Melawan lupa (1) Oh…, ONCOL itu RAFLES Ya!
Oleh: Sahabat Jang Itam & Tim
BANYAK cerita unik dan menarik di balik perjuangan pembentukkan Kabupaten Kuantan Singingi yang mungkin layak diceritakan kembali. Cerita unik ini sengaja kami diangkat kembali menjelang peringatan HUT ke-24 Kabupaten Kuantan Singingi pada 12 Oktober 2023 mendatang. Tanpa bermaksud menggurui, tulisan ini hanya sekedar melawan lupa karena banyak pendiri Kabupaten Kuantan Singingi yang sudah dipanggil kehadiratNya.
Siapa saja mereka…? Ikuti tulisan ini secara bersambung.
"WHAT'S in a name? That which we call a rose by any other name would smell as sweet," kata William Shakespeare. Jika diterjemahkan ungkapan itu berarti, “Apalah arti sebuah nama? Andaikata kamu memberikan nama lain untuk bunga mawar, ia tetap akan berbau wangi.”
-------
Ada kisah unik dibalik “nama” ini. Dan, cerita unik dialami oleh Rafles-salah seorang saksi sejarah dan pelaku perjuangan pembentukkan Kabupaten Kuantan Singingi. Orang mengenalnya dirinya dengan sapaan ONCOL daripada nama aslinya RAFLES.
Suatu ketika orang mulai menginventaris nama-nama orang Kuantan Singingi yang akan menduduki jabatan strategis di Kabupaten yang baru dimekarkan tersebut. Setiap nama Rafles disodorkan, nama itu selalu jadi bahan pertanyaan banyak orang. Itu lumrah saja, nama asli dengan panggilan sehari-hari beda banget alias tak ada nyambungnya.
Suatu ketika Rusjdi S Abrus yang baru dilantik jadi Pj Bupati Kuantan Singingi ingin mengisi kabinetnya. Nama “misterius” itu kembali disodorkan kepada Rusjdi. “Nama ini sering muncul - tapi orangnya tak pernah ada. Siapa ini? Orang mana? Kerja di mana?” tanya Rusjdi dengan mimik serius.
Oncol si-empunya nama yang kebetulan ada di ruang itu hanya tersenyum. Dia pura-pura tidak tahu nama aslinya “Rafles” sering menjadi pertanyaan karena beda dengan nama panggilannya sehari-hari, "Oncol."
Di tengah pertanyaan serius itu, Mahdili lalu menghampiri Rusjdi yang lagi kebingungan. ”Pak Bup.... ini dia orangnya yang bernama RAFLES itu!” ujar Mahdili sembari menunjuk Oncol.
Semula Rusjdi tak percaya dengan omongan orang yang dipercayainya sebagai Kadis PU itu.“Ncol… ke sini dulu! Buka dompet lihat KTP mu. Saya mau melihat namamu yang sebenarnya di KTP,” ujar Rusjdi sembari bergurau tapi serius.
Oncol lalu membuka dompetnya dan menunjukkan KTP nya kepada Rusjdi. Betapa kagetnya Rusjdi setelah menengok KTP Oncol. Astagafirullah hal”adzim.
Tuhen… Tuhen… Ternyata yang namanya Rafles itu awak ya, Ncol?" katanya sembari memegang pundak Oncol.
Oncol hanya tersenyum. Sebagai sesama pegawai yang pernah bekerja di lingkungan Dati I Riau di Pekanbaru, Rusjdi dan Oncol sudah lama saling kenal. Namun Rusjdi tak mengetahui kalau Oncol itu sapaan akrab Rafles.
“Saya selalu menyapa dia itu Oncol, bukan Rafles. Maafkan abang ya, Ncol! Abang tak menyangka ada orang Teratak Air Hitam bernama ke-barat-baratan seperti dirimu, Ncol," ujar Rusjdi kembali menahan senyumannya.
Kendati Rusjdi sudah tau nama sebenarnnya Oncol adalah Rafles, namun dalam perlbagai kesempatan dia selalu memanggil nama Oncol bukan Rafles. Nama Oncol itu begitu terpatri dihati Rusjdi dan orang-orang Kuantan Singingi dimanapun berada yang mengenal sosok Oncol secara dekat.
Rafles punya cerita unik kenapa dirinya dipanggil Oncol. Sekedar tau boleh aja, namun bukan untuk ditulis. Lalu Oncol melanjutkan, “Pak Rusjdi mungkin lupa. Banyak orang di Kuantan Singingi nama asli dan panggilannya beda bahkan tidak ada nyambung sama sekali. Hahahahaha.”
Oncol mengakui nama Rafles hanya tertulis di dokumen kependudukannya seperti di KTP, Ijasah, dan surat resmi lainnya. Dalam kesehari-harian namanya tetap akrab disapa Oncol. “Catat ya…. Oncol bukan Ancol. Beda, Kalau Oncol saya, Ancol nama pantai di Jakarta. Hahahahaha.” ujarnya sembari bergurau.
-------
ONCOL... eh Rafles adalah salah seorang saksi dan pelaku sejarah perjuangan pembentukan Kabupaten Kuantan Singingi yang namanya unik dan kebarat-baratan.
Sebagai seorang pejuang untuk pemekaran Kuantan Singingi “memori”nya sangat kuat – kendati usianya mulai senja. Dia adalah salah seorang yang bisa dijadikan “kamus berjalan atau rujukan.” Dia yang bisa menceritakan secara runut pembentukan Kabupaten Kuantan Singingi dari awal hingga kini. Sebab, dia adalah salah seorang pelaku dan saksi sejarah.
Mengulik kisahnya tak akan habis, sama halnya ketika mengulik kisah Jang Itam yang menyebut dirinya pejuang tanpa SK. dengan kisah dan percintaannya yang mengharu biru ketika perjuangan pembentukan Kabupaten Kuantan Singingi.
Banyak cerita unik dari seorang Oncol. Ketika pelaksanaan Mubes Masyarakat Kuantan Singingi di Telukkuantan tahun 1999. Oncol menjadi asisten pribadi (Aspri) Prof. Dr. Maswardi Rauf, M.A dan Dr. Alfitra Salamm.
Kedua orang hebat asal Kuantan Singini yang juga pencetus otonomi dan pemekaran daerah waktu itu pulang kampung menyampaikan makalah soal pemekaran Kuantan Singingi ini. Banyak orang yang segan membawa dan melayani kedua orang hebat tersebut. Tentu dengan pelbagai alasan.
Namun tidak halnya dengan Oncol. “Banyak yang mengira Aspri Prof. Maswadi Rauf yang waktu itu masih menjabat sebagai Guru Besar di FISIP UI Jakarta,” kata Oncol tersenyum.
Dan, sebagai Aspri “tak resmi” waktu itu ketika orang-orang terutama ibu-ibu sibuk foto dengan Maswadi Rauf, Oncol juga jadi rebutan.“Pak Maswadi Rauf, Aspri Bapak yang ganteng tadi mana? Ajak dong ke sini, kami ingin juga foto dengan dia untuk kenenang-kenangan mumpung lagi pulang kampung!”
Lalu Maswadi tersenyum dan memanggil Oncol. Sembari berbisik ke telinga Oncol Maswadi berkata: ”Ncol, kapan pula awak jadi Aspri saya?”
Oncol hanya tersenyum dan menjawab,” santai saja Prof… suatu saat nanti mereka juga akan tau kalau saya bukan Aspri Prof. Keduanya lalu tertawa seakan dunia waktu itu milik mereka berdua.
Begitu indah persahabatan antara Aspri bernama Oncol dengan Guru Besar UI itu hingga kini. Nama Aspri itu lengket kini masih ada orang yang menegur Oncol dengan sebutan asisten. Bukan asisten benaran tapi Aspri tak resmi. Hahaha..
---------
LALU, menjelang 24 tahun usia Kuantan Singingi berdiri bagaimana kira-kira harapan Oncol sebagai salah seorang saksi sejarah dan pelaku perjuangan pembentukan Kabupaten Kuantan Singingi? Entahlah, hanya Oncol yang tahu.
Yang pasti Oncol sebagaimana halnya kita pasti berharap, semakin bertambah usia Kabupaten Kuantan Singingi, seharusnya eksekutif dan legislatif bisa mempertontonkan hubungan yang harmonis. Bukan sebaliknya seperti yang dipertontonkan sekarang ini. Akulah yang benar....
Diyakini Oncol pasti ingat pesan Prof Maswadi Rauf dalam perjalanan pulang dari Telukkuantan ke Pekanbaru.“Ncol, sebagai Aspri tak resmi Bapak berpesan, kelak Kuantan Singingi jadi Kabupaten, kekompakkan dan sinergisitas antara eksekutif dan legislatif harus dijaga. Kelak jika dirimu masih diberi Tuhan umur panjang tolong ingatkan adik-adikmu, Ncol.
"Ncol...Adik-adikmu yang duduk diberikan kepercayaan duduk di lembaga terhormat ingatkan mereka tujuan dari pendirian Kabupaten Kuantan Singingi yang kita gagas ini. ”
24 tahun sudah pesan itu berlalu. Kini apa yang terjadi? Pasca di-mati-kannya APBD-P 2023 akhir September lalu, tak hanya Oncol, kita warga Kuantan Singingi“tak berdosa” di kampung halaman atau perantauan ini bisa melihat facebook, instagram, pemberitaan di media media sosial dan isi WAG digenggaman tangan kita. Isinya sama: eksekutif dan legisalatif berlomba mempertontonkan kehebatan masing-masing.
Tak ada yang mau mengalah. Negeri yang beradat ini sekarang seakan kehilangan arah. Mereka lupa dengan nasehat orang tua kita: “Jangan meludah di sumur tempat kita menimba air untuk minum" yang diartikan: Janganlah menjelek-jelekkan tempat di mana kita mencari nafkah.”
Pihak eksekutif dan legisatif untuk mengingat kembali visi Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi yakni “Terwujudnya Kabupaten Kuantan Singingi yang Berbudaya, Religius, Maju, Berwawasan, Sejahtera dan Harmonis (BERMARWAH)."
Visi itu terasa kontras dengan kenyataan yang kita lihat saat ini. Perseteruan legilslatif dan eksekutif kini makin BERBAHAYA.
Tuhan… Tuhan.
Kami hanya bisa menyampaikan pesan, “Ihdinas Sirotol Mustaqim (Tunjukkanlah kami jalan yang lurus).”
Yakni…
Shirotol ladzina an’amta ‘alaihim ghairil magddhubi alaihim wa lad dhallin (Jalan orang yang Kuberi nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (jalan) mereka yang tersesat).
Hentikalah pertikaian itu. Kembalilah ketitik nol. Bertobatlah.....
Bersatulah...
Kompaklah....
Hilangkan ego....
Ingat Tuhan Sang Pencipta.
Ingat kemenangan itu milik bersama bukan milik tuan-tuan.
Masyarakat kini ingin melihat hasil nyata kerja keras tuan-tuan, bukan melihat lelucon dan pertikaian tak berujung yang dipertontonkan kepada kami akhir-akhir ini.
Kami malu tuan-tuan.
Forum IKKSIWAKUSI INDONESIA
Tulis Komentar