Model Leoni Sebuah Solusi Dalam Edukasi Kesehatan Diabetes Pada Era Digitalisasi
Oleh; Dr. Emy Leonita, SKM., MPH
(Alumni S3 Pendidikan dan Teknologi Kejuruan FT UNP
Dosen Prodi Kesehatan Masyarakat STIKes Hang Tuah Pekanbaru)
ARTIKEL ini menjelaskan model edukasi kesehatan online yang dikembangkan untuk memberikan edukasi kesehatan kepada masyarakat dengan memanfaatkan inovasi teknologi komunikasi. Apalagi pada era pandemi covid-19 yang menjadikan satu sama lainnya terbatas dalam menjalin komunikasi langsung. Penatalaksanaan penyakitpun terutama upaya edukasi di fasislitas kesehatan menjadi terbatas. Semua perhatian ditujukan pada penanggulangan pandemik. Namun, bagaimana dengan penatalaksanaan penyakit lainnya? terutama penyakit-penyakit yang menjadi “silent killer”, salah satunya diabetes?. Diabetes merupakan penyakit yang diakibatkan oleh gangguan metabolisme dan kegagalan fungsi dalam menghasilkan insulin yang menyebabkan meningkatnya kadar gula darah dalam tubuh sehingga apabila tidak terkontrol dalam jangka panjang dapat menyebabkan komplikasi/gangguan pada organ vital tubuh. Diabetes menjadi salah satu penyakit paling cepat berkembang dalam keadaan darurat kesehatan saat ini, apalagi orang dengan diabetes adalah kelompok yang rentan terhadap penularan virus covid-19. Data dari International Diabetes Federation (IDF), menunjukkan jumlah orang dengan diabetes di dunia cukup tinggi. IDF menyatakan bahwa Indonesia menempati posisi ke tujuh untuk diabetes dengan penderita berjumlah 10,7 juta penduduk.
Diabetes dapat menimbulkan gejala khas seperti haus yang berlebihan, sering buang air kecil, penglihatan kabur, berat badan turun, penderita diabetes juga lebih beresiko untuk menderita komplikasi penyakit lain seperti jantung, pembuluh darah tepi, penyakit otak, obesitas, katarak, disfungsi ereksi, dan juga lebih mudah terkena penyakit menular oleh bakteri dan virus. Organisasi kesehatan dunia mencatat bahwa komplikasi diabetes merupakan penyebab meningkatnya angka kematian pada penderita diabetes. Sedangkan survei Kementerian Kesehatan RI mencatat penyebab kematian ke-3 di Indonesia dengan persentase sebesar 6,7% setelah stroke 21,1% dan penyakit jantung 12,9%. International Diabetes Federation edisi ke-8 Tahun 2019 memperkirakan orang menderita diabetes diproyeksikan mencapai 578 juta orang pada tahun 2030 dan 700 juta pada tahun 2045. Indonesia termasuk ke dalam negara yang memiliki jumlah penderita diabetes terbesar di dunia yang memiliki permasalahan dalam menekan kejadian diabetes. Ironisnya dua dari tiga penderita diabetes bahkan tidak menyadari bahwa mereka terkena diabetes dan biasanya sudah terlambat dan komplikasi saat akses layanan kesehatan.
Empat pilar penatalaksanaan diabetes yaitu edukasi kesehatan, pengaturan nutrisi, aktivitas fisik, dan farmakologi (obat-obatan). Jika ke-empat pilar itu secara disiplin dan konsisten diterapkan oleh pasien diabetes maka kondisi penderita diabetes tetap hidup sehat dan baik. Edukasi kesehatan merupakan upaya yang paling penting dilakukan dalam merubah perilaku masyarakat terutama terkait penatalaksanaan diabetes. Edukator kesehatan dapat memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dengan memanfaatkan teknologi internet dalam praktik edukasi kesehatan. Hasil survei yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menunjukkan 51,06% pengguna internet mencari informasi kesehatan dan 14,05% berkonsultasi dengan pakar kesehatan secara online. Kementerian kesehatan RI mencatat usia penderita diabetes paling banyak berada pada usia antara 65-74 tahun dengan prevalensi 13,2%). Kenyataannya berbanding terbalik dengan usia pengguna internet, di mana pengguna internet mayoritas berusia antara 13 hingga 18 tahun (APJII). Namun menurut studi literatur, menunjukkan bahwa lansia memiliki sikap positif terhadap kemajuan informasi dan teknologi, karena sangat membantu dan bermanfaat bagi lansia. Pendidikan kesehatan melalui media online dapat menjadi sarana unggul dengan jangkauan luas dan interaktivitas tinggi. Berdasarkan hasil survey pendahuluan pada 140 orang pasien yang berkunjung ke puskesmas wilayah kerja kota Pekanbaru, diperoleh informasi 98% pasien membutuhkan model edukasi yang dikemas secara online untuk mendapat informasi kesehatan
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dikembangkan model edukasi kesehatan berbasis online yang valid, praktis, dan efektif bagi masyarakat dan tenaga kesehatan serta pengelola program pendidikan kesehatan terutama dalam penanggulangan penyakit diabetes.
Model edukasi kesehatan online pada kasus diabetes dikembangkan dari model belajar Bandura oleh Albert Bandura tahun 1987 dan model intervensi perilaku kesehatan Precede-Proceed oleh Lawrence Green dan Kreuter pada tahun 1992. Produk penunjang dalam model edukasi kesehatan ini adalah buku panduan pengembangan model, buku petunjuk aplikasi model bagi edukoator kesehatan dan masyarakat serta web edukasi kesehatan yang terhubung dengan komunitas online diabetes. Prosedur pengembangan model yang digunakan adalah ADDIE Model yang terdiri dari 5 tahapan sesuai prosedur penelitian Research & Development yaitu 1) Analysis 2) Design 3) Development 4) Implementation 5) Evaluation.
Desain dari model pengembangan dinamai Model LEONI (Learning, Online, Innovation) 5P yang terdiri dari 5 (lima) tahapan edukasi kesehatan yaitu 1) Tahap Persiapan, 2) Tahap Promosi, 3) Produksi, 4) Penyuluhan, 5) Penilaian. Tahap Persiapan: meliputi identifikasi kondisi individu terkait permasalahan kesehatan dengan mengisi formulir identitas diri seperti data sosio demografi, kondisi kesehatan dan tingkat pengetahuan awal responden sebelum mengikuti intervensi model LEONI. Informasi diisi secara online melalui google form, sehingga admin dapat dirumuskan data awal masyarakat yang akan mendapatkan manfaat dari edukasi kesehatan. Tujuan tahapan ini adalah diperolehnya informasi dasar responden sehingga edukasi kesehatan yang diberikan tepat sasaran. Tahap Promosi: adalah upaya untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat tentang adanya edukasi kesehatan berbasis online dengan harapan individu tersebut memperoleh informasi dan pengetahuan tentang keberadaan aplikasi edukasi kesehatan online tersebut. Edukasi online ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat agar mampu hidup sehat dan mengembangkan upaya kesehatan yang bersumber masyarakat serta terwujudnya lingkungan yang kondusif untuk mendorong terbentuknya kemampuan tersebut. Tahap Penyuluhan (Edukasi Kesehatan Online) merupakan upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pencegahan dan penatalaksanaan diabetes. Masyarakat juga dapat melakukan konsultasi online melalui web edukasi dan komunitas diabetes online (Whatapp Grup). Pendidikan kesehatan melalui proses edukasi kesehatan online meningkatkan pengetahuan dan sikap masyarakat serta dapat mencegah penyakit secara mandiri baik individu, kelompok, maupun masyarakat. Dimana tujuan dari tahap ini adalah mengembangkan atau meningkatkan 3 domain perilaku yaitu kognitif (cognitive domain), afektif (affective domain), dan psikomotor (psychomotor domain). Tahap Produksi: Fase ini merupakan kegiatan memonitoring dampak yang dihasilkan setelah fase penyuluhan dimana pada fase ini pengetahuan yang diperoleh masyarakat diharapkan meningkat menjadi fase perilaku/tindakan kesehatan yang positif. Hal yang dimonitoring adalah feedback masyarakat terhadap edukasi kesehatan secara terus menerus. Tahap Penilaian: merupakan suatu proses untuk menentukan nilai peningkatan pengetahuan dan sikap seseorang baik sikap positif maupun sikap negatif dalam menerima dan menerapkan edukasi kesehatan yang telah disampaikan melalui media edukasi kesehatan Model LEONI.
Model yang dikembangkan beserta produk penunjang divalidasi sebelumnya oleh tim expert atau pakar pada kegiatan focus group discussion. Tim expert yang hadir pada saat itu adalah pakar kedokteran klinik, pakar pengembangan model belajar, pakar IT, pakar evaluasi model dan pakar Bahasa. Selanjutnya dilakukan analisis penilaian pakar terhadap model edukasi dan diperoleh kesimpulan bahwa model yang dirancang dalam katagori valid dan layak untuk diuji cobakan pada skala terbatas. Tahap selanjutnya adalah melakukan uji terbatas yaitu menilai kepraktisan produk. Produk diuji cobakan terhadap 4 orang edukator kesehatan dan 10 orang pasien diabetes, ternyata diperoleh kesimpulan model edukasi dan produk pendukung mudah diterapkan, mudah dipahami serta secara praktis dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat. Dengan demikian model layak untuk diuji cobakan pada skala lebih besar.
Hasil uji efektifitas terhadap penerapan model LEONI adalah dinyatakan efektif untuk kasus diabetes. Hasil statisitik menunjukkan peningkatan pengetahuan responden setelah diberikan edukasi. Selain itu, tingkat kepedulian responden terhadap inovasi model LEONI yang diukur melalui adopsi instrument Concern Based Adoption Model (CBAM) didapati meningkat dari level tidak peduli menjadi level personal dimana rasa ingin tahu responden tentang pengaruh/manfaat model ini terhadap kesehatannya, dan mayoritas responden adalah sebagai pengguna tetap yang maknanya responden tetap melanjutkan program edukasi ini walaupun kegiatan penelitian telah selesai.
Implikasi dari penelitian ini adalah 1) edukator/petugas kesehatan di fasilitas kesehatan dapat melanjutkan model LEONI ini tidak hanya pada kasus diabetes saja, namun dapat diterapkan pada kasus penyakit lainnya yang membutuhkan intervensi perubahan perilaku jangka panjang. Petugas dapat melakukan perencanaan program dengan 5 tahap edukasi kesehatan model LEONI. Program dapat berkelanjutan dengan membentuk komunitas online dimana terjalin kerjasama antara petugas kesehatan dengan masyarakat. Masyarakat juga dapat berbagi informasi dan pengalaman positif dengan yang lainnya. Masyarakat dapat melaksanakan program tersebut dimana dan kapan saja. Masyarakat juga berfungsi sebagai agent of change dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat. 2) Implikasi penelitian pada aspek teoritis dimana penelitan ini mengungkapkan bahwa kebaruan model LEONI menambah referensi bagi edukator kesehatan, dosen dan mahasiswa kesehatan agar dapat memanfaatkannya menjadi landasan berfikir dimana model ini merupakan integrasi dengan teknologi yang cocok diterapkan pada situasi pandemi covid-19 saat ini. 3) Implikasi pada kebijakan bidang kesehatan: pimpinanan fasilitas kesehatan masyarakat dapat melibatkan kerjasama antara penanggung jawab program pengendalian penyakit dengan ahli IT untuk menyusun bersama rencana program prioritas model LEONI sebagai alternatif dalam upaya perubahan perilaku masyarakat sehingga dampak yang diharapkan pada program edukasi kesehatan masyarakat dapat maksimal.
Artikel ini ditulis oleh Dr. Emy Leonita, SKM.,MPH, berdasarkan disertasi untuk penyelesaian Program Doktor (S-3) pada Program Doktor Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang dengan Promotor Prof. Dr. Nizwardi Jalinus, M.Ed. dan Co-Promotor Prof. Dr. Ir. Anni Faridah, M.Si yang telah lulus pada Ujian Tertutup Disertasi, tanggal 7 Juni 2021
Tulis Komentar