Sijunjung (ANews) - Warga Kecamatan Sumpur Kudus, Kabupaten Sijunjung (Sumatera Barat), khususnya warga Lima Nagari se-aliran Batang Sumpu, mempertanyakan komitmen dan kepedulian Pemkab Sijunjung terkait perbaikan infrastruktur. Sebab, jalan akses produksi ke kawasan itu, sejak satu tahun belakangan dibiarkan rusak parah.
Pengamatan Wartawan Amanah News, Ahad (11/10), jalan mulai dari Nagari Tanjuang Labuah hingga ke Nagari Sumpur Kudus yang melewati Lontiak dari Jorong Sipuah, memang tampak rusak parah. Kerusakan menyebar di banyak tempat mulai dari Tanjuang Labuah, Sipuah, hingga ke Nagari Sumpur Kudus.
Di salah satu ruas jalan yang akrab di telinga warga setempat yakni Kelok Kapatabang, bahkan badan jalan kini tampak sudah putus karena longsor dan digerus air. Badan jalan saat ini hanya menyisakan jalan tanah selebar setengah meter karena aspalnya sudah lenyap dan hanya bisa dilewati sepeda motor.
"Kami benar-benar meminta Pemkab Sijunjung khususnya Dinas Pekerjaan Umum, agar peduli dengan kondisi jalan menuju daerah perjuangan dan pusat Raja Ibadat ini. Kesibukan agenda politik jelang Pilkada dan pandemi covid-19, jangan sampai pula mengabaikan hak-hak dasar masyarakat Sijunjung, khususnya hak warga Kecamatan Sumpur Kudus yang seyogianya menikmati jalan akses yang baik dan berkualitas," ungkap sejumlah warga Sumpur Kudus ketika dihubungi Amanah News, Ahad (11/10).
Lima Nagari se-aliran Batang Sumpu itu, yakni Nagari Unggan, Silantai, Sumpur Kudus, Sumpur Kudus Selatan dan Manganti. Lima nagari itu selama ini dikenal sebagai salah satu sentra penghasil karet dan padi di Kabupaten Sijunjung.
Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Sijunjung (2019), luas kebun karet rakyat di Kecamatan Sumpur Kudus tercatat 4.310 hektar lebih dengan total produksi sekitar 20.800 ton per tahun.
Menurut warga, jalan itu merupakan infrastruktur strategis yang menjadi salah satu akses produksi terpenting bagi kelima nagari selama ini. Dalam seminggu berton-ton karet beku diangkut dari lima nagari itu untuk dibawa ke pabrik karet di Padang. Ini masih ditambah puluhan ton gabah ketika musim panen tiba dibawa para pedagang ke luar Sumpur Kudus.
"Kerusakan jalan menuju lima nagari di Kecamatan Sumpur Kudus yang dibiarkan berlarut-larut, membuat ekonomi masyarakat setempat makin terpuruk. Angkutan karet rakyat terhambat, pasokan bahan kebutuhan dari luar juga terkendala," tutur warga.
Diakui, memang ada jalan alternatif dari Tamparungo melewati Lubuak Ojan di Sumpur Kudus Selatan. Tapi, kondisi jalan di ruas itu sempit dan rawan longsor di musim hujan. Alternatif lain, yakni dari Manganti melewati Kampung Pinang, Durian Gadang dan Silokek terus ke Muaro Sijunjung. Namun, jarak dan waktu tempuh justru lebih panjang dan lama. (ZET)
Tulis Komentar