Tujuan mematenkan puluhan motif kain khas Tenun Unggan tersebut, semata-mata ditujukan untuk melindungi karya masyarakat Unggan yang benar-benar lahir dari tangan para petenun. Alat yang digunakan pun sangat khas, masih alat tenun tradisional bukan mesin.
“Motif yang dipatenkan tersebut merupakan kreasi yang digali dari filosofi kearifan lokal masyarakat setempat, dengan tetap memerhatikan unsur estetika dan keindahan tenunan yang dihasilkan oleh pengrajin,” kata Bupati Sijunjung, Yuswir Aripin ketika dihubungi "Amanahnews.com", Kamis (7/8).
Menurutnya, pematenan motif tenun Unggan tersebut dilaksanakan pihaknya melalui program “HiLink” 2016 Kementerian Pendidikan Tinggi, yang menunjuk Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang, Sumatera Barat, sebagai pihak pelaksana.
Langkah tersebut, lanjutnya, merupakan bagian dari serangkaian upaya yang dilakukan pihak pemerintah kabupaten itu untuk menjadikan kerajinan tersebut sebagai salah satu produk unggulan dalam mengembangkan potensi ekonomi berbasis masyarakat, yang saat ini populasi pelaku usaha kerajinan tersebut sudah mencapai 200 orang dengan sebaran terbesar berada di Kecamatan Sumpur Kudus dan Sinyamu.
Dia mengatakan, pihaknya juga telah melatih sebanyak 70 pengrajin bersama Balai Diklat Industri (BDI) di Kota Padang, untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) para petenun meliputi peningkatan keahlian menenun tingkat dasar serta cara mendesain motif pada kain.
Selain itu, lanjut dia, pihaknya juga mendapatkan kucuran Dana Alokasi Khusus dari Kementerian Perindustrian sebesar Rp1,1 miliar, guna membiayai sarana prasarana yang dibutuhkan para pengrajin, diantaranya pengadaan alat tenun tradisional yang biasa disebut dengan “Palanta Tanun” dalam bahasa daerah setempat.
Terkait upaya promosi kerajinan Tenun Unggan oleh pihak Pemkab Sijunjung, Kepala Dinas Koperindag setempat, menjelaskan pihaknya menggandeng salah seorang desainer terkemuka, Samuel Wattimena, untuk mengenalkan keindahan Tenun Unggan pada tataran dunia fesyen di tingkat nasional bahkan internasional pada tahun 2011.
“Kami juga berupaya menampilkan kerajinan tenun yang dikenal memiliki motif khas “Seribu Bukit” pada beberapa pameran yang digelar berbagai pihak, dengan menggunakan bahan dasar jenis seperti linen dan sutera,” kata dia.
Sementara itu, beberapa petenun asal Nagari Unggan, mengatakan saat ini ia bersama sejumlah pengrajin lainnya sudah mampu memproduksi kain Tenun Unggan dengan harga dan kualitas cukup beragam.
“Harga jual saat ini cukup bersaing, yakni berada pada kisaran Rp275 ribu hingga Rp1 juta untuk satu lembar kain dengan segmen pasar terbesar masih didominasi oleh Aparatur Sipil Negara (ASN) daerah itu serta para pelajar yang memang diwajibkan untuk menggunakan pakaian berbahan Tenun Unggan sebagai upaya menumbuhkan rasa kebanggaan memakai hasil kerajinan produksi daerah sendiri,” kata dia. (ahmad zulkani, dari berbagai sumber)
Tulis Komentar