Opini

Sekilas Gerakan Muhammadiyah Cerenti

Apendi Arsyad. (ist/ANews)

 

Oleh: Dr.Ir.H.Apendi Arsyad.MSi

TAHUN 2020 ini, Ormas Islam tertua negeri ini telah berusia 108 tahun. Menarik menyimak artikel Ketum PP Muhammadyah ustadz Prof.Haedar Natsir yg viral di medsos ini.
Benar bang… Muhammadiyah sebagaimana narasi pidato virtual Presiden Jokowi bahwa peran Muhammadyah begitu besar dalam membangun bangsa dan negara (NKRI) doeloe hingga zaman Now.

Izinkan saya bercerita sekilas tentang peran Muhammadyah di kampuang.kelahiranku Kecamatan Cerenti, yang sempat saya dengar dari orangtua dan kakakku, juga membaca buku-2 serta melihat dokumen album fhoto-2 jadoel milik dan warisan ayahku di rumah.

Ayah dan ibuku (omak) Ambo memang tempo doeloe adalah aktivis “24 karat” Muhammadyah Cerenti, sebelum dan sesudah Kemerdekaan RI mereka telah berkiprah. Gara-2 menjadi penggerak Muhammadyah di masyarakat inilah ayahku alm.H.Arsyad Kahar menjadi orang yg dimatai-matai gerak-geriknya, diberi tuduhan “pemberontak” manusia berbahaya dan pernah ditangkap penjajah Belanda, setelah keluar dari persembunyiannya di hutan tropis Riau bersama beberapa orang temannya. Ayah bersama kawan-2 seperjuang, orang yang amat dicari dan dikejar-2 “militer” penjajah/KNIL di masa itu.

Tentang cerita tahun berapa organisasi Muhammadyah didirikan di nagori Cerenti, rantau Kuantan (Sumatera Tengah, Riau) saya belum tahu persisnya, tapi diperkirakan thn 1930-an sebelum kemerdekaan RI, jika dilihat munculnya para kader ulama di Cerenti.

Alhamdulillah keluarga dari ayah, datuakku Haji Kahar adalah salah seorang saudagar besar dan kaya (“konglomerat”) di masa itu, juga pegiat dakwah Islamiyah dengan merintis, mendirikan dan membesarkan organisasi Muhammadyah Cabang di nagori Cerenti.

Anak-2 datuakku diantaranya anak yang tertuanya Haji Darmawi bin Kahar, yang punya rumah paling besar dan “megah” di depan Tugu perjuangan, terletak di pertigaan simpang pasar Cerenti. Beliau pakTuoku selain saudagar kaya dan juga aktivis “24 karat” Muhammadyah Cerenti di masanya, dan bahkan almarhum pernah memimpin (Ketua) Pengurus Cabang (PC) Muhammadyah Cerenti, dan dimasanya itu berjaya, banyak tokoh tokoh pergerakan Muhammadyah Pusat pernah mampir dan berkunjung ke Cerenti. Setelah kepemimpinan bapak Tuoku, H.Darmawi bin Kahar, beberapa lama (tahun) kemudian, jika saya tidak keliru informasinya diteruskan oleh Haji Arsyad bin Kahar, ayahku.

Kejayaan PC Muhammadyah Nagori Kecamatan Cerenti ketika itu, salah satu diantara karyanya ditandai berdirinya sebuah sarana pendidikan, yang dinamakan “Sekolah Muallimin Muhammadyah”,.yang memiliki gedung 2 lantai dibangun diatas tanah wakaf, terletak di desa Koto Peraku Kecamatan Cerenti, posisinya di jalan raya nasional rute kota besar Padang-Pekanbaru (Pku)-Rengat (Rgt). Akan tetapi sangat disayangkan, kini gedung aslinya tidak ada lagi, akibat ketiadaan dana untuk merehabilitasi gedung “herritage” tersebut terjadi sekitar tahun 1960-1970an, gedung tsb kini telah berubah bentuk. Hal ini terjadi, dampak kondisi ekonomi masyarakat begitu sulit di masa itu (ditambah lagi munculnya konflik ideologi-politik peristiwa G 30 S PKI thn 1965), dimana harga karet/ghotah jatuh (sangat murah), sehingga kepengurusan PC Muhammadyah Cerenti sangat melemah, tidak terkonsolidasi karena kekurang sumberdaya kader (sdm), maka gedung Sekolah Muhammadyah “herritage” terpaksa diruntuhkan dan kini menjadi gedung sekolah satu lantai dengan beberapa kelas, seperti yang seperti yg terlihat sekarang ini. Kemudian, nama sekolahnya pun berubah sesuai kebijakan Pemerintah di era Orde Baru, menjadi sekolah Madrasyah Tsanawiyah (setingkat SMP dan sejenisnya) Muhammadyah Cerenti. Salah seorang keponakanku alm.Ustadz Alfian bin Lukman (cucu alm. H.Arsyad Kahar) berhikmat di sekolah ini sebagai guru dan pernah menjabat Kepsek Tsanawiyah Muhammadyah Cerenti sampai akhir hayatnya (September 2020).

Saya jika pulang ke kampung kadang-2 menyempatkan diri berceramah (studium general) dihadapan para murid-2 dan para guru sekolah ini untuk memotivasi belajar. Karena dengan bersekolahlah kita bisa merubah nasib ke arah hidup yang beradab dan berkemajuan.

Dengan sekolah Muallimin Muhammadyah Cerenti yg sdh berganti Madrasyah tersebut, sebenarnya saya mempunyai “ikatan emosional” dan saya punya sejarah tersendiri. Ayah saya H.Arsyad pernah memasukan saya untuk dididik ilmu agama Islam (Dinnulislam) di sekolah Muallimin Muhammadyah ini pada sekitar tahun 1966-1967, hanya 2 tahun saja saya bersekolah agama di sore harinya. Sedangkan paginya, saya sekolah ilmu umum di SDN No.1 Cerenti, Kelurahan Pasar Cerenti
sekarang. Alasannya mengapa saya berhenti tahun kedua, saya pun tidak tahu, agak lupa sebabnya. Kemungkinan kesibukan belajar saya di sekolah umum SDN dan atau kekurangan guru di sekolah Muallimin tsb, sehingga pengajaran di kelas terpaksa dihentikan.

Oleh karena itu, dengan saya pernah menjadi murid Sekolah Muallimin Muhammadyah Cerenti, barangtentu saya mengetahui persis kondisi gedung aslinya, yang waktu itu sudah berumur tua (kayu-2 bangunan mulai banyak yang sudah lapuk) dan atapnya bocor. Gambar asli gedung 2 lantai arsitektur Kuantan Sekolah Muallimin Muhammadyah ada, dimuat dalam buku Autobiografi berjudul “Memori-Kenangan Perjalanan Hidupku Hingga Usia 70 tahun H.Edward Arfa.SH” (buku setebal 213 halaman, dicetak CV. Insan Grafika Printing Kota Bogor, thn 2011). Haji Edward Arfa. SH adalah kakakku (bahasa Caghonti dipanggil “onga”), beliau pensiunan hakim yg sudah pernah bertugas di beberapa daerah/kota di wilayah NKRI, terakhir thn 1998-2001 menjabat Ketua Pengadilan Negeri Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, sejak 1 Januari 2002 pensiun dan selanjutnya berprofesi pengacara. Gambar gedung asli sekolah Muallimin Muhammadyah Cerenti itu, yang berdinding papan (kayu) dan bertiang kayu Kulim terdapat di halaman 28 di buku autobiografi onga Edward, sebab beliau, ongaku itu juga merupakan salah seorang murid lulusan Sekolah Muallimin Cerenti tahun 1954an.

Dalam buku Autobiografi ongaku tersebut disebutkan bahwa peran dan fungsi sekolah Muallimin Muhammadiyah Cerenti, begitulah penting dan strategisnya di masa itu untuk melahirkan generasi terdidik dan terpelajar pada zamannya, sekolah negeri belum ada satu pun yang berdiri. Dengan keberadaan sarana pendidikan Sekolah “tertua” Muallimin tersebut di nagori Cerenti, sempat menjadi “kiblat” peradaban Rantau Kuansing. Banyak guru-2 yg senior dan tinggi ilmunya didatangkan dari daerah Minangkabau Sumbar, sehingga banyak juga putra-2 di luar Cerenti yang datang dan ikut belajar sebagai murid di Sekolah Muallimin Cerenti.

Alhamdulillah berkat peranan dan fungsi pendidikan dan pengajaran di sekolah Muallimin Muhammadiyah banyak kaum intektual (cerdik pandai) lahir, yang berkiprah kemudian setelah Kemerdekaan, mereka menjadi pegawai negeri di Pemerintahan sebagai PNS/ASN adalah alumni Sekolah Muallimin lulusan pertama sd berikutnya. Sebut saja diantaranya para alumninya adalah ongaku Edward Arfa (Departemen Kehakiman), alm.Adnan Harun (Disbun PemProv.Riau), alm Baheramsyah (Kemendagri), alm. Asnawi (Kemenkeu, Kantor Pajak), Mawardi (Sekneg), Hasyirudin Dahlan (Kemendagri), Said Asmarah (Bank BNI), Raja Maimunah (guru SDku), Nazar Dahlan (Dosen dan Warek UNRI- Kemendikbud), Sarbaini (Kandepag) dan banyak lagi yang lain. Mereka ini para kader didikan Muhammadiyah di zaman mempertahankan kemerdekaan RI, yang kemudian berkesempatan melanjutkan pendidikan menengah (SMP, SMA, PGA, dan SMEA) dan pendidikan tinggi (Universitas) ke berbagai kota di tanah air Indonesia, negara kita ini, antara lain kota Rengat, Padang (Sumbar), Jakarta dan Yogyakarta, dll.

Saya pernah mendengar juga dari para orangtua (kasepuhan) di Cerenti, ada bebarapa orang asli Cerenti yang belajar ilmu agama ke Mekkah, Mesir dan Ranah Minangkabau (sekolalah Thawalib), yang kemudian pulang ke kampung sebagai guru agama (ustadz) utk melakukan tugas dakwah Islam dan pengajaran di sekolah agama di lingkungan masyarakat kampung Cerenti. Mereka menjadi ulama yang begitu besar perannya dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat bangsa, diantara ulama tersebut alm. Al- Ustadz H.Musa bin H. Sulaeman (hafizd Al Quran), alm.H Achmad bin Muhammad, alm.Mustafa Ahmad, alm moman Mukmin, alm. Chotib Sutan, alm Rajo Moran, alm.Ongku “Kuniang”, alm.Ustadz H.Abbas Saad, alm.ustadz H.Usman, ustadz “ongku mudo” Bahasan, dll.

Semasa kecilku, memori saya merekam beberapa kejadian (event), dimana saya masih berkesempatan melihat “kejayaan” PC Muhammadyah Cerenti dengan program-2 dan kegiatan-2 amal-usahanya untuk menyantuni anak-2 yatim, gerakan ekonomi berkoperasi, majelis taklim, tausyiah dalam rangka peringatan hari-2 besar Islam (Maulidan nabi besar Muhammad SAW, 1 Muharram thn hijriah, tahun baru Islam, etc), lomba-2 pidato dan pertunjukan drumband siswa Sekolah Muallimin di acara peringatan HUT Kemerdekaan RI di era Orde Lama, yang begitu terkenal di masa lalu itu, dsb.

Kata ibuku Hj.Darana Djamin (106 tahun), aktivis ormas Aisyiah Muhammadyah Cerenti pada tahun 1950-1970an setelah Kemerdekaan RI, katanya ada beberapa tokoh Muhammadyah Pusat yang pernah mampir dan datang ke Cerenti seperti buya Hamka, Umar Usman, dll untuk memberi tausyiah dan meresmikan rangkaian acara PC Muhammadyah lainnya. Begitulah narasi singkat yang menggambarkan peranan dan fungsinya Muhammadiyah dalam berhikmat untuk membangun peradaban yang berkemajuan dan harkat-martabat (marwah) nagori Cerenti, dan Rantau Kuansing pada umumnya.

Alhamdulillah, hingga sekarang pun PC Muhammadyah masih tetap berkiprah, dan pada tahun 1990an dibawa kepimpinan alm.Ustadz H.Sarbaini (mantan anggota DPRD Inhu, alumni.sekolah Muallimin) yang dibantu oleh tokoh muda Muhammadyah sdr.Ir.Asriadi Usman (alumni Faperikan UNRI Pku) telah berhasil mendirikan salah satu sarana pendidikan yg bermanfaat bagi masyarakat yaitu terbangunnya Sekolah Menengah Ketrampilan (SMK) Muhammadyah Cerenti di desa Pasikaian/Koto Kecamatan Cerenti. Saya tahu, karena saya pernah diundang Kepseknya Ir.Asriadi untuk berkunjung dan memberikan ceramah untuk memotivasi para siswa-siswinya agar mereka rajin dan tekun belajar untuk meraih masa depan yang gemiliang.
Mudah-2an kiprah PC Muhammadyah di kampungku terus berkembang maju demi membangun kemajuan nagori melalui amal usahanya, terutama membangun dunia pendidikan bagi generasi millenial, abad ke-21, yang begitu banyak tantangan ini.

Demikianlah narasi ini dibuat, guna membangkitkan ingatan masa lalu atas karya orangtua (para leluhur) kita, ternyata gerakan kaum intelektual (kaum cerdik pandai, ustadz dan ulama) telah berbuat sejak sebelum.kemerdeiaan RI. Hadirnya tulisan ini guna memantik dan menyadarkan kita dan anak-cucu bisa menatap masa depan yang lebih baik dan semangat optimistik.

Semoga bermanfaat, syukron barakallah..Amin-3 YRA. Ingat moto Kuansing “Basatu nagori maju, …tali tigo sapilin…Salam…Kayuah” (majulah terus, jangan jalan di tempat apalagi mundur). Waa billahit taufik wallhidayah wr wb.

Dr.Ir.H.Apendi Arsyad.MSi (Pendiri-Dosen/Asosiate Profesor Program Studi Agribisnis UNIDA Bogor, Konsultan dan Aktivis Ormas-2 di Bogor dan Nasional.)



Tulis Komentar