Daerah

Belajar dari Ebo: Uang Bisa Dikonversi dengan Waktu

Among Kurnia Ebo (pakai topi di tengah) didampingi Land Matter and CSR Manager EMP, Amru Mahalli dan karyawan EMP foto Bersama usai berdiskusi di salah satu cafe di Yogyakarta, akhir pekan lalu. (F:HNS/ANews)

YOGYAKARTA (ANews) - Pendampingan kepada masyarakat pada saat menjalankan program Cooperate Social Responsibility (CSR) bukan hanya semata soal besaran dana yang dikucurkan perusahaan. Yang lebih penting lagi bagaimana penerima mendapatkan manfaat dari program yang dijalankan.

Demikian kesimpulan yang bisa ditarik dari diskusi antara karyawan Energi Mega Persada (EMP) bersama motivator bisnis, Among Kurnia Ebo di salah satu café di Yogyakarta, akhir pekan lalu. Diskusi tersebut merupakan bagian dari kegiatan Forum Tanggung Jawab Sosial (TJS) yang dilaksanakan oleh SKK Migas bersama Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) se Sumatra bagian Utara (Sumbagut) pada 15-17 November di Yogyakarta.

Ebo -- demikian panggilan akrab pria yang lahir dan besar di Desa Sukobendu, Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan -- menceritakan pengalamannya menggeluti dunia bisnis, bahkan saat ini kerap diundang memberikan motivasi kepada entrepreneur pemula se-Indonesia.

Ditegaskan Ebo, dana yang besar dapat dikonversi oleh waktu untuk investasi sosial yang dilakukan perusahaan. Asalkan perencanaan dan pelaksanaan program yang dilakukan secara bertahap tersebut fokus dan berkelanjutan.

“Saya punya banyak pengalaman memberikan movitasi kepada audiens yang ingin berbisnis tapi tidak punya modal. Begitu pula kepada pemuda pengangguran yang ingin maju menjadi kepala desa, tapi tidak punya uang. Intinya, uang bisa diganti dengan waktu sebagai investasi sosial.”

“Begitu juga dengan pemberdayaan masyarakat atau CSR dari perusahaan. Uang yang besar tidak menjamin keberhasilan program jika tidak terencana, fokus, berkesinambungan dan bersedia meluangkan waktu lebih untuk pemberdayaan tersebut,” ujar pria yang pernah kuliah di Universitas Gajah Mada (UGM) dan aktivis pers mahasiswa tersebut.

Diskusi berjalan dengan hangat dan menarik. Aktivis Muhammadiyah tersebut merupakan sosok motivator yang tidak hanya berbicara teori, tapi langsung dengan praktik. Sejak kecil, ia sudah bermimpi ingin berjalan-jalan ke luar negeri.

Kepada teman-temannya semasa kecil, ia pernah mengatakan ingin berkunjung ke negerinya Maradona, Michael Jordan, Davied Beckcam, Ruud Gulit, Leonal Messi, Ronaldo dan sebagainya. Meski bagaimana caranya ia belum tahu.

Pokoknya kalau ada nama-nama terkenal di dunia sepakbola atau olahraga lainnya dia selalu berkata: suatu saat aku akan ke negaramu!

Hal yang iseng itu siapa sangka di kelak kemudian hari terwujud semua. Semesta ternyata mendukungnya. Ia telah menjelajah lebih dari 90 negara di lima benua. Sudah ke Amerika Latin, Amerika Serikat, Eropa, Afrika, dan hampir separoh negara Asia.
"Pokoknya awalnya hanya mimpi. Mimpi itu amazing. Terwujudnya juga amazing. Rasanya mustahil. Tapi faktanya semua bisa terjadi. Semua hanya berawal dari mimpi. Mimpi itu yang mencarikan jalannya sendiri untuk terwujud," jelas Among Kurnia Ebo seperti dikutip dari situs lensadesa.com.

Cara terealisasikan mimpi menjadi kenyataan itu rasanya sulit dipahami. Tapi begitulah jika hukum semesta bekerja. Tuhan sesuai persangkaan hamba-Nya. Tuhan akan mengabulkan setiap doa hamba-Nya.

Tak hanya untuk dirinya sendiri, Ebo juga kerap membagikan ilmu dan pengalamannya. Dia mengompori banyak orang untuk mulai berbisnis, punya usaha sendiri. Bahkan ia memiliki “kampus” dan menjadi “rektor”

Nama kampusnya Klatak University, Kampus Otak Kanan. Lokasinya di Jalan Imogiri, Yogyakarta. Jangan bayangkan ada bangunan khusus untuk kuliah. Kampus itu mengakuisisi warung sate warga. Waktu kuliah hanya seminggu sekali. Setiap Selasa mulai jam 20.00 malam. Jadi saat tiba waktu kuliah, sebagian kursi warung diduduki mahasiswa yang ingin cari ilmu. Sisanya tetap diisi pembeli biasa.

Kuliah di sini dijamin enak. Pasalnya, sambil kuliah, mereka bisa menyantap sate klatak, tengkleng, nasi goreng, atau olahan menu domba lainnya. Gratis tentu saja. “Pak Rektor” yang membayar semuanya. Kuliah akan selesai mengikuti jam tutup warung. Biasanya melewati tengah malam. Atau menunggu sang rektor dan para mahasiswa itu bubar dengan sendirinya.

Tiap Selasa malam, kadang datang juga dosen terbang dari luar kota. Mereka yang telah terjerumus, nekat jadi pengusaha. Lantas diminta berbagi pengalaman bisnisnya. Selalu ada cerita, jatuh bangunnya berusaha. Saat barang tak laku. Atau uang modal sirna dipinjam teman. Tentu, kalau ada yang sudah mengalaminya, tak perlu menirunya.

Untuk itu, kata Ebo, di sinilah pentingnya komunitas. Berbagi pengalaman terbaik. Berbagi cara melewati susahnya usaha. Berbagi tips dan trik agar terhindar dari kemelut atau bangkrut. “Kunci keberhasilan dalam bisnis atau pun program untuk pemberdayaan masyarakat ada empat yakni ilmu, keahlian atau skil, relasi dan terakhir kuasa ilahi,” kata Ebo menutup pembicaraan.

Usai diskusi panjang, Land Matter and CSR Manager Energi Mega Amru Mahalli mengucapkan terima kasih kepada Among Kurnia Ebo yang telah berbagi ilmu dan pengalaman.

“Perjalanan hidup Pak Ebo yang penuh lika-liku membangun bisnis dan memotivasi orang lain untuk memulai bisnis sangat luar biasa. Kita berharap semangat ini bisa menular kepada rekan-rekan pengelola CSR agar terus memotivasi UKM-UKM yang telah kita bina, baik di lapangan PT Imbang Tata Alam maupun EMP Bentu Limited agar menjadi pelaku bisnis yang handal di masa depan,” katanya kepada media, Jumat (24/112023). (HNS/ANews)



Tulis Komentar