Rekayasa Kinerja berkelanjutan

Memaksimalkan Nilai Usaha

ilustrasi (F.internet)

MENGELOLA  keuangan bisnis dengan baik adalah hal yang sangat menantang. Senantiasa mengalami perubahan. Meningkatnya arus globalisasi dan perkembangan teknologi yang demikian pesat mengubah banyak hal, termasuk dalam praktik-praktik pengelolaan keuangan dan pasar.

Tren bisnis di era milenial ditandai dengan kian merebaknya implikasi teknologi informasi dan menipisnya batas antar negara, batas antara konsumen dan produsen, batas antara keinginan dan proses pemuasannya. Menghadapi semua itu setiap institusi usaha harus memiliki kesiapan sumberdaya yang mumpuni, sumberdaya yang efisien dan efektif. Terutama sekali sumberdaya modal atau keuangan.

Selama pandemi Covid 19 di Indonesia banyak bisnis yang tidak mampu mempertahankan usahanya. Usaha masyarakat limbung menghadapi tekanan perekonomian yang memburuk. Data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) melansir ada sekitar 1,1 juta orang yang di rumahkan, 380.000 orang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), dan sekitar 630.000 orang pekerja sektor informal terkena dampak Covid-19.

Menurut Ketua Komunitas Warteg Nusantara (Kowantara) virus Corona telah membuat omset pengusaha warteg di Indonesia mengalami penurunan hingga 50 persen. Jumlah hotel yang terpaksa tutup sementara mencapai 1.500 di seluruh Indonesia. Perilaku konsumen berubah drastis. Hal itu memunculkan inisiatif baru untuk melayaninya jika tidak ingin ditinggalkan pelanggan.

Lamanya durasi pandemi membuat pelaku usaha seperti kehilangan nafas untuk bertahan hidup. Selama ini pengelola bisnis juga kurang piawai dan agak lengah dalam mengelola keuangan usahanya secara professional. Keseimbangan antara likuiditas dan nafsu mengejar profitabilitas tidak dijaga konsisten. Investasi ditabur tanpa kecermatan memperhatikan kelayakannya. Struktur modal usaha tidak ditata dengan optimal pada tingkat biaya modal yang efisien.

Perusahaan menjadi limbung ketika berhadapan dengan tantangan eksternal yang memburuk. Rentan terperangkap dalam situasi kesulitan keuangan (financial distress). Pada akhirnya tidak dapat melanjutkan usahanya dan bankrupt.

Pada dasarnya didunia nyata perusahaan akan mengalami masa-masa booming dan juga masa-masa merosot (decline). Mengelola keuangan yang professional memiliki arti penting disemua jenis bisnis dalam segala situasi tersebut.

Terdapat banyak implikasi keuangan dalam setiap keputusan bisnis maupun non bisnis. Tujuan pengelolaan keuangan secara professional tidak hanya semata-mata untuk memperoleh laba usaha. Lebih dalam dari itu adalah memaksimalkan nilai perusahaan atau meningkatkan kesejahteraan semua orang yang terbabit dengan perusahaan (stakeholder).

Nilai dari setiap bisnis akan meningkat sejalan dengan naiknya kepercayaan konsumen dan public terhadap perusahaan. Para pelanggan dan investor akan mengamati secara rinci tingkat risiko yang dihadapi perusahaan. Semakin rendah risiko perusahaan semakin tinggi nilainya.

Nilai perusahaan juga tergantung dari peluang pertumbuhannya. Semakin tinggi kemampuan perusahaan menangkap peluang-peluang yang terbuka melalui pemanfaatan semua sumberdayanya maka semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut di mata investor dan kreditor.

Selain itu nilai perusahaan ditentukan pula oleh seberapa likuid asset-asetnya di pasar. Kemudahan untuk menjual asset-aset perusahaan dan mengubahnya menjadi uang tunai pada nilai pasar yang wajar akan mendongkrak nilai perusahaan ketingkat yang lebih tinggi.

 Begitu krusialnya kualitas pengelolaan keuangan dalam sebuah bisnis membuat persoalan itu semakin penting untuk dipahami dan karir dibidang keuangan semakin banyak diminati. Apalagi, tanggungjawab dalam bidang keuangan disebuah usaha atau bisnis juga semakin meluas. Staf ataupun manajer keuangan harus mampu berinteraksi dengan bidang-bidang lainnya Ketika mereka harus memandang ke depan untuk Menyusun rencana bagi kemajuan perusahaan di masa yang akan datang.

Pengelola perusahaan yang menginginkan pertumbuhan pendapatan yang pesat harus memaksa bagian keuangannya untuk mampu menentukan pertumbuhan yang optimal sejalan dengan kelayakan investasi dan optimalisasi pembiayaannya.

Tanggungjawab bagian keuangan juga meliputi pengawasan atau control disemua lini untuk memastikan operasional perusahaan berjalan secara efisien. Seluruh keputusan bisnis memiliki implikasi keuangan. Untuk itu diperlukan upaya-upaya terukur untuk mengurangi pemborosan dan meningkatkan perolehan marjinal diatas biaya marginal yang harus dikorbankan.

Berinteraksi dengan pasar merupakan tanggungjawab bagian keuangan yang tidak dapat dikesampingkan. Sumber-sumber pembiayaan yang efisien harus didapatkan dan diperhitungkan dengan teliti agar dalam situasi apapun dukungan permodalan dapat diperoleh dengan mudah.

Akhirnya, pengelolaan risiko harus dimaksimalkan agar antisipasi terhadap itu dapat dilakukan. Meskipun tidak satupun perusahaan yang mampu mengeliminir semua risiko yang dihadapinya namun pengelolaan risiko perusahaan yang baik akan meminimalisirnya untuk menjamin terselenggaranya proses bisnis perusahaan secara berkesinambungan. ***

(Ingin mahir mengelola bisnis dan keuangan? Ikuti Terus 'Petuah Bisnis Datuk' di Amanah News.
 



Tulis Komentar