Daerah

ICC Ingin Kembangkan Komoditi Kelapa di Riau, Ini Rekomendasinya

Ilustrasi Kebun Kelapa di Kabupaten Indragiri Hilir. (F:ist-ANews)

PEKANBARU (ANews) - Executive Director International Coconut Community (ICC), Jelfina Constansje Alouw menginginkan komoditi kelapa yang ada di Provinsi Riau mengalami kemajuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Ada beberapa rekomendasi jangka panjang dan jangka pendek untuk pengembangan sektor kelapa di Provinsi Riau. 

Adapun rekomendasi jangka panjangnya adalah pengembangan kawasan eco edu wisata berbasis kelapa dengan mendukung model pertanian berkelanjutan. Yaitu melalui Pembangunan National Coconut Genebank (NCG) untuk mendukung eco edu wisata. 

Dijelaskan, eco edu wisata tersebut bisa dilaksanakan dengan membangun kebun koleksi semua varietas unggul dan unggul lokal se Indonesia, yang dilengkapi dengan ruangan modern, perkebunan dengan sistem barcode, sistem penanaman polikultur, unit pengolahan produk-produk kelapa, store, resto, fasilitas umum modern, dan lain-lain.

Menurut Jelfina, tujuan NCG ini adalah sebagai materi genetik untuk pengembangan kelapa hibrida, sebagai materi dan tempat penelitian bagi mahasiswa, dosen dan peneliti untuk menghasilkan teknologi dan produk inovatif yang bermanfaat bagi Provinsi Riau dan Indonesia.

"NCG ini juga bisa dijadikan, pilot project meningkatkan pendapatan daerah, serta menarik wisatawan lokal dan mancanegara untuk berkunjung," ucapnya, dalam FGD pembahasan perkebunan kelapa di Riau, berlangsung di kantor Bappedalitbang Riau, Rabu (26/1/22).

Program jangka panjang lainnya yang bisa dilakukan adalah membangun kebun benih kelapa dalam dan genjah 2 sampai 5 hektare per kabupaten, dan membangun kebun benih hibrida.

"Untuk jangka pendeknya dengan melakukan evaluasi, identifikasi Blok Penghasil Tinggi (BPT) dan Pohon Induk Terpilih (PIT)," ungkapnya.

Untuk kriteria BPT harus tanaman kelapa berumur 15-60 tahun, dengan populasinya seragam, luas area 1,5 hektar sampai 2 hektare, produksinya lebih dari 2 ton setara kopra per tahun. Kemudian, CV komponen buah kecil dari 20%, membangun kebun induk sumber benih kelapa 2 sampai 5 hektar per kabupaten, dan tidak ada serangan hama dan penyakit.

"Ini juga upaya mendukung penanggulangan stunting dan pemberdayaan perempuan satu keluarga minimal memiliki 3 sampai 5 tanaman kelapa genjah di pekarangan," jelasnya.

Jelfina menerangkan, kelapa genjah ditanam di pekarangan bisa dimanfaatkan sebagai sumber nutrisi sehat bagi keluarga, gula kelapa yang rendah indeks glikemik (35) sehingga lebih sehat, air kelapa merupakan sumber nutrisi yang baik untuk kesehatan, serta sebagai sumber minyak goreng sehat.

"Kalau kita bicara kelapa, bukan hanya secara lokal tapi jauh ke depan. Kita ingin kelapa juga mampu mendukung percepatan pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) di Provinsi Riau," tukasnya. (*)



Tulis Komentar