Opini

Catatan Perjalanan ke Istanbul, Turki

Oleh: Hasrul Sani Siregar, MA

SEBELUM masuknya bulan suci Ramadhan 2445 H, penulis berkesempatan mengunjungi Istanbul, Turki yang dulunya bernama Konstantinopel. Penaklukan Konstantinopel berakhir pada tahun 1453, ibu kota Kekaisaran Bizantium. Konstantinopel berganti nama menjadi Istanbul. Dalam catatan sejarah, Mustafa Kemal Ataturk, pendiri dan pemimpin pertama Turki Modern memindahkan ibu kota negara baru dari Istanbul ke Ankara. Tulisan ini merupakan catatan kecil perjalanan menuju Istanbul, Turki. Di mulai perjalanan dari Pekanbaru, Riau Indonesia menuju Kuala lumpur, Malaysia dilanjutkan ke Jeddah, Saudi Arabia terus menuju Istanbul Turki. Penerbangan menggunakan Saudia Airlines dari Jeddah menuju Istanbul dengan waktu lebih kurang 3 Jam 30 menit. Total perjalanan waktu memakan waktu 13 Jam.

Penerbangan dengan menggunakan maskapai Saudi Airlines di rasa cukup baik dan pelayanan pun yang diberikan oleh para pramugarinya cukup memuaskan dan menyenangkan selama penerbangan. Kondisi cuaca cukup baik. Dalam perjalanan ke Istanbul dari Jeddah tidak ada masalah dan kondisi cuaca dilaporkan baik. Tak terasa penerbangan dari Jeddah ke Istanbul yang dalam layar kursi di pesawat menunjukkan penerbangan diperkirakan 3 jam 30 menit. Dan beberapa saat kemudian pesawat Saudia Airlines landing di bandara internasional Istanbul di Turki. Bandara internasional Istanbul termasuk bandara termewah dan terbesar di dunia. Bandara internasional Istanbul selesai di bangun pada tahun 2019 yang terletak di daerah Arnavutkoy di wilayah atau sisi bagian Eropa. Bandara ini menggantikan bandara lama yaitu bandara Ataturk.

Cuaca pada akhir Februari tersebut adalah musim dingin dan sejuk. Setiap orang menggunakan mantel yang cukup tebal dengan kondisi udara yang dingin. Ada beberapa tempat yang menjadi tempat kunjungan selama di Istanbul, diantaranya istana Topkapi yaitu bekas kediaman resmi Sultan Utsmaniyah selama lebih dari 600 tahun. Pembangunan istana ini dimulai pada tahun 1459 atas perintah Sultan Mehmed II. Di sekitaran istana Topkapi juga terdapat Hagia Sophia dan masjid biru. Hagia Sophia awalnya gereja yang kini menjadi masjid, situs budaya dan sejarah utama peninggalan Bizantium.

Sejarah panjang Hagia Sophia sebelum menjadi masjid. Kurun waktu tahun 360 hingga 1204 menjadi gereja Ortodoks Yunani, kemudian menjadi gereja Katolik Roma sejak tahun 1204 hingga 1261, kembali menjadi gereja Ortodoks Yunani tahun 1261 hingga 1453 kemudian menjadi Mesjid tahun 1453 hingga 1935. Kejatuhan Konstantinopel yang dipimpin oleh Sultan Muhammad Al-Fatih, Hagia Sophia menjadi masjid sejak 29 Mei 1453.saat kesultanan Utsmani menguasai Konstantinopel yang berganti dengan Istanbul. Hanya saja pada 1 Februari 1935 hingga tahun 2020 oleh Republik Turki Sekuler, bangunan Hagia Sophia tersebut menjadi museum. Namun pada Jumat, 10 Juli 2020, Hagia Sophia kembali menjadi Masjid setelah pengadilan Turki memutuskan bahwa konversi Hagia Sophia pada tahun 1935 menjadi museum adalah ilegal atau tak sah. Dan sejak tahun 2020 hingga kini menjadi Mesjid dan Alhamdulillah penulis dapat sholat Maghrib di Hagia Sophia tersebut.

Setelah mengunjungi beberapa situs sejarah peninggalan Kesultanan Utsmaniyah, selanjutnya mengunjungi selat Bosphorus dengan kapal. Selat Bosphorus merupakan selat yang memisahkan Turki bagian Eropa dan Turki bagian Asia. Cuaca yang sangat dingin dan diiringi oleh angin yang cukup kuat membawa mengelilingi selat yang cukup terkenal tersebut. Selat Bosphorus salah satu selat yang cukup ramai dan menjadi jalur perdagangan internasional antara benua Asia dan benua Eropa. Selesai berwisata dengan mengelilingi dan berlayar di selat Bosphorus tersebut, kemudian dilanjudkan ke kota Busra, lebih kurang memakan waktu lebih kurang 2 jam perjalanan dengan bus. Apa yang dilihat di Bursa? Ketika sampai di Bursa cuaca cukup dingin dan mesti menggunakan jaket yang cukup tebal agar tidak kedinginan. Bursa merupakan suatu kota di barat laut Turki dan pusat administrasi Provinsi Bursa dan juga salah satu pusat industri.

Di Bursa, kesempatan untuk mencoba naik Cable Car atau Bursa uludag Gondola, Teleferik cukup menegangkan dan diatas ketinggian dapat melihat pusat kota Bursa. Ada 2 titik pemberhentian dari cable car tersebut. Di titik ke 2 pemberhantian cable car tersebut, salju masih cukup tebal. Sisa sisa salju masih kelihatan. Bulan Januari hungga awal Maret setiap tahunnya, Turki memasuki musim dingin dengan salju yang cukup tebal. Dapat merasakan salju tentu bagi yang belum merasakannnya merupakan pengalaman yang cukup menyenangkan dan merupakan kesempatan dalam perjalanan ke Turki yang masih mengalami musim dingin dengan salju yang cukup tebal. Demikian catatan perjalanan ke negara Turki dengan sejarah peradaban yang tinggi dan menjadi bagian dari sejarah dunia.

Penulis adalah alumni IKMAS, UKM, Malaysia.



Tulis Komentar