Budaya dan Pariwisata

Budaya Pacu Jalur Tidak Akan Pernah Luntur di Kuantan Singingi

Sejumlah jalur bersiap menuju pancang start di arena Tepian Narosa Telukkuantan beberapa tahun lalu. (Ft.Dok-DisparbudKuansing)

TELUKKUANTAN (ANEWS)- Dua tahun lamanya masyarakat Rantau Kuantan, Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau, tanpa kegiatan pacu jalur. Padahal, sebagai masyarakat Kuansing, pacu jalur sudah menjadi tradisi yang tak bisa ditinggalkan sejak ratusan tahun lalu.

Namun, karena situasi dan kondisi pandemi Covid-19 yang melanda dunia hampir tiga tahun ini membuat budaya rakyat Kuansing yang disebut pacu jalur ini pun terkena dampak dan terhenti selama dua tahun. 

Alasannya, demi memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di Riau, khususnya di Kabupaten Kuansing, pacu jalur Rayon di Kecamatan maupun tingkat nasional di Telukkuantan ditiadakan dalam waktu yang tidak ditentukan.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kuantan Singingi Dr H Indra Suandy ST,MSi (Ft.Dok-DisparbudKuansing)

Dengan tidak adanya pergelaran pacu jalur akibat Covid-19 dua tahun terakhir, merupakan sejarah baru bagi rakyat Kuansing. Sebab, dari zaman Belanda dulu, pacu jalur selalu diadakan setiap tahun.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kuansing, Dr. H. Indra Suandy, ST, MSi kepada Redaksi Amanahnews.com baru-baru ini menyebutkan bahwa budaya pacu jalur tidak akan pernah luntur. 

Sebab, kata Indra Suandy, budaya pacu jalur oleh masyarakat Kuansing sudah menjadi darah daging. Ini terbukti dengan banyaknya jalur yang ada di Kuansing.

"Jalur yang ada di Kabupaten Kuansing saat lebih kurang 150 jalur. Bahkan, ada beberapa desa yang memiliki jalur sebanyak tiga jalur.   Ini menandakan masyarakat cinta budaya pacu jalur. Jangan takut budaya pacu jalur akan luntur," kata Indra Suandy.

Indra Suandy juga membeberkan, di media sosial, saat ini sedang gencar memposting suasana pacu jalur. Dan itu mendapat tanggapan ribuan orang.

"Artinya, tanpa kita sadari, dengan memposting kegiatan-kegiatan pacu jalur di media sosial, sebenarnya kita sedang mempertahankan budaya pacu jalur," kata Indra.

Para siswa dan guru salah satu sekolah mengunjungi Tobek Paboun Desa Pebaun Hilir, Kecamatan Kuantan Mudik. (Ft.Dok-DisparbudKuansing)

Masyarakat Kuansing tidak bisa dengan mudah melupakan budaya pacu jalur. Pacu jalur ini, kata Indra, melibatkan orang banyak. Mulai dari proses gotong royong hingga menjaga marwah desa.

"Masyarakat Kuansing selama ini tidak pernah mempersoalkan hadiah. Pacu jalur merupakan seni budaya yang bisa mengangkat marwa desa. Populeritas desa dan masyarkat bisa naik jika jalurny menang," beber Indra.

Tahun depan, Indra Suandy berharap pacu jalur di Kabupaten Kuansing bisa terlaksana. Ssbab, dua tahun belakangan ini, kerinduan masyarakat dengan pacu jalur sudah memuncak.

"Mari kita sama-sama mematuhi aturan Prokes. Jika semua patuh dengan aturan ini, maka Kuansing bisa terbebas dari Covid-19. Sehingga pacu jalur tahun 2022 bisa terwujud," harap Indra Suandy.

Masyarakat menikmati jernihnya air terjun tujuh tingkat Batangkoban, Desa Lubuk Ambacang, Kecamatan Hulu Kuantan. (Ft.Dok-DisparbudKuansing)

Bahkan, bukan saja pacu jalur, pariwisata lain di Kuansing tetap menjadi prioritas. Sebab, jika dibandingkan dengan Kabupaten lain yang ada di Riau, Kuansing kaya dengan wisata alam.

"Kita punya banyak objek wisata. Mulai dari air terjun, danau hingga tempat-tempat sejarah. Ini akan menjadi sumber PAD Kuansing. Dengan banyaknya objek wisata, kedepan, Kuansing menjadi daerah tujuan wisata di Riau," kata Indra.

Indra Suandy mengajak masyarakat Kuansing supaya terus kompak dalam segala hal.

"Mari kita bersama-sama menjaga sumber daya alam yang ada di Kuansing ini. Negeri ini kaya. Banyak potensi pariwisata yang akan kita kembangkan kedepan," ajak Indra Suandy. (ADV)



Tulis Komentar