Opini

Wujudkan Ekosistem Kota, Untuk Mencegah Banjir Perkotaan

Sumber foto: buku tulisan Robert Kodoatie

 

oleh : Rona Muliana, ST, MT

Berbicara kota masa depan yang ideal, banyak yang menghubungkan dengan pemanfaatan teknologi masa depan yang serba canggih, moda transportasi otomatis tanpa pengemudi, toko virtual yang melakukan transaksi jual beli secara online, pemakaian alat pendeteksi ketinggian air untuk mendeteksi banjir. Namun secanggih apapun teknologi yang digunakan, tetaplah tidak bisa mengganti peran ekosistem alami dalam mewujudkan kota yang berkelanjutan. Kota yang didominasi ruang terbangun mulai dari peruntukan perumahan, perdagangan, industri, jalan, fasilitas umum banyak mengalami permasalahan lingkungan seperti banjir, polusi, pencemaran air, dan penumpukan sampah. Contohnya dalam permasalahan banjir, teknologi tidak bisa menggantikan peran ruang terbuka hijau dalam menyerap, menfilter, dan menyimpan air kedalam tanah. Kita bisa merenung sejenak, ada hal-hal yang tak bisa tergantikan dengan teknologi. Teknologi hanya bersifat memudahkan pekerjaan tanpa bisa menggantikan peran lingkungan alami dalam mendukung keberlanjutan kota.

Sering kita dengar banjir perkotaan yang sering terjadi dikala hujan turun cukup lebat dan lama. Bahkan hujan dengan intensitas rendah pun bisa juga menimbulkan banjir di perkotaan. Biasanya pemerintah, cukup berbuat dengan menyediakan dan memperlebar drainase buatan, membuat kanal kanal. Tetapi masalah banjir pun tetap belum teratasi. Kenapa banjir masih tetap terjadi? Karena faktor utama banjir di perkotaan belum menjadi fokus perhatian. Banyak yang mengabaikan peran ruang terbuka hijau dalam mengatasi masalah banjir. Ruang-ruang di perkotaan banyak tertutup bangunan. Jika ada lahan kosong yang belum terbangun, tak butuh waktu lama lahan tersebut akan segera tertutup bangunan. Semakin lama keberadaan ruang terbuka hijau semakin minim. Alih fungsi lahan dari non terbangun ke lahan terbangun semakin meningkat. Akibat semakin pesatnya perubahan tutupan lahan dari lahan non terbangun menjadi lahan terbangun, resapan air kedalam tanah semakin berkurang dan akhirnya debit puncak semakin meningkat. Dan banjir pun semakin lama semakin menjadi permasalahan.

Salah satu upaya untuk mengendalikan banjir sehingga tidak membawa dampak yang besar adalah dengan mengupayakan suatu kota untuk memperhatikan ekosistem alaminya. Daerah-daerah rawan banjir yang tertutup bangunan bisa dikembalikan fungsinya sebagai ruang terbuka hijau. Misalnya daerah yang rawan banjir bisa disulap menjadi hutan kota, padang rerumputan tempat bermain anak anak, apotek hidup, pertanian lahan basah perkotaan ataupun taman publik tempat warga berinteraksi dan berekreasi. Jadi, jikalau terjadi banjir, tidak menimbulkan kerugian berarti. Jikalau air sudah surut, ruang terbuka hijau tersebut bisa dimanfaatkan lagi sebagai tempat bermain, berkumpul dan berekreasi. 
Ruang terbuka hijau ini memiliki peran penting dalam mewujudkan kota yang berkelanjutan. Pohon pohon, perdu, tanaman pangan, herbal yang ditanam di ruang tersebut selain sebagai tempat menyimpan air, juga menciptakan udara kota yang sejuk dan bersih, meningkatkan estetika kota, sumber pangan dan menjaga keanekaragaman hayati. Pentingnya menanam pohon ini pun disebutkan dalam hadist nabi riwayat Ahmad yang berbunyi: “Sekiranya kiamat hendak terjadi, dan ditangan salah satu diantara kalian ada bibit pohon (kurma), maka apabila dia mampu menanamnya sebelum terjadinya kiamat, hendaklah ia menanamnya.”

Penulis adalah Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota UIR.
 



Tulis Komentar