Nasional

Bobby Irtanto, Putra Rohul Kandidat Ketum PB HMI : Indonesia Harus Kembali Pada Identitasnya

Bobby Irtanto sebagai kandidat Ketua Umum PB HMI. (F: ist-ANEWS)

PEKANBARU (ANEWS) - Bobby Irtanto sebagai kandidat Ketua Umum PB HMI mengusung tag line “HMI Bernas Menuju Indonesia Emas” dengan Gagasan-gagasan pembaharuan untuk meningkatkan ekonomi kerakyatan untuk mencapai keberdaulatan ekonomi Ummat.

Dikatakan pria asal Rokan Hulu ini, Al-Qur'an maupun hadis sama-sama menganjurkan umat Islam untuk bercocok tanam. Anjuran ini bersamaan dengan perkembangan kehidupan manusia ke arah pola hidup bercocok tanam, dan ditambah dengan penguasaan atas teknologi.

Dalam hal ini Islam, kata Bobby telah memberi warna tersendiri terhadap perkembangan pertanian, hal itu tampak dari beberapa hadis yang secara jelas menganjurkan umat Islam untuk menanami lahan menjadikannya kawasan yang produktif.

"Tidaklah seorang muslim menanam suatu tanaman atau pohon, kemudian hasilnya dimakan oleh burung, manusia atau binatang, melainkan apa yang dilakukan itu menjadi sedekah baginya." (Riwayat al-Bukhari Muslim) 

Mengutip Kitab Tafsir Ilmi Mengenal Ayat-Ayat Sains dalam Alquran, menyisihkan benih merupakan langkah utama sebelum bercocok tanam. Alquran surah Yusuf ayat 47 menjelaskan tentang hal ini. 

"Dan Yusuf berkata agar kamu bercocok tanam tujuh tahun berturut-turut sebagaimana biasa. Kemudian apa yang kamu tuai Tapa kamu Biarkan di tangkainya, kecuali sedikit untuk kamu makan." 

Menurut Bobby Keberadaan petani menjadi penting bagi negara agraris untuk turut serta berkontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Tak hanya sebagai negara maritim, Indonesia juga dikenal sebagai negara agraris karena sebagian besar penduduk Indonesia memiliki mata pencaharian sebagai petani atau bercocok tanam.

Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki banyak sumber daya alam, baik di darat maupun perairan. 

Sektor pertanian terang Bobby juga memiliki peran penting untuk meningkatkan perekonomian dan memenuhi kebutuhan pangan. Kontribusi sektor pertanian terhadap produk domestik bruto sekitar 20 persen dan menyerap lebih dari 50 persen tenaga kerja di pedesaan.

Indonesia pernah menjadi swasembada beras pada tahun 1980, namun sudah tidak pernah terjadi lagi. Bahkan Indonesia saat ini harus impor beras dari Thailand dan Vietnam sebagai upaya kerja sama agrikultur.

"Tentu ini adalah suatu keadaan yang cukup miris bila dipandang karena Indonesia adalah negara agraria yang seharusnya mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan sehingga mampu berdaulat," jelas alumni Fakultas Pertanian Universitas Riau ini.

Maka itu Bobby menghadirkan sebuah gagasan yang berbeda sebagai Ikhtiarnya dalam mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi masyarakat Indonesia di tengah Wabah Pandemi Covid-19 dikarenakan presentase penurunan ekonomi pada sektor pertanian tidak begitu terpengaruh oleh serangan wabah ini. (rls)

 



Tulis Komentar