Opini

Innalillahi Wainnailaihi Rojiun Selamat Jalan APBD-P Kuantan Singingi!

Oleh : Sahabat Jang Itam & Tim

ANGGARAN Pendapatan Belanja Daerah Perubahan yang disingkat APBD-P Kabupaten  Kuantan Singingi  sudah tiada. Sudah  meninggalkan kita semua. Dia benar-benar sudah  positif mati dan tidak mungkin hidup dan kembali lagi.w

Lazimnya orang yang sudah mati,  dia harus segera dimandikan, dikapani, dan  dikuburkan. Semua keluarga dan ahli warisnya harus  ikhlas menerima dan mendoakan agar kematiannya itu tidak sia-sia. Kematian itu jangan sampai pula membawa-bawa kematian bagi saudara-saudaranya yang masih hidup.

Jika dia  “dibunuh” atau  “tertuduh” bersalah, galilah  kembaIi lubang kuburannya itu. Tapi   jangan lupa minta izin dulu pada keluarga. Lakukanlah autopsi terhadapnya. Temukan kenapa dan bagaimana serta apa sih penyebab kok dia bisa mati secepat itu? 

Tapi maaf siapakah dokter ahli forensik yang hebat dan piawai untuk melakukan autopsi?  Bisakah Tuk Panyol, Tuk Obik, Mak Lenggang, Cucu Tuk Leman, Bujang Pamenan, Dullah, atau Dasin melakukan autopisi terhadap APBD-P itu? 

Bisakah mereka meniupkan kembali “roh”  APBD-P itu ke dalam batang tubuh  APBD-P itu agar dia bIsa hidup  kembali?

Jawabannya tentu tak mungkin.  Sebab, mereka bukanlah dokter ahli  forensik sebagaimananya halnya Prof. Dr. Tabrani Rab atau dr. Farah Firmadani yang melakukan autopsi  terhadap jenasah Brigadir  Joshua di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur. Tak mungkin…. Tabrani Rab sudah meninggal dunia setahun lalu, sementara dr. Farrah tidak akan mau….. karena dia malu.

Lalu kepada siapa?

Kita tidak mungkin  bertanya kepada rumput ilalang yang bergoyang ditiup angin? Kita tidak mungkin berandai-andai dengan menebak-nebak apa-apa yang diembuskan oleh tulisan-tulisan dan tanggapan yang bertebaran di media sosial atau whats app saja. Kita tidak  boleh berpraduga tak bersalah?

Yang  jelas “kematian” APBD-P Kuantan Singingi itu bukanlah kematian biasa-biasa saja. Kematiannya yang  sungguh luar biasa ini bisa diusulkan  masuk dalam rekor  Museum Rekor Indonesia (MURI) dalam pelbagai kategori: 

Pertama, dua tahun berurut-turut di“mati”kan. Kedua, mati ditangan orang yang sama. Ketiga, alasan mematikannya sama. Keempat, dimatikan di tempat yang sama. Kelima, korban akibat kematiannya juga sama. Keenam, dokter spesialisnya pun tidak ada membuatkan laporan rekam jejak data medisnya yang  bisa dapat dipedomani.  Rumit… rumit-rumit! 

Yo la tabedo nasib kudo bendi. Boban borek, pandakian tinggi nan kan dihadang. Bajalan tarompah tanggal pulo. Namun cambuk palocuik dak henti-hentinyo timpo batimpo basarang di pao-nyo. Setibo di tompek tujuan barang yang diantar salah bao pulo. Pak kusiar elok sajo golak bagolak bamain mato dengan anak gadi toke. Nan kudo bendi baibo ati mangonang turunan licin nan kan ditompuah.

Tuhen…. Tuhen! 

-----------

MASYARAKAT Kuantan Singingi  kini ibarat “manggantang asok,  menuai awan"  harapan mereka terasa tersia-siakan.  Mereka seakan melihat perseteruan antara eksekutif dan legislatif yang tidak ada happy endingnya.

Manis alpokat di dalam bubuar 

Lansuang dimakan jadi santapan. 

Menangis malaikat di pintu kubuar

Nengok APBD-P mati ndak pakai kopan. 

Lirik lagu “kemesraan” kini sudah diganti dengan “perseteruan” janganlah cepat berlalu. Mungkinkah perseteruan pada akhirnya akan menciptakan kemesraan? Entah hanya Tuhan yang tahu.

Tuk Panyol, sabarlah! 

Mari kita  belajar dari perilaku ikan. 

“Segemuk-gemuknya ikan pasti ada tulangnya dan sekurus-kurusnya ikan pasti ada dagingnya.  Artinya sejahat-jahatnya manusia pasti ada kebaikannya dan sebaik-baiknya manusia pasti ada juga tidak baiknya.”

 

Forum IKKSIWAKUSI INDONESIA



Tulis Komentar