalah sebuah impian yang dari segi teori dapat untuk dieksekusi di tingkat akar rumput.

Bagi pihak yang pesimis untuk dapat diwujudkan dengan berbagai alasan yang menyertainya, seperti masalah pendanaan untuk. Darimana dana untuk pembungunannya? Apakah hanya tertumpu kepada APBN dan APBD? Hal ini juga sudah dijwab oleh jurubicara Timnas Capres Paslon 1 Anies-Muhaimin bahwa masalah pendanaan tidak hanya APBN dan APBD namun juga bisa melibatkan pihak swasta, dan juga dengan membagi secara proporsional untuk pembangunan 40 kota secara berkeadilan, tidak hanya fokus kepada pembangunan Kota Jakarta saja.

Selain itu, adalah masalah jumlah penduduk, kualitas sumberdaya manusia dan tahap pembangunan yang tidak sama antara satu kota dengan kota lainnya yang perlu cara yang tidak seragam dan sama persis di dalam perencanaaannya. Pembangunan satu kota tidak bisa memfotocopy (copy paste) pembangunan kota yang lainnya. Setiap kota memiliki karakteristik dan keunikan yang membedakan dengan kota yang lainnya.  Jadi setiap kota diarahkan pembangunannya     sesuai dengan kapasitas dan potensi yang ada pada setiap kota. Jadi dalam hal ini tidak bisa diseragamkan.

Kemudian, juga yang tak kalah penting adalah mempersiapkan nakhoda kota (walikota) yang memiliki visi penataan kota  yang jauh kedepan dan mau untuk melakukan inovasi dan kreasi untuk pembangunan kota di masa depan. Sebab kota masa depan harus direncankan dari sekarang, dan tidak dibiarkan berkembang secara alamiah. Dalam konteks ini perlu mempersiapkan 40 calon walikota yang mempunyai visi penataan ruang kota yang berkehadapan untuk masa depan, bari dari aspek ekonomi, sosial, budaya, lingkungan dan fisik.

Disadari bahwa jika akan membangunan 40 kota setara Jakarta dalam masa 10 atau 15 tahun ke depan adalah hal yang kurang relaistis dan sangat sulit dicapai, dengan berbagai kendala yang ada, namun jika yang dimaskud adalah pembangunan kota yang perlu pembenahan agar tidak tertinggal jauh berbanding Jakarta itu adalah hal yang sangat rasional, khususnya pembangunan infrastruktur kota yang pada sebagian kota sudah terlalu usang.

Secara umum kota-kota di Tanah Air sudah memiliki infrastruktur layaknya sebuah kota, namun yang sering menjadi permasalahan adalah berkaitan dengan kualitas infrsatruktur yang ada serta pelayanannya yang seringkali menjadi umpatan dan masalah bagi masyarkarat, mulai dari kualitas jalan, penerangan (listrik), air bersih, sanitasi dan tempat pembuangan sampah.

Jadi menurut hemat penulis, infrastruktur dasar tersebut yang perlu dibenahi kualitasnya terlebih dahulu. Setelah itu adalah kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana pendidikan, mulai dari tingkat dasar hingga Perguruan Tinggi yang jika boleh ditingkatkan akreditasinya dari C menjadi B dan dari B menjadi A. Begitu juga adalah kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana kesehatan yang juga turut membebani warga kota di dalam akses dan pelayanan. Termasuk juga pembangunan ruang terbuka hijau dan taman kota yang mencukupi dan berkualitas secara merata di seluruah kawasan perkotaan.

Kemudian, adalah penciptaaan lapangan pekerjaan yang dapat untuk menampung angkatan kerja yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Memang daerah perkotaan masih menjadi magnet bagi masyarakat untuk mencari pekerjaan, namun lebih dari 60 persen masih terkonsentrasi pekerjaan informal dengan gaji dan upah yang tidak menentu seta minimnya jaminan sosial.

Pemerintah pusat harus dapat mendorong dan menggalakakn kota-kota yang tersenarai dalam 40 kota yang mau digenjot perkemabangannya harus juga mempunyai visi untuk dapat menarik investor agar dapat menanamkan modalnya, sehingga hal ini akan dapat membuka lapangan pekerjaan yang sebasar-besarnya bagai warga kota. Kehadiran investasi dari pengusaha lokal, lokal-nasional maupun mancanegara juga akan turut menicptakan inovasi dan kreasi anak bangsa dalam meningkatkan daya saing di tingkat nasional maupun mancanegara.

Dengan wujudnya lapangan pekerjaan yang memadai bagi warga kota, akan berimplikasi terhadap pendapatan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Dengan adanya peningkatan pendapatan, akan dapat menggerakkan roda perekonomian kota. Dengan berputarnya roda perekonomian akan dapat menguatkan ekonomi lokal dari setiap kota. Dan jika ekonomi lokal semkain menguat maka taraf hidup warga kota juga akan terdongkarak secara perlahan dan pasti.
Kehadiran walikota yang memiliki visi dan misi yang jauh ke depan dalam mewujdukan kota kreatif juga adalah hal yang sangat menentukan dalam impian untuk meningkatkan 40 kota  agar dapat bersaing di tingkat Nasional menjadi kota yang maju, menarik dan nyaman. Kota-kota yang didambakan oleh warganya dan dapat memberikan ruang kehidupan yang lebih baik, dari segi ekonomi, sosial, budaya maupun lingkungan.

Jadi mimpi pembangunan 40 kota yang setara dengan Jakarta dengan menghaluskan maknanya menjadi kota yang dapat bersanding dengan kota Jakarta dari aspek infrastruktur, pertumbuhan ekonomi dan lapangan pekerjaan dapat untuk direalisasikan dalam 10 tahun kedepan dengan perencanaan yang mantap dan terkoordinir. Setidak-tidaknya separoh dari kota-kota tersebut untuk mendekati pencapaian yang diimpikan, dan secara bertahap 20 kota lagi dapat untuk mencapainya dalam penggal 10 tahun ke depan.  Wallahu a’lam.


Penulis adalah Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik, Universitas Islam Riau, Pekanbaru, Email: [email protected]  dan [email protected], Hp/WA 081371603890


 

 



Tulis Komentar