Daerah

EMP Bentu Limited Terima Penghargaan Bapak Asuh Anak Stunting dari Bupati Kampar

Area Manager EMP Bentu Limited Yoyok S Purwanto menerima penghargaan Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS) yang diserahkan oleh Pj Bupati Kampar, Hambali SE MH pada upacara peringatan HUT ke-74 Kabupaten Kampar, Selasa (6/1/2024). F (Ist/ANews)

BANGKINANG (A/News) - EMP Bentu Limited menerima penghargaan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kampar atas keseriusannya membantu pemerintah dalam upaya penurunan jumlah angka stunting di Kabupaten Kampar, Selasa, 6 Januari 2024.

 

Penghargaan sebagai Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS) di Kabupaten Kampar itu diserahkan oleh Pj Bupati Kampar, Hambali SE MH di sela-sela upacara peringatan HUT ke-74 Kabupaten Kampar di halaman Kantor Bupati Kampar. Penghargaan diterima oleh Area Manager EMP Bentu Limited Yoyok S Purwanto.

Dalam sambutannya, Pj Bupati Kampar mengatakan bahwa penurunan angka stunting merupakan program nasional yang harus ditindaklanjuti secara serius di daerah. Tapi di sisi lain, penanganan dan penurunan angka stunting membutuhkan anggaran yang besar.

Dikatakan Hambali, berdasarkan kajian tim pakar penanganan Stunting Kabupaten Kampar, dibutuhkan anggaran sekitar Rp 600 juta perbulan untuk program tersebut, dengan asumsi satu orang anak penderita stunting menghabiskan biaya sebesar Rp 1,2 juta hingga Rp2,6 juta yang dilihat dari kondisi dan usia sang anak.

"Mengingat besarnya anggaran penanganan stunting tersebut, tidak mungkin pemerintah daerah hanya mengandalkan APBD saja. Karena itu kita melibatkan seluruh stakeholder yang ada, terutama perusahaan yang ada di Kabupaten Kampar,” katanya.

Di tempat terpisah, Area Manager EMP Bentu Limited Yoyok S Purwanto mengucapkan terima kasih atas apresiasi yang diberikan Pemerintah Kabupaten Kampar. Menurutnya, menurunkan angka stunting merupakan program Coorporate Social Responsibility (CSR) yang telah dijalankan di sejumlah puskesmas di sekitar wilayah operasional di Kabupaten Kampar.

“Di antara program yang telah kita lakukan antara lain pemberian makanan tambahan kepada balita dan ibu-ibu hamil. Selain itu, bekerja sama dengan puskesmas setempat kita juga mengadakan pelatihan untuk kader-kader posyandu,” kata Yoyok.

Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang. Stunting ditandai dengan panjang atau tinggi badannya di bawah standar. Penyebab utama stunting di antaranya asupan gizi dan nutrisi yang kurang mencukupi yang dimulai dari dalam kandungan sampai usia dua tahun serta pola asuh yang salah akibat kurangnya pengetahuan dan edukasi bagi ibu hamil dan ibu menyusui.

Selain itu, stunting juga disebabkan karena buruknya sanitasi lingkungan tempat tinggal seperti kurangnya sarana air bersih dan tidak tersedianya sarana mandi, cuci dan kakus (MCK) yang memadai serta keterbatasan akses fasilitas kesehatan yang dibutuhkan bagi ibu hami, ibu menyusui dan balita. (HNS/ANews)



Tulis Komentar