Dokumenter AmanahNews

H. Radja Roesli, B.A: Wali Kota Pertama dari Kuantan Singingi

(Alm). Radja Roesli. (F:dok-Anews)

Oleh : Team Sahabat Jang Hitam

Pak Radja Roesli adalah tokoh 
Yang tak mau disebut tokoh

Pak Radja Roesli adalah guru 
Yang tak pernah menggurui.

Pak Radja itu memakai filosofi Ilmu padi: 
“Semakin berisi, semakin merunduk”

Pak Radja itu ibarat peribahasa:
“Tua-tua kelapa, makin tua banyak santannya”

UNGKAPAN itu disampaikan Prof. Dr. H. AMIEN RAIS, M.A untuk menggambarkan sosok pejuang, tokoh, pendidik, ulama, borokrat,  cendikiawan muslim, dan politisi dari Kuantan Singingi, Riau, H. Radja Roesli, B.A.  Mantan Ketua MPR RI periode 1999-2004 DPP PAN adalah salah seorang sahabat yang menggagumi sosok Radja Roesli yang menjadi anggota DPR RI saat usianya 73 tahun.    

“Kiprah tokoh empat zaman: sebelum kemerdekaan, Orde Lama, Orde Baru dan Repormasi ini memang tidak ada matinya,”  ujar  Amien Rais ketika “maota lomak” dengan penulis di ruang tunggu Bandar Udara Internasional  Soekarno Hatta – Jakarta, 2017 silam.

Sebagai seorang tokoh, Radja Roesli kemampuannya dalam menggunakan  bahasa asing seperti: Belanda,  Jepang, Jerman,  Inggris, Bahasa Arab dan sedikit Bahasa Cina memberikan “nilai plus”pada dirinya dibandingkan tokoh lainnya.    

Dengan  kemampuan pelbagai bahasa asing itulah, Radja Roesli disegani oleh kawan dan lawan politiknya. Namun,  dia menyebut semua itu karunia dari Yang Maha Kuasa kepada dirinya.

Radja Roesli adalah  putra terbaik  pertama dari Kuantan Singingi  yang menjadi Wali Kotamadya  Pekanbaru yang dijabatnya selama dua tahun  (1968-1970).
-----------------

RADJA ROESLI lahir di Lubuk Jambi, Kecamatan Kuantan  Mudik,  Kuantan Singingi pada 16 Mei 1926 dari pasangan H. Radja Soeleman dan HJ. Poeti Djolimah. Ayahnya dikenal sebagai ulama dan menyandang gelar ninik mamak dengan gelar Datuk Poeti Bongsu atau lebih dikenal dengan sebutan Ongku Kali karena ia pernah menjadi Qadi atau Khadi di Kenegerian Lubuk Jambi selama 26 tahun (1948-1974).

Qadi adalah seorang hakim yang membuat keputusan berdasarkan syariat Islam. Islam tidak pengenal adanya pemisahan masalah agama maupun yang berkaitan dengan hukum, sehingga Qadi berperan dalam penegakan aturan bagi setiap muslim.

Ayahnya pemeluk agama yang taat serta sempat menempuh pendidikan di Thawalib Padang Panjang, 1924 - 1926. Sementera ibunya Hj. Poeti Djolimah hanya seorang ibu rumah tangga yang tak sempat mengenyam pendidikan.

Radja Roesli menempuh pendidikan di Sekolah Desa (3 tahun) di Lubuk Jambi serta sekolah sore di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah. Pada tahun 1938, ia masuk ke Schakel Klas Hollandsch Inladsche School (HIS) Muhammadiyah di Padang Panjang, Sumatra Barat.

Radja Rusli bersama istri. (F:ist-ANews)

HIS yang juga disebut sekolah Belanda untuk bumiputera adalah sekolah pada zaman penjajahan Belanda. Sekolah ini, kali pertama didirikan di Indonesia pada tahun 1914 seiring dengan diberlakukannya Politik Etis.

Pada tahun 1942 saat duduk di kelas 7 sekolahnya di HIS sempat terputus akibat pecahnya perang dunia II (Perang Asia Timur Raya) antara Sekutu dengan Jepang (1942-1945).  Namun mereka dinyatakan tamat Nood Verklaring (surat keterangan sebagai ijazah darurat).

Pada 1943 Radja Roesli kembali sekolah di Rensei Gaku In (Sekolah Menengah untuk calon pegawai negeri pada zaman Jepang) di Pekanbaru. Jelang kemerdekaan tahun 1945, dia diangkat menjadi pegawai negeri di Kantor Residen Riau (Riau Syu Choukun) di Pekanbaru 1 Januari 1945 dan 1 Juli 1945 pindah ke Kantor Wedana (Gunchu) di Telukkuantan. 
-----------------

MESKI sudah diangkat menjadi pegawai, namun Radja Roesli adalah anak desa di Riau yang berkeinginan besar dalam dunia pendidikan. Dan itu dibuktikan dengan kembali sekolah di SMP Pertama di Pekanbaru yang merupakan SMP pertama di Riau tahun 1946.  Setahun kemudian Radja Roesli juga kembali kuliah di Akademi Pamong Praja dan Administrasi di Bukittinggi, Sumatra Barat.

Akademi ini merupakan akademi tempat berkumpulnya para calon pegawai di delapan keresidenen di Sumatra yang dibentuk pemerintah Hindia  Belanda. Yakni Aceh (Atjeh en Onderhoorigheden),  Bangka-Belitung (Bangka en Biliton),  Bengkulu (Benkoelen), Jambi, Lampung (Lampoengsche Districten), Palembang, Riau (Riouw en Onderhoorigheden),dan Sumatera Barat (Westkust van Sumatra).

Keresidenan Riau beribukota di Tandjoengpinang (baca Tanjungpinang dengan wilayah  meliputi: seluruh Provinsi Riau dikurangi sebagian wilayah Kabupaten Kampar dan ditambah seluruh Provinsi Kepulauan Riau.

Namun saat menempuh sekolah ini, Radja Roesli yang memang ditempa dengan kerasnya perjuangan, akhirnya meninggalkan bangku sekolah karena terpanggil untuk berjuang bersama rakyat Indonesia lainnya, 1 Januari 1949,  Radja Roesli pun bergabung dengan Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI).

Bersama  sahabatnya  Moehamad Noer Raoef dari Baserah (Kuantan Hilir), dan  Oemar Oesman  dari Desa  Sawah – Telukkuantan (Kuantan Tengah) mereka bergabung dengan pejuang lainnya  mengusir tentara Belanda dari  bumi pertiwi.

Mereka kerap tidur di hutan belukar, dan sangat kekurangan makanan. Mereka pun harus menggotong radio dan berbagai perlengkapan lain. 
Kondisi PDRI yang selalu bergerilya keluar masuk hutan itu diejek radio Belanda sebagai: “Pemerintah dalam Rimba Indonesia.”

MR. Sjafruddin Prawiranegara selaku Ketua PDRI/Menteri Pertahanan/ Menteri Penerangan/ Menteri Luar Negeri ad Interim  membalas:

“Kami meskipun dalam rimba, masih tetap di wilayah RI, karena itu kami pemerintah yang sah. Tapi, Belanda waktu negerinya di duduki Jerman, pemerintahnya mengungsi ke Inggris. Padahal menurut UUD-nya sendiri menyatakan bahwa kedudukan pemerintah haruslah di wilayah kekuasaannya. Apakah Inggris jadi wilayah kekuasaan Belanda? Yang jelas pemerintah Belanda tidak sah.”

Radja Roesli dipercaya sebagai salah seorang anggota Tim Pemerintah RI yang menerima penyerahan kekuasaan dari Pemerintah Hindia Belanda di Kabupaten Indragiri (Desember 1949).  Dan sejak itu tercatatlah dia sebagai Asisten Wedana diperbantukan pada Bupati Indragiri di Rengat terhitung 1 Januari 1950.  Asisten Wedana setingkat Amir,  Kepala Kecamatan lalu Camat.

Namun pada tahun 1952, Radja Roesli mendapat tugas belajar di Universitas Gajahmada (UGM) Yogyakarta hingga lulus tahun 1956 dengan gelar Baccaleaureat (BA) lalu ditempatkan di Kantor Gubernur Sumatra Tengah di Bukittinggi hingga akhirnya 1 Oktober 1956 dipindah menjadi Asisten Wedana Kuantan Tengah dan dua tahun kemudian (1958) diangkat menjadi Wedana Kuantan dengan wilayah kekuasaan Kabupaten Kuantan Singingi sekarang.

Sebagai pegawai negeri yang siap ditempatkan dimana saja, Radja Roesli memang tidak pernah menolak tugas yang diberikan kepadanya. Kurun waktu 1959-1961 dia bertugas di Kantor Keresidenan Riau di Tanjungpinang sebagai Staf Pelaksana Penguasa Darurat Daerah (Pepelrada)  yang menjalankan kewenangan  berdasarkan undang-undang darurat perang atau SOB = Staat van Oorlog en Beleg yang dipegang oleh Panglima KODMAR II sejak 1 Juli 1959.  

Setelah Ibukota  Residen Riau dari Tanjungpinang ke Pekanbaru, Radja Roesli tahun 1961 kembali lagi ke Kantor Gubernur Riau di Pekanbaru. Hingga akhirnya mendapat tugas  dari Departemen Dalam Negeri untuk belajar di Wayne State University di Kota Detroit, Michigan, Amerika Serikat pada tahun 1962.

Sekembalinya dari Negara Paman Sam tersebut, Radja Roesli ditempatkan  sebagai Sekretaris Kotamadya Pekanbaru pada Agustus 1963 mendampingi Tengku Bay sebagai Wali Kota. Tengku Bay asal Rengat - Indragiri menjabat Wali Kota Pekanbaru periode 1962-1968.  

Lalu pada 1966 Radja Roesli diangkat menjadi Patih - setingkat Wakil Bupati Bengkalis mendampingi Zalik Aris yang ketika itu menjadi Bupati di Bengkalis.
-----------------

PADA 1968 - 1970, Radja Roesli menjabat Wali Kota Pekanbaru ke-8. Ketika terpilih jadi wali kota, dia sedang menunaikan ibadah haji. Dan kabar kemenangan yang menyakinkan itu di DPRD Pekanbaru baru diterimanya ketika pulang dari ibdah haji. Dia mengalahkan calon yang diusung oleh  Fraksi ABRI.

Selama jadi wali kota, ia membuat masterplan Kota Pekanbaru yang hingga saat ini masih digunakan oleh Pemerintah Kota Pekanbaru. Namun tugas ini tidak berjalan baik karena sikapnya yang keras dan selalu memegang teguh sumpah dan janjinya. Kalah itu ia “berseberangan” dengan Gubernur Riau Arifin  Achmad.  

Keduanya sama-sama keras kepala dan teguh dengan pendirian masing-masing. Akhirnya Radja Roesli memilih mundur dari jabatan sebagai Wali Kota Pekanbaru pada 1970.  Surat pengunduran diri disampaikannya langsung kepada Gubernur Arifin Achmad.

Saat  Gubenur Arifin Achmad menerima surat  pengunduran diri itu sempat terjadi dialog singkat antara keduanya:

“Pak Radja apa ini sudah dipikirkan baik-baik?” tanya Arifin Achmad.

Radja Roesli menjawab: sudah Pak, sudah sejak beberapa waktu."

Setelah menarik napas panjang  Arifin Ahmad mengatakan:  ya… kalau demikian bekerjalah seperti biasa sampai ada pengganti.

Lalu Raja Roesli mengucapkan terima kasih atas  tanggapannya. Kemudian berdiri dan setelah memberi hormat,  dia keluar dari ruangan kerja gubernur Arifin Achmad saat itu.

Sebulan kemudian,  Radja Roesli menerima surat  keputusan pemberhentian  sebagai Wali Kotamadya  Pekanbaru oleh Gubernur Riau. Dalam surat keputusan tersebut jelas disebutkan “diberhentikan  dengan hormat atas permohonan sendiri" digantikan oleh Abdul Rahman Hamid.

Roestam S Abrus  “orang sekampung” dengan Radja Roesli  dari Kuantan Singingi ketika ditanya  Gubernur Arifin Achmad tentang Radja Roesli menyebut: Radja Roesli ibarat  kucing di lempar kemana dan setinggi apapun kaki kucing tetap yang duluan jatuh ke tanah.    

“Artinya?” tanya  Arifin Achmad penasaran.

“Pak Radja Roesli akan tetap tegar di manapun dia berada karena pondasi (dasar-dasar agamanya) sangat kuat,”  jawab Rustam S. Abrus seperti diceritakan kepada penulis terkait sikap Radja Roesli yang memilih mundur sebagai Wali Kota Pekanbaru.

Ketika terjadi perseteruan antara  Arifin Achmad dengan Radja Roesli, Rustam S. Abrus mengaku mengalami dilema.  Di satu sisi dia (Rustam S. Abrus) sekampung dengan  Radja Roesli. Namun di sisi lain dia adalah  bawahan langsung dari Arifin Achmad.

Namun Rustam S Abrus adalah pegawai negeri  yang profesional. Pandai menjaga rasia dan menempatkan diri di mana dirinya bertugas. Rustam S. Abrus pernah  menceritakan sebagian kecil saja  perseteruan antara orang sekampungnya dengan atasannya itu. Namun dia mewanti-wanti:  yang ini boleh ditulis, yang ini hanya sekedar   untuk diketahui saja.

Tercatat dalam sejarah sejumlah pejabat yang pernah menjadi Wali Kota Pekanbaru adalah:  Datuk Wan Abdul Rahman (1946 –1950), Datuk Ahmad (1950-1953), Tengku Ilyas (1953-1956), Muhammad Yunus (1956-1958), Orang Kaya Muhammad Jamil (1958-1959),  Datuk Wan Abdul Rahman (1959-1962), Tengku Bay (1962-1968), Radja Roesli. B.A (1968-1970).

Selanjutnya Abdul Rahman Hamid (1970 – 1975 dan 1975-1981),  H. Ibrahim Arsyad S.H ( (1981-1986), Drs. H. Farouq Alwi (1981-1986),  Drs. H. Oesman Effendi Apan (1991-1996 dan 1996- 2001), Drs. H. Herman Abdullah, M.M (2001-2006  dan 2006-2011),  Dr. H. Syamsurizal, S.E., M.M (2011-2012),  Dr. H. Firdaus S.T., M.T (2012-2016), Drs. Edwar Sanger (2016-2017), Dr. H. Firdaus S.T., M.T (2017-2022), Muflihun, S.S.T.P., M.A.P. (2022-).
-----------------

SETELAH mengundurkan diri dari jabatan Wali Kota Pekanbaru, Radja Roesli memilih untuk bekerja sebagai Project Officer Badan Bantuan Internasional Inggris, Oxford Committee for Femine Relief (OXFAM) di Bogor pada tahun 1974,

Empat tahun bekerja di OXPAM  pada 1978 Radja  Roesli kembali “bertugas” di Kantor Gubernur Riau. Dia dilantik Gubernur Riau HR. Soebrantas Siswanto sebagai Kepala Bidang Sosial Budaya di  Badan Perencanaan dam Penelitian Daerah (Bappeda)  Tk. I Riau pada Desember 1978.

Selama di Bappeda Riau, Radja Roesli juga diperaya menyelesikan Tata Guna Hutan Terpadu (TGHT) sekaligus Sekretaris Eksekutif Universitas Lancang Kuning. Hingga akhirnya pensiun pada 1 Juni 1982.

Selain berkarier di pemerintahan, Radja Roesli juga pernah menjadi Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Riau (1990-1999). Di organisasi Muhammadiyah Riau yang kini dipimpin oleh Dr. Abdul Wahid, dia juga meng-inisiasi pendirian sekolah dan perguruan tinggi yang dikelola persyarikatan Muhammadiyah Riau. Mulai dari  SMK Muhamadiyah,  Akademi Teknologi Otomotif Muhmmadiyah  (23 Juli 1993), Akademi Perawatan (AKPER) Muhammadiyah (17 Juli 1994),  Akademi Keuangan dan perbankan Muhammadiyah (AKPM)  pada  5 November 1998.  

Ketiga akademi itu menjadi cikal bakal pendirian  Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI) akhirnya terwujud berdasarkan SK Mendiknas RI No. 94/D/O/2008 tertanggal 5 Juni 2008, UMRI merupakan universitas ke-29 milik persyarikatan Muhammadiyah di Indonesia. Sejak awal berdirinya, UMRI memiliki 5 fakultas yaitu: Fakultas Teknik Fakultas Ekonomi Fakultas Matematika Ilmu Pengatahuan Alam dan Kesehatan Fakultas Ilmu Komputer Fakultas Ilmu Komunikasi. 
-----------------

SAAT Reformasi bergulir, Amien Rais selaku pendiri  DPP PAN menunjuk  Radja Roesli sebagai salah seorang deklarator PAN di Riau pada 1998. Ia dipercaya sebagai Ketua Majelis Pertimbangan Partai (MPP) DPW PAN Riau. Pada periode 1999 – 2004 Radja Roesli  menjadi anggota DPR RI dari Provinsi Riau bersama Jahar Harahap (PDIP), Handjoyo Putro (PDIP), Pataniari Siahaan  (PDIP), Rosnaniar  (Golkar) Muhammad Akil (Golkar), Darwis Ridha (Golkar), Razali Yahya (PPP), dan Erman Suparno (PKB). Dia bergabung di Komisi II DPR RI yang punya kewenangan tentang keamanan.

Meski sibuk dengan segala bentuk aktivitasnya, Radja Roesli tidak melupakan kampung halamannya (Kuantan Singingi). Dia juga mendukung gerakan mahasiswa  Riau pada masa reformasi tahun 1998. Termasuk dukungannya kepada Kesatuan Mahasiswa Pemuda Indragiri Hulu (KMPI) Pekanbaru yang melakukan aksi mendukung pemberantasan kolusi korupsi dan nepotisme pada era reformasi.

Bahkan usai aksi  KMPI di Rengat akhir tahun 1998,  Radja Roesli menjamu pentolan KMPI di kediamannya di Jl.  Ronggo Warsito Gobah Pekanbaru.  Radja Roesli bersama Samad Thaha dan Abbas Jamil untuk mendengarkan curhatan KMPI yang disebut Bupati Indragiri Hulu  Ruchiyat  Saefuddin: aksi KMPI itu lebih keras dari desingan peluru.

Radja Roesli juga ikut mendorong pemekaran  Kuantan Singingi bersama sejumlah tokoh lain.  Namanya tercatat sebagai salah seorang pejuang pendirian Kabupaten Kuantan Singingi.
-----------------

SEBAGAI bentuk apresiasi  atas perjuangannya dan dinilai punya andil besar sejarah Riau,  Radja Roesli  bersama dua tokoh Kabupaten Kuantan Singingi menerima penghargaan dari Pemerintah Provinsi Riau. Dua tokoh tersebut adalah Kolonel (Purn) Abbas Jamil dan  Buya Ma'arifat Madjani.

Pernghargaan itu diberikan pada Rapat Paripurna DPRD Provinsi Riau  Memperingati Hari Jadi ke-59 Provinsi Riau (9 Agustus 1957-9 Agustus 2016). Sempena Hari Ulang tahun Riau 9 Agustus 2016  di Pekanbaru melalui Surat Keputusan (SK) Nomor 673/VII/2016 tertanggal 21 Juli 2016. Ketiga tokoh asal Kuantan Singingi bersama dengan 20 orang penerima di seluruh Riau. Ketiganya menerima penghargaan sebagai Pahlawan Kemerdekaan dari Riau.

Ketiga tokoh ini  memiliki peran masing-masing pada saat perjuangan Provinsi Riau. Untuk Ma'rifat Mardjani pernah menjadi anggota Parlemen RI pada masa Pemerintahan Republik Indonesia Ir. Soekarno - Hatta, saat itu terpilih melalui pemilihan umum pertama di Indonesia tahun 1955, dan tergabung dalam Provinsi Sumatera Tengah.

Sementara itu Kolonel (Purn) Abbas Jamil dikenal sebagai tokoh pejuang zaman kemerdekaan, pernah menjadi anggota DPRD Riau.  Begitu juga dengan Radja Roesli  selain tokoh pejuang juga pernah sebagai anggota parlemen dan Wali Kota Pekanbaru.

Bersama tiga tokoh asal Kuantan Singingi, penerima penghargaan lainnya adalah: Gelar Pahlawan Kemerdekaan: Abdul Latief Datuk Bandaro Sakdi dari Kampar, Brigjen (Purn) Arifin Achmad  (Bengkalis), Kol. (Purn) H. Masnur (Bengkalis), Letkol (Purn) Hasan Basri Lilit  (Bengkalis),  Khadijah Ali (Riau), Letnan  (Purn) M. Boya (Indragiri Hilir),  Orang Kaya Muhamad Jamil (Bengkalis), Brigjen (Purn) HR Soebrantas Siswanto (Bengkalis), Sultan Muhamad Zainal Abidin (Rokan Hulu), Tengku Agung Syarifah Latifah (Siak), Mayor (Purn) Toha Hanafi  (Indragiri Hulu), dan  Tulus  (Indragiri Hulu).

Selanjutnya  sebagai Pejuang Agama Islam:  Tuan Guru Syeh Abdurrahman Sidiq dari Indragiri Hilir. Pahlawan Bidang Politik dan Pemerintahan:   Muhammad Johan (Kepulauan Meranti), Datuk Wan Abdulrachman (Pekanbaru)  dan  H. Daeng Muhayatul dari Kepulauan Meranti.  Sementara Gelar Pahlawan Budaya diterima oleh Dr. (Hc) Tennas Effendi dari Pelalawan. 
-----------------

RADJA ROESLI meninggal dunia dalam usia 88 tahun setelah menjalani perawatan intensif selama dua minggu di Rumah Sakit Ibnu Sina Pekanbaru akibat penyakit komplikasi pada Rabu 22 Januari 2014 pukul 17.30 WIB.

Kepergiannya di lepas dari rumah duka oleh Pejabat  Gubernur Riau  Drs. H. Djohermansyah Djohan yang didampingi Sekretaris Daerah Riau, H. Zaini Ismail dari rumah duka Jl.  Ronggo Warsito Gobah, Pekanbaru ke pemakaman  Taman Makam Pahlawan Kusuma Dharma Pekanbaru secara militer.

Dari pernikahannya dengan Hj. Rusyda, Raja Roesli punya 10 orang buah hati yakni: H. R. Bastian Roesli,  S.E.  R. Bambang Soetikno Roesli, S.Pd., MBA. Hj. R. Ratnaningsih Roesli,  Dra. Hj.  R. Rabiatun Roesli. Hj. R. Yulia Iriani Roesli, SE. Hj. dr. R. Zulmaini Roesli, MARS. Hj. R. Rita Maphilinda Roesli,  Hj.R. Elly Wardhani, S.H., MH. H. R. Syahrul Roesli, SE., MM dan R. Oktaviar Roesli.
-----------------

SOSOK Radja Roesli yang  bersahaja dikenang anaknya R. Bastian Roesli menyebut ayahnya adalah sosok orang tua yang penuh tanggung jawab dan perhatian terhadap keluarganya.  “Sampai saat ini jika kami berziarah ke makam Ayahanda, kami selalu meneteskan air mata mengingat perjuangan Ayah untuk keluarga yang dicintainya,” ujar anak pertama Radja Roesli ini.

Menurut  R. Bastian, sikap teguh pada pendirian sangat terlihat dari ucapan ayahandanya sehari hari. Dan ini juga dipraktekkan ayahnya dalam setiap tindakannya.  “Ada kata yang sering kami dengar:  katakan yang sebenarnya, meskipun pahit akibatnya.”

Kejujuran bagi Ayah menurut R. Bastian dalam setiap langkah sangat besar nilainya.  Ayah kami pernah mengalami pasang surut dalam kariernya, namun karena sejak muda Ayah adalah “pejuang” semuanya dihadapi dengan ikhlas. Tapi yang tidak pernah surut adalah semangatnya untuk memberi manfaat bagi orang lain.

Ayah dalam sikapnya seolah selalu berkata kalau rezeki itu datang dari Allah, kita harus berusaha dengan jalan terbaik dan jalan yang diridhoi oleh Allah. Ini juga yang menjadi teladan bagi kami anak anaknya.  Kami sangat bersyukur memiliki orang tua yang sampai akhir hayatnya selalu bekerja dengan penuh semangat untuk kemaslahatan orang banyak.

“Ini seperti sudah menjadi obsesi Ayahanda, selalu berupaya memberi manfaat, tanpa berhitung soal keuntungan materiil yang akan didapatkannya,” ujarnya mengenang.

Sementara itu di mata salah seorang cucunya  Ardiansyah, kakeknya adalah sosok yang membanggakan bagi keluarga dan bisa menjadi panutan bagi anak, cucu, cicit, dan keturunannya.  “Kakek selalu berbuat dan bertindak sesuai dengan satunya kata dan perbuatan,” ujar Adi sapaan akrabnya  yang  merupakan anak kedua dari empat bersaudara pasangan R. Ratnaningsih Roesli dan Ismail  

Prof. Drs. H. SUWARDI MS menyebut Radja Roesli perlu dicontoh oleh anak muda sekarang. Dia adalah anak jati Riau yang hidup penuh prinsip dan menjalaninya dengan baik. Meski bersikap keras, namun apa yang diperjuangkannya tetap berhasil.

“Radja Roesli adalah putra terbaik Kuantan Singingi yang fanatik dalam memperjuangkan daerahnya. Dia sosok pemimpin Melayu yang tak goyah dengan godaan materi,” ujar sejarawan Riau asal  Kuantan Singingi ini.

Di mata Dr. Ir. H. Apendi Arsyad M.Si dalam tulisannya “Autobiografi Perjuangan Bpk H. Radja Roesli”sebagaimana dikutif dari portal berita Amanahnews  mengatakan ada sejumlah watak (karakter) patut jadi suriteladan dari sosok Radja Roesli.

Sikap yang menonjol dari Radja Roesli menurut “Orang Cerenti” ini adalah kecerdasannya berpikir, melangkah dan menarik hikmah, pengabdiannya kepada masyarakat dan bangsa (nasionalis-religius), kesederhanaan hidupnya, dan taat menjalankan perintah dan menjauhi larangan agama.

“Selain itu Radja Roesli juga berhasil membangun keluarga sakinah dengan bukti telah melahirkan anak yang saleh dan cerdas ini,” ujar pendiri dan dosen Universitas Djuanda Bogor, Konsultan K/L, dan Pemerhati Sosial yang tinggal bermukim di Ciawi,  Bogor ini. 
-----------------

RADJA Roesli memang sudah lama meninggal dunia. Namun ibarat pribahasa: Harimau mati meninggalkan belang. Gajah mati meninggalkan gading. Manusia mati meninggalkan nama. Radja Roesli meninggalkan nama baik yang tak lekang oleh panas dan tak laput oleh hujan.  

Nama dan jasanya hingga kini tetap dikenang. Sebagai generasi penerus bangsa, adalah kewajiban kita untuk meneruskan perjuangannya. (MSW/Team Sahabat Jang Hitam).

 

Publishedby: Forum IKKS/IIWAKUSI INDONESIA



Tulis Komentar